Gembong Sumadiyono

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Unjuk Kerja guru dalam pelaksanaan dan Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Melalui Kegiatan Pendampingan Kolaboratif dan Focus Group Discussion (FGD) di SMK Negeri Pugung, SMK Negeri 1 Talangpadang dan SMK Negeri 1 Kotaagung Timur Kab. Tanggamus Semeste

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam memperbaiki delapan komponen pokok Standar Pendidikan Nasional di atas adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Delapan standar Nasional pendidikan yang dimaksud adalah standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kelulusan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar pengelolaan, dan standar pendidik dan tenaga kependidikan.

Diantara komponen dari delapan standar pendidikan ini yang paling penting dan terkait langsung dengan upaya perbaikan mutu pendidikan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Standar pendidik dan kependidikan meliputi semua orang dan atau bagian yang terlibat langsung dalam pengelolaan pendidikan seperti kepala sekolah, pengawas, tata usaha, laboran, pustakawan, penjaga sekolah dan guru.

Guru mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang dan jalur pendidikan yang menjadi beban tugasnya, seperti jenjang pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah.

Guru dilihat dari jenjang dan jalur pendidikan yang menjadi beban tugasnya dibedakan menjadi empat, yaitu: guru pada pendidikan usia dini yang disebut guru pendidikan usia dini; Guru pada pendidikan sekolah dasar yang kemudian disebut guru sekolah dasar; Guru pada pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas yang kemudian disebut guru mata pelajaran termasuk guru bimbingan dan konseling.

Konsekuensi dari jabatan guru sebagai profesi, diperlukan suatu sistem pembinaan dan pengembangan atas profesi tersebut secara terprogram dan berkelanjutan. Program pengembangan tersebut disebut Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB merupakan salah satu kegiatan yang dirancang untuk mewujudkan terbentuknya guru yang profesional.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/Permen PAN-RB Nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya menyatakan bahwa salah satu upaya guru sebagai tenaga profesional dalam meningkatkan karirnya yaitu memperoleh kenaikan pangkat/golongan. Untuk dapat naik pangkat, seorang guru wajib melaksanakan PKB yang secara umum terdiri dari kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.

Sejalan dengan Permenegpan dan RB Nomor 16 Tahun 2009, terkait dengan PKB dan PKG (Penilaian Kinerja Guru), kondisi nyata yang ada di sekolah-sekolah adanya temuan bahwa guru masih menemui kesulitan dalam melakukan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas, yang merupakan salah satu poin angka kredit penentu atas kenaikan pangat guru dalam rentang masa kenaikan pangkatnya kegiatan dalam 3-4 tahun terakhir sebelum naik pangkat.

Hasil penilaian angka kredit guru yang dilakukan dari tanggal 16 Juni- 6 Juli 2014 didapatkan data dari 5500 guru, 3369 guru pada semua jenjang TK, SD, SMP, SMA, dan SMK mengajukan DUPAK, dari jumlah tersebut baru pada kisaran 61,25% guru yang menyusun, yang menyertakan PKB 259, namun yang dinyatakan layak sejumlah 45, seperti pada tabel berikut:

Tabel 1. Pengusul PKB

No

Jumlah Guru Kab. Tanggamus

Jumlah guru Pengusul

Jumlah guru Penyusun PKB

Jumlah usulan PKB

Jumlah PKB di terima

Jumlah PKB ditolak

1

5500

3369

130

259

45 (17,4%)

214 (82,6%)

Sumber : Dokumentasi Tim Penilai Angka Kredit Guru Kabupaten Tanggamus tahun 2014

Mengacu pada hasil kepengawasan pada Semester Genap 2014/2015 diperoleh data terkait Standar Proses bahwa baru sekitar rata-rata 68,15% dari semua guru binaan menyusun silabus ; 44,12% dari semua Guru Binaan menyusun RPP sesuai dengan standar, dengan rata-rata kumulatif Standar Proses sebesar 49,03%. Seperti tertuang pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Hasil Pemantauan Standar Proses

No

Sekolah Binaan

Tingkat Ketercapaian dan Keterlaksanaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

SMK Negeri 1 Pugung

SMK Nurul Falah Pugung

SMK N 1 Talangpadang

SMK Muh. Gisting

SMK Bhakti Gisting

SMK Muh. Kotaagung

SMK Al Qolam Kotaagung

SMK PGRI Kotaagung

SMK Hrpan Bangsa Ulubelu

SMK N 1 Kotaagung Timur

Standar Proses mencapai 49,03%, belum mencapai standar pelayanan minimal, melaksanakan proses pembelajaran sementara masih yang lain perlu pembenahan pada tahapan pelaksanaan pembelajarannya, terutama pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

*) Sumber : Laporan Hasil Kepengawasan pada Pemantauan SNP Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015

Data lain dilihat dari hasil Laporan Penilaian PK-Guru pada guru binaan di semester Ganjil TP 2015/2016, terutama pada Kompetensi Profesional diantaranya:

1) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir kelimuan yang mendukung mapel yang diampu.

2) Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif, melalui kegiatan Publikasi Ilmiah.

Dari hasil evaluasi menunjukkan secara umum bahwa secara umum guru cukup mampu dalam berpikir, bersikap dan bertindak secara logis, sistematif dan akademis, tetapi guru kurang dalam berpartisipasi dan memiliki bukti fisik berbasis kinerja pada hampir semua kegiatan yang melibatkan dirinya dalam rangka peningkatan kompetensi sebagai guru yang profesional.

