Gede Ardiantara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kasih di Balik Gulma

Kasih di Balik Gulma

Tatkala melihat foto ini aku jadi teringat dengan alm.Pekak Muruk, ayah dari 10 bersaudara itu. Ayah dari mama. Pekak adalah salah satu sebutan untuk Kakek di Bali. Saya memanggilnya dengan sebutan Pekak. Beragam rasa rindu meruak dari jiwa cucu yang selalu berproses menjadi orang terbaik dan bermanfaat ini. Merindukan keasyikan mencabut gulma di dalam hamparan pohon Jepun Jepang (Adenium). Waktunya pun tak tanggung-tanggung, tepat matahari di atas kepala. Beliau semangat, gengsilah kalau saya menyerah. Mungkin ini yang secara tak langsung melatih saya cuek terhadap teriknya sang surya dan suka bercocok tanam. Telinga ini rindu mendengarkan cerita-cerita darinya yang diceritakan berulang kali. Meskipun berulang kali, suasana seru selalu tercipta. Saya belajar menjadi pendengar yang baik. Karena saya pun pasti tua, dan melakukan hal yang sama. Kangen menemani beliau mengobrol dengan topik 9 penjuru mata angin sembari saya icip-icip kue gabin susu miliknya. Sampai saat ini kalau ke supermarket, saya mencari-cari kue itu. Maafkan Gede yang waktu itu belum mampu mengganti kue Pekak. Kangen mendengarkan suara Pekak yang meninggi dengan semangat membara ketika ia menceritakan pengalaman masa lalunya. Maklum, beliau adalah purnawirawan Polri. Jadi jiwa prajuritnya masih terbawa meskipun sudah lama tidak bertugas. Kangen mendengar prediksi-prediksi beliau tentang kehidupan masa depan cucu dari anak bungsunya (saya dan adik-adik saya). Semesta akan memproses prediksi yang di dalamnya terkandung doa positif untuk cucu dari anak bungsunya. Apakah isi prediksi beliau yang mengandung doa itu? Biarlah saya, Pekak, leluhur Kerobokan, leluhur Tumbu, dan Tuhan yang tahu, serta gulma-gulma yang membandel itu menjadi saksi bisunya. Karena rindu yang tak mampu dilampiaskan lewat telepon pintar, setiap kali berkesempatan mudik ke Bali, saya selalu menyempatkan diri berkunjung ke rumah Pekak. Lokasinya tak jauh dari pasar senggol tempat langganan tipat tahu saya dan daluman langganan Mama. Meskipun tak bermalam, hanya sekedar menyapa hamparan gulma-gulma yang sering saya cabuti bersama Pekak. Menyapa Pekak di sudut rumah, tempat beliau sering duduk menghabiskan harinya setelah membersihkan gulma-gulma nakal itu. Sekaligus berusaha untuk tetap menyambung, menjembatani silaturahmi dua keluarga besar, Buleleng dan Karangasem. Sesuai unsur nama "antara" pada nama saya (Gede Ardiantara), nama pemberian dari Ninik Puri, istri Pekak Muruk. Entah apa alasan mendasar beliau memberikan nama itu untuk cucu pertama dari anak bungsunya. Padahal bisa saja nama itu, Ninik berikan untuk cucunya yang lain. Hanya Ninik, leluhur, dan Tuhan yang paham. Kisah dengan Ninik Puri belum ada. Sebab Ninik telah meninggal dunia ketika saya masih balita. Mungkin beliau berkenan hadir dalam tidur-tidur saya. Sehingga saya punya pengalaman bersama beliau. Sampai saat ini hanya sebatas sejarah nama saya saja. #TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-108)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post