Berbekal setumpuk potongan kertas, saya mendatangi anak wali kelas VII-B. Saya menyampaikan pada mereka bahwa potongan kertas itu adalah kartu tabungan syukur. Setiap hari siswa menuliskan hal-hal yang patut disyukuri di kertas tersebut. Minimal 10 hal yang siswa alami selama satu (1) hari sebelumnya. Setiap kartu tabungan wajib diisi nama, hari, dan tanggal menulis/menabung. Kartu tabungan dimasukkan ke dalam rekening tabungan masing-masing. Menabung syukur harus dilakukan dengan tulus ikhlas dan disiplin. Segala hal yang kita alami patut disyukuri. Hanya saja kadang kita kurang peka. Saya pun mengajak mereka agar lebih peka dan memperbanyak syukur dalam setiap hembusan nafas. Mulailah bersyukur dari hal-hal yang terkecil. Dalam perjalanan kembali ke ruang guru, ternyata ada rombongan anak wali saya yang searah. Sembari melangkah, satu diantara mereka ada yang berucap. "Saya mau menulis tentang kemarin saya ke pasar bersama Mama." "Wah, bagus itu. Itu patut disyukuri." "Hehehe ia, Pak." "Coba kamu pikir, seandainya saja kemarin kamu sakit, hanya bisa tiduran saja. Apakah bisa kamu menemani Mamamu berbelanja ke pasar? Bisakah bantu Mama bawa barang belanjaan?" "Tidak, Pak." "Nah, itulah. Makanya kamu patut bersyukur karena masih diberikan tubuh yang sehat dan kuat sehingga bisa menemani Mama ke pasar. Kamu masih memiliki kesempatan berbhakti pada orang tua dengan cara menemani dan membantu Mama berbelanja ke pasar di hari libur sekolah." Obrolan kami berpisah di lobi depan. #TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-80)