Hal ini tertuang pada diagram batang Penilaian Kinerja Guru Kompetensi Profesional pada Semester Ganjil Tahun pelajaran 2015/2016.

Gambar 1.

*) Sumber : Laporan Hasil Kepengawasan pada Laporan Penilaian Kinerja Guru Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016

Berdasarkan beberapa alasan dan temuan di atas maka, peneliti bermaksud akan memberikan kegiatan pembinaan, pembimbingan dan pelatihan pada guru-guru binaan dalam melaksanakan dan menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas melalui kegiatan pendampingan Kolaboratif dan Focus Group Discussion (FGD).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan paparan di atas maka rumusan masalah yang peneliti angkat adalah:

“Apakah melalui kegiatan pendampingan Kolaboratif dan Focus Group Discussion (FGD) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil unjuk kerja guru dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas di SMKN 1 Pugung, SMKN 1 Talangpadang dan SMKN 1 Kotaagung Timur Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya:

1. Peningkatan aktivitas guru dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas melalui pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion (FGD) guru binaan di SMKN1 Pugung, SMKN 1 Talangpadang dan SMKN 1 Kotaagung Timur;

2. Peningkatan hasil unjuk kerja guru dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas melalui pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion (FGD) guru binaan di SMKN1 Pugung, SMKN 1 Talangpadang dan SMKN 1 Kotaagung Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi pengawas,

a. Penelitian bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembimbingan dan pelatihan pada guru binaan dalam rangka meningkatkan profesionalitasnya secara mandiri dan kolaboratif;

b. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pengawas dalam membimbing guru dalam melaksanakan tupoksinya baik secara individu maupun berkelompok / berkolaborasi dengan teman sejawat.

2. Manfaat bagi guru

1. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB)-nya secara individu dan kelompok;

2. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran guru melalui Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan guru secara individu dan kelompok;

3. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas melalu proses perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan guru.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Tindakan Kelas

2.1.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.

Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.

Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.

Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.

Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.

Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut.

1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.

2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya.

3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.

4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.

5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru, atau perilaku belajar siswa itu sendiri.

6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.

7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.

Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan pembelajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain sebagainya. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembelajaran. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi perilaku, teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu). Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu Masalah kurikulum, misalnya implementasi Kurikulum, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, atau interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.

Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitan Tindakan Kelas

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:

(1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

(2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.

(3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

(4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.

Output atau hasil yang diharapkan melaltu PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut.

(1) Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.

(2) Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.

(3) Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.

(4) Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

(5) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.

(6) Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapai dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut:

(1) Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.

(2) Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik.

(3) Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

(4) Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.

(5) Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

(6) Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

2.1.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.

(1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

(2) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.

(3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).

Prosedur pelaksanaan PTK meliputi : (1) Refleksi awal untuk penetapan fokus permasalahan, (2) Perencanaan tindakan, (3) Pelaksanaan tindakan, (4) Observasi /pengamatan dan (5) Refleksi dan tindak lanjut.

Upaya yang dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus, oleh sebab itu dalam pelaksanann PTK, akan kita kenal dengan istilah “Siklus”

Adapun langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut.

(1) Penetapan fokus permasalahan

(2) Perencanaan tindakan

(3) Pelaksanaan tindakan

(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)

(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)

(6) Perencanaan tindak lanjut.

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut.

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.

Adaoun Rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:

A. Penetapan Fokus Permasalahan

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu menumbuhkan keinginan tahu peneliti bahwa peneliti “merasakan adanya masalah” dengan beberapa pertanyaan seperti :

1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?

2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?

3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?

4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?

5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?

Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.

1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.

2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.

3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.

Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut.

(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.

(2) Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.

(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.

(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.

Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masalah juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan dan menjadi prioritas.

Selanjutnya ditetapkan rumusan maslaha secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.

(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?

(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?

(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?

(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?

Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.

(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.

(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.

(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.

B. Perencanaan Tindakan

Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.

Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.

(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.

(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.

Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut.

(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.

(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.

(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

C. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.

1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D.

2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.

3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.

4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilaksanakan.

D. Pengamatan/Observasi

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa naan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.

Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan.

E. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.

2.2 Pendampingan Kolaboratif

Dalam pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan kepada guru, terdapat suatu paradigma dalam melaksanakan Supervisi Pendidikan, dimana pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsi-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru dalam empat prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian.

Pendekatan dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi supervisi kepada guru-guru berdasarkan prototipe guru seperti yang disebut di atas.

Terdapat 3 pendekatan yang digunakan dalam supervisi pendidikan.

(1) Bila guru profesional maka pendekatan yang digunakan adalah non-direktif. Perilaku supervisor yang dapat diterapkan diantaranya (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4) menyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.

(2) Bila guru termasuk pada tipe yang suka mengkritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan adalah kolaboratif. Perilaku supervisor yang dilakukan (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan, (4) memecahkan masalah, (5) negosiasi. Teknik yang digunakan percakapan pribadi, dialog menjelaskan.

(3) Bila gurunya kurang atau bahkan tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah direktif. Perilaku supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5) menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.

Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma kategori di atas, maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasarkan data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi.

Menurut Sahertian, dalam BPG UPTD Disdik Provinsi Jabar (2005). Dalam melaksanakan supervisi akademik, ada tiga model Kegiatan yang dapat digunakan, yaitu: (1) Pendekatan Langsung (Direktif) ; (2) Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif) ; (3) Pendekatan Kolaboratif. Secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Pendekatan Langsung (Direktif)

Menurut Sahertian, dalam BPG UPTD Disdik Provinsi Jabar (2005)., Pendekatan Langsung (Direktif), adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisoradalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan.

b. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)

Menurut Sahertian, dalam BPG UPTD Disdik Provinsi Jabar (2005). Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif), cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah, Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.

Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-drektif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.

c. Pendekatan Kolaboratif

Menurut Sahertian, dalam BPG UPTD Disdik Provinsi Jabar (2005). Pendekatan Kolaboratif, adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil panduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktifitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi. (Sahertian, 2000:44-52).

2.3 Focus Group Discussion (FGD)

FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Irwanto (2006: 1-2) mendefinisikan FGD sebagai suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Sesuai namanya, pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a. Diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c. Terfokus/Terarah (bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD tidak sama dengan wawancara, atau rapat. FGD bukan pula sekadar kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal. Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan untuk mencari solusi atau menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi yang dilakukan ditujukan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu permasalahan yang dihadapi oleh para peserta, padahal aktivitas tersebut bukanlah FGD, melainkan rapat biasa. FGD berbeda dengan arena yang semata-mata digelar untuk mencari konsensus.

Sebagai alat penelitian, FGD dapat digunakan sebagai metode primer maupun sekunder. FGD berfungsi sebagai metode primer jika digunakan sebagai satu-satunya metode penelitian atau metode utama (selain metode lainnya) pengumpulan data dalam suatu penelitian. FGD sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk melengkapi riset yang bersifat kuantitatif dan atau sebagai salah satu teknik triangulasi. Dalam kaitan ini, baik berkedudukan sebagai metode primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif.

Di luar fungsinya sebagai metode penelitian ilmiah, Krueger & Casey (2000: 12-18) menyebutkan, FGD pada dasarnya juga dapat digunakan dalam berbagai ranah dan tujuan, misalnya (1) pengambilan keputusan, (2) needs assesment, (3) pengembangan produk atau program, (4) mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

A. Kapan FGD Harus Digunakan?

FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:

Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki informan. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif dari riset kuantitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar pendapat langsung dari subjek risetnya.

B. Kapan FGD Tidak Diperlukan?

FGD harus dipertimbangkan untuk tidak digunakan sebagai metode penelitian sosial jika:

Peneliti ingin memperoleh konsensus dari masyarakat/peserta Peneliti ingin mengajarkan sesuatu kepada peserta Peneliti akan mengajukan pertanyaan “sensitif” yang tidak akan bisa di-share dalam sebuah forum bersama kecuali jika pertanyaan tersebut diajukan secara personal antara peneliti dan informan. Peneliti tidak dapat meyakinkan atau menjamin kerahasiaan diri informan yang berkategori “sensitif”. Metode lain dapat menghasilkan kualitas informasi yang lebih baik Metode lain yang lebih ekonomis dapat menghasilkan informasi yang sama.

Meskipun terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD yang hanya berlangsung 1 -3 jam, memerlukan persiapan, kemampuan, dan keahlian khusus. Ada prosedur dan standar tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

C. Mengapa FGD?

Irwanto (2006: 3- 6) mengemukakan tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu alasan filosofis, metodologis, dan praktis.

Alasan Filosofis

Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti dengan responden. Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses pertemuan antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi .

Alasan Metodologis

Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting. Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat. FGD dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan lokal. FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai.

Alasan Praktis

Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari objek yang diteliti- sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan mudah objek penelitian bersedia menerima rekomendasi tersebut. Partisipasi dalam FGD memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.

Menurut Koentjoro (2005: 7), kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun yang bertentangan.

Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan dalam kaitannya dengan penelitian, FGD berguna untuk:

1) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;

2) Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan perilaku kelompok tertentu;

3) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan

4) Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.

D. Persiapan dan Desain Rancangan FGD

Sebagai sebuah metode penelitian, pelaksanaan FGD memerlukan perencanaan matang dan tidak asal-asalan. Untuk diperlukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1) Membentuk Tim; 2) Memilih Tempat dan Mengatur Tempat; 3) Menyiapkan Logistik; 4 Menentukan Jumlah Peserta; dan 5) Rekruitmen Peserta.

1) Membentuk Tim

Tim FGD umumnya mencakup:

Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah yang dibahas serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (ketrampilan substantif), serta terampil mengelola diskusi (ketrampilan proses). Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati jalannya FGD, dan ia membantu moderator mengenai: waktu, fokus diskusi (apakah tetap terarah atau keluar jalur), apakah masih ada pertanyaan penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat. Pencatat Proses/Notulen, yaitu orang bertugas mencatat inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya. Umumnya dibantu dengan alat pencatatan berupa satu unit komputer atau laptop yang lebih fleksibel. Penghubung Peserta, yaitu orang yang mengenal (person, medan), menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta. Biasanya disebut mitra kerja lokal di daerah penelitian. Penyedia Logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi, akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata), alat dokumentasi, dll. Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen FGD: memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat dokumentasi, terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung. Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi, bloker (penjaga “keamanan” FGD, dari gangguan, misalnya anak kecil, preman, telepon yang selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang mengawasi, dan sebagainya)

2) Memilih dan Mengatur Tempat

Pada prinsipnya, FGD dapat dilakukan di mana saja, namun seyogianya tempat FGD yang dipilih hendaknya merupakan tempat yang netral, nyaman, aman, tidak bising, berventilasi cukup, dan bebas dari gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen, anak kecil, dsb). Selain itu tempat FGD juga harus memiliki ruang dan tempat duduk yang memadai (bisa lantai atau kursi). Posisi duduk peserta harus setengah atau tiga perempat lingkaran dengan posisi moderator sebagai fokusnya. Jika FGD dilakukan di sebuah ruang yang terdapat pintu masuk yang depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh menghadap pintu tersebut, sehingga peserta tidak akan terganggu oleh berbagai “pemandangan” yang dapat dilihat diluar rumah.

