Mutiara
Bulan Oktober 2012, ku mulai petualanganku di luar Bali. Akhirnya tibalah aku bersama 47 rekan SM-3T asal Undiksha Bali lainnya di Kota Kalabahi yang dijuluki Kota Kenari. Pemerintah Kabupaten Alor yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan menyambut kami dengan baik. Kami diterima dengan riang gembira. Sekolah tempat tugas kami saat itu juga diumumkan dan kami langsung dipertemukan dengan kepala sekolah masing-masing.
Akhirnya aku tahu bahwa aku ditugaskan di SMK Negeri Muriabang. Dalam hati ku bertanya-tanya, sekolah tersebut ada di Alor sebelah mana ya? Saking penasarannya, aku pun bertanya pada Kepala sekolahku, Bapak Alex S. Buling. Beliau mengatakan sekolah itu ada di seberang pulau ini, bernama Pulau Pantar. Waktu tempuh dengan perahu motor sekitar 4-5 jam. Mendengar bahwa aku tidak ditempatkan di kota kabupaten, aku sangat senang. Aku bisa mengetahui Alor lebih banyak. Pengetahuan dan pengalaman hidupku pasti lebih banyak dibandingkan jika aku ditempatkan di kota. Aku semakin tahu banyak tentang Indonesia.
Sekitar empat (4) jam, ku diombang-ambing ombak, akhirnya kapal motor yang ku tumpangi merapat di Pelabuhan Bagang, Kecamatan Pantar Tengah. Oh ya, hampir lupa, di desa ini kami bertugas empat (4) orang, aku dan tiga (3) temanku. Kami dijemput oleh Pak Imanuel Boling (guru honorer) dan Pak Konya Made (penjaga sekolah yang kemudian ku ketahui menjadi bapak angkat kami selama setahun di sini). Kami turun di rumah Bapak Konya. Kami disambut dengan sangat baik, serasa sudah ada ikatan keluarga yang kuat. Istri dan anak Bapak Konya sangat ramah.
Hari-hari pertamaku di Desa Muriabang, ku padati dengan acara jalan-jalan menyusuri jalanan desa. Dari itu, aku ingin mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggalku selama 1 tahun ke depan. Aku juga sekaligus ingin berkenalan dengan masyarakat desa. Aku mulai beradaptasi dengan masyarakat desa. Meski masih terasa asing, tapi aku berkeyakinan lama kelamaan juga akan terbiasa dengan adat istiadat dan masyarakat Muriabang.
Aku bersyukur dititipkan pihak sekolah pada keluarga Bapak Konya. Meski baru kenal, mereka sudah seperti keluargaku sendiri. Mereka selalu membantuku ketika aku ada kesulitan. Ketika aku ingin tahu tentang desa, masyarakat dan lingkungannya, dengan senang hati mereka mau berbagi informasi padaku. Bapak Konya adalah penjaga sekolahku. Dulunya beliau pernah bekerja serabutan di Negeri Jiran, Malaysia. Bahkan ketiga anaknya dilahirkan di sana. Beliau memiliki lima (5) orang anak. Anak pertama perempuan (sudah meninggal). Saat itu, anak kedua perempuan (kelas X SMK), ketiga laki-laki (kelas V SD), keempat perempuan (kelas III SD), dan si bungsu laki-laki (kelas I SD).
(bersambung….)
#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-99)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar