Deru kendaraan lain nyaris tiada terdengar. Burung hantu tampak bertengger kuat. Dengan riang rembulan mengalahkan terang lampu kota. Pelukan Kirana menghangatkan perjalanan menembus hutan pinus Kintamani. “Sayang, lihat ke sebelah kiri kita.” ucap Andre pada kekasihnya. “Wah, cantik sekali sayang. Gunung Baturkah itu? Apakah kita sudah sampai?” ucap Kirana takjub. “Benar sayang. Itulah Gunung Batur yang aku ceritakan padamu seminggu yang lalu. Kita belum sampai. Kita harus ke bawah terlebih dahulu, menuju Toya Bungkah.” jelas Andre.

Puncak Gunung Batur menawarkan sejuta keindahan. Hal itulah yang mengantarkan Andre menuju Gunung Batur bersama gadis pujaan hati, Kirana. Rasa cintanya tulus tak tertandingi. Baginya, Kirana adalah ratu teristimewa. Meskipun bukan bocah gunung, ia sangat bersemangat menghadiahi Kirana keindahan Sang Batur. “Sayang, tunggu aku di hutan pinus ini ya. Aku akan naik ke puncak.” ucap Andre. “Ada urusan apa kamu mendaki sendiri?” tanya Kirana. “Aku akan membawakanmu sebentuk keindahan Gunung Batur.” jawab Andre. Kirana menanti dengan harap-harap cemas. Hawa sejuk hutan pinus mengantarkan Kirana mendengkur teratur.

Tak lama kemudian, Andre membangunkan Kirana dari tidurnya. “Kamu sudah sampai, Andre? Kamu baik-baik saja, kan?” tanya Kirana khawatir. “Aku baik-baik saja, sayang. Ini hadiah untukmu.” jawab Andre. Kirana membuka kotak hadiah dari Andre. Betapa terkejutnya dia. Sebutir telur ayam mengeluarkan asap. “Apa ini Andre?” tanya Kirana. “Sayang, itulah jawaban dari pertanyaanmu saat pelajaran Biologi dua hari yang lalu.” jawab Andre.

#BelajarPentigraf

#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-96)