Jika digambarkan, layout ruang diskusi dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram FGD (Irwanto, 2006: 68)

3) Menyiapkan Logistik

Logistik adalah berbagai keperluan teknis yang dipelukan sebelum, selama, dan sesudah FGD terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi (audio/video), dan kebutuhan-kebutuhan peserta FGD: seperti transportasi; properti rehat: alat ibadah, konsumsi (makanan kecil dan atau makan utama); insentif; akomodasi (jika diperlukan); dan lain sebagainya.

Insentif dalam penyelenggaraan FGD adalah suatu hal yang wajar diberikan. Selain sebagai strategi untuk menarik minat peserta, pemberian insentif juga merupakan bentuk ungkapan terimakasih peneliti karena peserta FGD bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk mencurahkan pendapatnya dalam FGD. Jika perlu, sejak awal, dicantumkan dalam undangan mengenai intensif apa yang akan mereka peroleh jika datang dan aktif dalam FGD. Mengenai bentuk dan jumlahnya tentu disesuaikan dengan sumberdaya yang dimiliki peneliti. Umumnya insentif dapat berupa sejumlah uang atau souvenir (cinderamata).

4). Jumlah Peserta

Dalam FGD, jumlah perserta menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan. Menurut beberapa literatur tentang FGD (lihat misalnya Sawson, Manderson & Tallo, 1993; Irwanto, 2006; dan Morgan D.L, 1998) jumlah yang ideal adalah 7 -11 orang, namun ada juga yang menyarankan jumlah peserta FGD lebih kecil, yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005: 7) atau 6-8 orang (Krueger & Casey, 2000: 4). Terlalu sedikit tidak memberikan variasi yang menarik, dan terlalu banyak akan mengurangi kesempatan masing-masing peserta untuk memberikan sumbangan pikiran yang mendalam. Jumlah peserta dapat dikurangi atau ditambah tergantung dari tujuan penelitian dan fasilitas yang ada.

5). Rekruitmen Peserta: Homogen atau Heterogen?

Tekait dengan homogenitas atau heterogenitas peserta FGD, Irwanto (2006: 75-76) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Pemilihan derajat homogenitas atau heterogenitas peserta harus sesuai dengan tujuan awal diadakannya FGD. Pertimbangan persoalan homogenitas atau heterogenitas ini melibatkan variabel tertentu yang diupayakan untuk heterogen atau homogen. Variabel sosio-ekonomi atau gender boleh heterogen, tetapi peserta itu harus memahami atau mengalami masalah yang didiskusikan. Dalam mempelajari persoalan makro seperti krisis ekonomi atau bencana alam besar, FGD dapat dilakukan dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial ekonominya, tetapi dalam persoalan spesifik, seperti perkosaan atau diskriminasi, sebaiknya peserta lebih homogen. Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya semakin tidak perlu diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang saja juga akan diperoleh hasil yang sama atau relatif sama. Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena variasinya terlalu besar. Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis kelamin, status sosial ekonomi, latar belakang agama homogen, tetapi dalam melaksanakan usaha kecil heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat berjalan dengan baik dan FGD masih dianggap perlu. Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh homogen.

E. Pelaksanaan FGD

Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan moderator sebagai “Sang Sutradara”. Peran Moderator dalam FGD dapat dilihat dari aktivitas utamanya, baik yang bersifat pokok (secara prosedural pasti dilakukan) maupun yang tentatif (hanya diperlukan jika memang situasi menghendaki demikian). Peran-peran tersebut adalah (a) membuka FGD, (b) meminta klarifikasi, (c) melakukan refleksi, (d) memotivasi, (e) probing (penggalian lebih dalam), (f) melakukan blocking dan distribusi (mencegah ada peserta yang dominan dan memberi kesempatan yang lain untuk bersuara), (g) reframing, (h) refokus, (i) melerai perdebatan, (j) memanfaatkan jeda (pause), (k) menegosiasi waktu, dan (l) menutup FGD.

Dalam pelaksanaan FGD, kunci utama agar proses diskusi berjalan baik adalah permulaan. Untuk membuat suasana akrab, cair, namun tetap terarah, tugas awal moderator terkait dengan permulaan diskusi yaitu (1) mengucapkan selamat datang, (2) memaparkan singkat topik yang akan dibahas (overview), (3) membacakan aturan umum diskusi untuk disepakati bersama (atau hal-hal lain yang akan membuat diskusi berjalan mulus), dan (4) mengajukan pertanyaan pertama sebagai panduan awal diskusi. Untuk itu usahakan, baik pertanyaan maupun respon dari jawaban pertama tidak terlalu bertele-tele karena akan menjadi acuan bagi efisisensi proses diskusi tersebut.

Tidak boleh dilupakan, keseluruhan laporan FGD harus memuat poin-poin berikut ini: (a) identitas subjek (untuk kasus tertentu diperlukan deskripsi subjek, bisa ditulis dalam lampiran); (b) tujuan FGD; (c) bentuk FGD; (d) waktu FGD; (e) tempat berlangsungnya FGD; (f) alat bantu dalam FGD; (g) berapa kali dilakukan FGD; (h) tema-tema atau temuan penting dalam FGD, (i) kendala-kendala selama proses FGD; (j) pemahaman-pemaknaan FGD; dan (k) pembahasan hasil FGD.

Focus Group Discussion atau diskusi kelompok terarah adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Menurut Henning dan Coloumbia (1990), diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu. Interaksi diantara peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi. Peserta mempunyai kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan pernyataan, menanggapi, komentar maupun mengajukan pertanyaan. Tujuan FGD adalah untuk memperoleh masukan maupun informasi mengenai suatu permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian tentang masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa.

Focus Group Discussion meiliki karakter sebagai berikutr, peserta terdiri dari 6 – 12 orang dengan maksud agar setiap individu mendapat kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Umumnya FGD dilaksanakan pada populasi sasaran yang homogen (mempunyai ciri-ciri yang sama) ciri-ciri yang sama tersebut ditentukan oleh tujuan dari penelitian. Ada beberapa alasan dipergunakannya FGD yaitu:

1. Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara.

2. Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat.

3. Sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat lokal dan spesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling ideal.

2.4Aktivitas dan Hasil Unjuk Kerja

2.4.1 Aktivitas

Pada dasarnya aktivitas yang dimaksud disini adalah belajar, proses kegiatan yang melibatkan mental dan emosional. Aktivitas mental adalah proses berfikir atau konsentrasi mengingat dan penalaran, sedangkan aktivitas emosional adalah merasakan atau menghayati situasi/iklim pembelajaran seperti senang/gembira dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, puas karena berhasil merumuskan definisi atau pengertian suatu konsep, dan lain-lain. Bila ada seseorang yang duduk di satu ruangan kegiatan pada saat berlangsung, akan tetapi mental emosionalnya tidak terlibat aktif di dalam situasi tersebut, maka hakikatnya orang tersebut tidak belajar.

Sarjiman (2000:93) menyatakan bahwa dalam belajar diperlukan aktivitas, sebab pada dasarnya belajar adalah untuk mengubah tingkah laku, melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Tanpa aktivitas belajar dilakukan sendiri, maka seseorang tidak akan memperoleh kemampuan yang diharapkan.

Menurut Winkel (1981:48) aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa menghasilkan suatu perbuatan khas yaitu belajar yang tercapai. Aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental dan emosional dalam upaya terbentuknya perubahan perilaku yang lebih maju, dari tidak paham menjadi paham, dari tidak terampil menjadi terampil, dan dari tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Untuk meningkatkan aktivitas dalam belajar guru harus merancang aktivitas belajar siswa secara mantap.

Dengan demikian, yang dimaksud aktivitas belajar pada penelitian ini adalah pelibatan pikiran dan perasaan siswa secara aktif dalam situasi pembelajaran. Tanpa aktivitas belajar dilakukan sendiri, maka seseorang tidak akan memperoleh kemampuan yang diharapkan.

2.4.2 Hasil Unjuk Kerja

Hasil unjuk kerja disini dimaksudkan sebagai hasil belajar yang merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam latihan atau belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari seseorang sebagai pebelajar yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.

Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) (dalam Anitah W, 2009:2-19) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Romizoswki (1982) (dalam Anitah W, 2009:2-19) menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil-hasil belajar yaitu: 1) keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berpikir logis; 2) keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perceptual; 3) keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4) keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.

Sedangkan menurut Dimyati dkk. (2006) (dalam Lapono, 2010:206) dikatakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran adalah dampak yang dapat diukur seperti tertuang dalam rapot, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, yang disebut transfer belajar.

Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winataputra dan Rosita (1997; 191) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan.

Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.

b. Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.

c. Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek- aspek tingkat belajar yang diharapkan.

d. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar

Menurut Sudjana (1988:49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Sudjana (1988:50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut:

A. Tipe hasil belajar bidang kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :

1) Pengetahuan hafalan (knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.

2) Pemahaman (conprehention), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.

3) Penerapan (aplication), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.

4) Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti.

5) Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.

6) Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

B. Tipe hasil belajar afektif

Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikan oleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.

Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih kompleks yaitu :

1) Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar.

3) Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.

4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .

5) Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya

C. Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :

1) Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.

2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual , adaptif, motorik, dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks .

6) Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretatif, tetapi terpadu secara utuh yang dapat diukur melalui tes formatif.

Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar pada penelitian ini adalah perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja. Aspek hasil belajar meliputi kognitif, afektif dan psikomotor.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting, Tempat , Waktu dan Subyek Penelitian

Tempat penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di beberapa SMK Kabupaten Tanggamus yang menjadi binaan pengawas. Objek penelitian tindakan sekolah ini adalah para Guru Adaptif Normatif dan Produktif dari 3 (Tiga) sekolah negeri, yaitu SMK Negeri 1 Talangpadang, SMK Negeri 1 Pugung, dan SMK Negeri 1 Kotaagung Timur. Jumlah peserta Kegiatan seluruhnya ada 12 orang guru.

Lama penelitian yaitu 3 bulan yaitu bulan Januari, Februari dan Maret 2016. Waktu tersebut digunakan untuk proses rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pelaporan hasil penelitian. Kegiatan rancangan penelitian; menyusun rancangan pembelajaran, menyusun deskriptor, menyusun alat perekam data. Kegiatan pelaksanaan adalah; refleksi, perencanaan, perlakuan, observasi dan refleksi. Kegiatan pelaporan; pembuatan sistematika, pembuatan draft, dan revisi dan finalisasi.

Subjek penelitian ini adalah SMK Negeri binaan peneliti, sementara yang menjadi obyek adalah para guru yang berasal dari SMK Negeri yang menjadi binaan peneliti sebagai pengawas baik di Kecamatan Pugung, Kecamatan Talangpadang dan Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus. Adapun guru binaan adalah para guru dari 3 (tiga) sekolah, yakni SMK Negeri 1 Pugung, SMK Negeri 1 Talangpadang, dan SMK Negeri 1 Kotaagung Timur. Jumlah peserta Kegiatan seluruhnya ada 12 orang. Ketiga sekolah tersebut menjadi pilihan karena letak geografis sekolah yang tidak berjauhan. Dengan demikian di asumsikan bahwa ketiga sekolah tersebut memiliki karakter sekolah yang mendekati sama.

Banyaknya siklus pada penelitian ini dilaksanakan sebayak 3 (tiga) siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III yang masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Siklus I Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada minggu ke-II bulan Januari 2016; Siklus I Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada minggu ke-III bulan Januari 2016 ; dan Siklus II Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada minggu ke-IV bulan Januari 2016; Siklus II Pertemuan ke-2 dilaksankan pada minggu ke-I Februari 2016, Siklus III Pertemuan ke-1 dilaksanakan minggu ke-I Maret 2016; Siklus III pertemuan ke-2 dilaksanakan minggu ke-II Maret 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara bergiliran di 3 sekolah negeri binaan yakni di SMK Negeri 1 Talangpadang, SMK Negeri 1 Pugung, dan SMK Negeri 1 Kotaagung Timur.

Waktu atau jadwal pelaksanaan penelitian setiap siklus tertuang pada tabel 2 berikut:

Tabel 3.

Jadwal Pelaksanaan dan Fokus masalah Penelitian Tindakan Sekolah

No

Waktu

Siklus

Fokus Kegiatan Pengawas dan Guru

1.

Minggu ke-II bulan Januari 2016

Siklus I Pertemuan Pertama

Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Penyusunan PTK dengan pendampingan dengan metode Focus Group Discussion.

(1) Pengawas menyampaikan semua fakta terkait penyusunan PTK;

(2) Guru melakukan Focus group Discussion untuk merespon atas fakta-fakta tersebut;

(3) Pengawas melakukan overview terkait pelaksanaan PTK;

2.

Minggu ke- III Januari 2016

Siklus I Pertemuan Kedua

(1) Guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan masalah yang ditemukan selama di kelas yang telah dilakukan didampingi pengawas;

(2) Guru menyusun Rancangan Penelitian sesuai dengan masalah yang ditemukan selama di kelas yang telah dilakukan serta mencari solusi terkait hasil refleksi didampingi pengawas

3.

Minggu ke- IV bulan Januari 2016

Siklus II pertemuan Pertama

(1) Guru diminta menyusun RPP Perbaikan berikut intrumen penilaiannya, sesuai dengan solusi yang akan digunakan.

(2) Anggota kelompok merespon dalam bentuk Focus group Discussion;

4.

Minggu ke-I Februari 2016

Siklus II pertemuan Kedua

(1) Guru menyampaikan hasil Rencana Kegiatan Perbaikan Pembelajaran berikut instrumen perekaman data yang tertuang pada RPP Perbaikan Siklus 1, II dan III ; Dengan FGD, guru saling memberikan memberikan respon dan masukan atas RPP dan instrumen yang dipresentasikan teman sejawat; Pengawas memberikan klarifikasi dan penguatan atas RPP dan Instrumen yang telah disusun guru.

(2) Pengawas meminta guru untuk melaksanakan RPP Perbaikan disertai hasil perekaman data dengan menggunakan instrumen yang telah dirancang sebelumnya pada kegiatan mandiri berikutnya.

5.

Minggu ke I Maret 2016

Siklus III pertemuan Pertama

Guru mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menyajikan data dan hasil olahannya ; Dengan Focus Group Discussion terkait hasil penelitiannya, selanjutnya guru diminta untuk melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan dari audience dan pengawas, segera setelah pelaksanaan kegiatan.

6.

Minggu ke-II Maret 2016

Siklus III pertemuan Kedua

Guru mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menyajikan data dan hasil olahannya ; Dengan Focus Group Discussion terkait hasil penelitiannya, selanjutnya guru diminta untuk melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan dari audience dan pengawas, segera setelah pelaksanaan kegiatan.

3.2 Desain Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian dilaksanakan melalui 4 tahapan utama yakni : (1) Perencanaan (Planning) ; (2) Pelaksanaan (Action) ; (3) Observasi atau Pengamatan (Observing) dan (4) Refleksi (Reflection).

Secara diagram dapat dilihat pada gambar berikut:

3.2.1 Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan (planning), yaitu suatu tahap merencanakan kegiatan, dalam hal ini pada kegiatan kepengawasan, dimana berdasarkan hasil refleksi awal bahwa peneliti menemukan fakta bahwa guru mengalami banyak kendala dalam melaksanakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas sekaligus dalam penyusunan laporan penelitiannya, oleh sebab itu peneliti mengangkat satu kegiatan pembimbingan guru ini terkait kegiatan dengan bagaimana melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dan penyusunan laporannya melalui kegiatan pendampingan kolaboratif dan FGD kepada guru binaan.

Pada tahap ini, pengawas melakukan beberapa kegiatan awal diantaranya:

1) Menyusun Rencana Pengawasan Akademik (RPA), yakni menetapkan tujuan pembimbingan, langkah kegiatan pembimbingan, menentukan alat dan bahan, menyiapkan media dan sumber belajar, menyusun lembar pengamatan ; menentukan jumlah siklus yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

2) Fokus masalah yang akan diamati dalam hal ini berupa tingkat aktivatas guru dalam kegiatan dan produk / portofolio / unjuk kerja yang diperoleh terkait dengan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas melalui kegiatan pendampingan kolaboratif dan FGD kepada guru binaan.

3) Menyusun deskriptor dan kriteria keberhasilan atau peningkatan hasil pembimbingan pada guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas;

4) Menyusun jenis dan alat perekam data penelitian berupa format lembar observasi, pedoman observasi, untuk mengukur aktivitas dan portofolio / unjuk kerja peserta (guru) serta catatan lapangan/jurnal dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan sebanyak 3 siklus, dimana pada setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan yang memiliki perlakuan langkah masing-masing sesuai hasil refleksi dengan teknik supervisi langsung dan tak langsung (kolaboratif) serta Focus Group Discussion (FGD)

1) Siklus I (Pertama)

Berdasarkan temuan, analisis data dan refleksi awal hasil supervisi yang dilakukan peneliti terkait dengan peta kompetensi guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas didapatkan data bahwa guru-guru masih sangat kurang pemahamannya atas prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas.

Setelah dianalisis diasumsikan bahwa selama ini guru jarang bahkan belum pernah dibimbing dan didampingi dalam melakukan kegiatan Peneltian Tindakan Kelas, selama ini kegiatan para pengawas sebelumnya hanya sebatas pada pemberian materi tidak terstruktur dan selintas pada kegiatan-kegiatan workshop yang bersifat temporer, mengikuti diklat dan seminar yang dibatasi oleh waktu dan dana, yang utama adalah tidak adanya tindaklanjut kegiatan yang bermuara pada unjuk kerja yang dimiliki oleh guru yang bersamgkutan.

Berdasarkan hasil temuan dan identifikasi masalah serta analisis masalah, maka rencana alternatif tindakan yang akan dilakukan adalah dengan pendampingan dalam melakukan kegiatan bimbingan yang kegiatannya berbasis Kolaboratif dan brains storming (curah gagasan) dalam bentuk Focus Group Discussion antar guru binaan.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus I Pertemuan ke-1 adalah sebagai berikut:

(1) Pengawas berkunjung ke guru-guru binaan;

(2) Pengawas mengeksplorasi dan mengamati kesiapan guru dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas;

(3) Pengawas mencatat semua fakta saat guru diminta untuk mengikuti bimbingan pelaksanaan Peneltian Tindakan Kelas secara berkelompok;

(4) Pengawas memberi motivasi guru untuk melakukan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan berkolaborasi dengan teman sejawat.

(5) Pengawas dan guru menyepakati pelaksanaan kegiatan bimbingan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas dengan pendampingan dengan metode Focus Group Discussion;

(6) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru;

(7) Pengawas dan guru melakukan refleksi kegiatan.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus I Pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut:

(1) Pengawas menyampaikan maksud kegiatan;

(2) Pengawas menyampaikan fakta-fakta umum kesulitan guru dalam melaksanakan PTK;

(3) Pengawas meminta guru melakukan Focus group Discussion untuk merespon atas fakta-fakta tersebut;

(4) Pengawas melakukan overview terkait melaksanakan PTK;

(5) Pengawas meminta Guru untuk melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan masalah yang ditemukan selama di kelas yang telah dilakukan serta mencari solusi terkait hasil refleksi didampingi pengawas;

(6) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

(7) Pengawas dan guru melakukan refleksi kegiatan.

2) Siklus II (Kedua)

Rencana tindakan kegiatan yang akan digunakan dalam mendampingi guru dalam melakukan kegiatan bimbingan ini berbasis Kolaboratif dan brains storming (curah gagasan) dalam bentuk Focus Group Discussion antar guru binaan.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus II Pertemuan ke-1 adalah sebagai berikut:

(1) Pengawas menyampaikan maksud kegiatan;

(2) Pengawas meminta guru untuk menyusun Rancangan Penelitian dan RPP Perbaikan sebagai solusi perbaikan pembelajaran yang akan digunakan, berikut instrumen penilaiannya.

(3) Guru lain memberikan respon dalam bentuk Focus group Discussion;

(4) Pengawas mengklarifikasi dan memberikan penguatan;

(5) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus II Pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut:

(1) Pengawas menyampaikan maksud kegiatan;

(2) Guru diminta menyampaikan hasil Rencana Kegiatan Perbaikan Pembelajaran yang tertuang pada RPP Perbaikan Siklus 1, II dan III

(3) Dengan FGD, guru saling memberikan respon dan masukan atas RPP yang dipresentasikan teman sejawat;

(4) Pengawas memberikan klarifikasi, penguatan dan evaluasi atas hasil yang telah diperoleh guru.

(5) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

(6) Pengawas dan guru melakukan refleksi

3) Siklus III (Ketiga)

Rencana tindakan kegiatan yang akan digunakan dalam mendampingi guru dalam melakukan kegiatan bimbingan ini berbasis Kolaboratif dan brains storming (curah gagasan) dalam bentuk Focus Group Discussion antar guru binaan.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus III pertemuan ke-1 adalah sebagai berikut:

(1) Pengawas meminta guru untuk mempresentasikan instrumen perekaman data penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan RPP Perbaikan.

(2) Dengan FGD, guru saling memberikan memberikan respon dan masukan atas instrumen pengamatan dan penilaian yang dipresentasikan teman sejawat;

(3) Pengawas mengklarifikasi dan memberikan penguatan serta evaluasi kepada semua guru yang telah mempresentasikan hasilnya dihadapan audience.

(4) Langkah selanjutnya, pengawas meminta guru untuk melaksanakan RPP Perbaikan disertai hasil perekaman data dengan menggunakan instrumen yang telah dirancang sebelumnya pada kegiatan mandiri berikutnya.

(5) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus III pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut:

(1) Pengawas meminta beberapa guru secara bergantian untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menyajikan data dan hasil olahannya

(2) Dengan Focus Group Discussion terkait hasil penelitiannya, selanjutnya guru diminta untuk melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan dari audience dan pembahas, segera setelah pelaksanaan kegiatan.

(3) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

3.2.2 Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahap pelaksanaan (action), pada tahapan ini peneliti melaksanakan kegiatan pendampingan kolaboratif dengan metode FGD, peneliti melakukan pembimbingan, melakukan pengamatan, dan merekam data-data penelitian dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun langkah kegiatan pada siklus ini sesuai dengan fokus kegiatan dan langkah yang telah direncanakan, seperti tertuang pada RPA 1 (Pertemuan 1 dan 2) ; RPA II (Pertemuan 1 dan 2) ; RPA III (Pertemuan 1 dan 2)

3.2.3 Observasi / Pengamatan (Observing)

Pada setiap siklus, dengan dibantu oleh teman sejawat, peneliti melakukan observasi bersama observer dengan melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan yang berjalan, mencatat dan merekam data-data yang dibutuhkan terkait aktivitas kegiatan pembimbingan dan produk hasil akhir yang diharapkan diperoleh dari peserta (guru) dalam penyusunan PTK, sebagai capaian pada Siklus I , Siklus II dan Siklus III

3.2.4 Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini, peneliti merefleksikan kegiatan setiap siklus mulai dari Siklus I ; Siklus II dan Siklus III yang telah dilaksanakan, mencari beberapa kelemahan dan kekurangan dalam kegiatan pendampingan. Hasil refleksi digunakan untuk perbaikan atau tindak lanjut pada siklus berikutnya.

3.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data dari penelitian ini, yaitu:

1) Aktivitas Guru Selama Kegiatan Pendampingan

Aktivitas selama pelaksanaan Kegiatan yang dimaksud adalah seluruh aktivitas peserta (guru) saat pelaksanaan Focus Group Discussion, namun untuk mempermudah pengamatannya maka aktivitas tersebut dibatasi dengan aktivitas peserta yang terkait dengan:

(1) Perhatian peserta (guru) terhadap pelaksanaan Kegiatan ;

(2) Interaksi antar peserta (guru) ; Interaksi peserta dengan pendamping saat pelaksanaan ;

(3) Kualitas dan kuantitas peserta berdiskusi pada saat pelaksanaan ;

(4) Pemahaman Konsep dan pengerjaan tugas / materi yang dibahas.

2) Unjuk Kerja Guru Dokumen dan Instrumen Penelitian Tindakan Sekolah selama pendampingan.

Unjuk kerja dalam pemenuhan dokumen-dokumen yang harus dibuat oleh guru dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas secara individual adalah seluruh dokumen yang harus dipersiapkan atau dibuat guru saat melakukan prosedur kegiatan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas secara individu.

Untuk mempermudah pengamatannya maka aktivitas tersebut dibatasi dengan rekaman data yang terlihat dan telah dimiliki atau dibuat guru saat proses pembimbingan yang menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pemahaman konsep dalam bentuk dokumen-dokumen pendukung dalam penulisan dan atau penyusunan PTK.

Adapun produk hasil atau dokumen yang menjadi target diantaranya adalah :

(1) Adanya Rancangan Penelitian yang disusun berdasarkan hasil refleksi guru yang bersangkutan.

(2) Adanya RPP Perbaikan I, II dan III

(3) Adanya Instrumen pengamatan / observasi setiap siklusnya

(4) Adanya bagian isi laporan penelitian

(5) Adanya dokumen-dokumen pendukung bagian isi laporan yang tersusun sesuai dengan sistematika yang lazim dan memenuhi 44 Indikator PTK yang berterima.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap aktivitas guru saat melaksankan kegiatan bimbingan dan unjuk kerja guru dari awal proses sampai dengan akhir proses dalam mengikuti kegiatan bimbingan.

Secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Pengamatan terhadap aktivitas peserta (guru) dalam kegiatan pendampingan dan Focus Group Discussion (FGD)

Pada kegiatan pengamatan terhadap guru, aktivitas yang diobservasi yaitu (1) Perhatian peserta terhadap pelaksanaan kegiatan ; (2) Interaksi antar peserta dan Interaksi peserta dengan pendamping saat pelaksanaan ; (3). Kualitas dan kuantitas peserta bertanya, menjawab dan berdiskusi saat pelaksanaan ; (4) Pemahaman Konsep Materi yang dibahas.

Adapun instrumen pengamatan / observasinya seperti pada Format Instrumen berikut ini.

Tabel 4.

Lembar Observasi Aktivitas Peserta (guru)

Siklus : I/II/III*)

Hari : ...........................

Tanggal : ...........................

Level/Sekolah : ...........................

Aktivitas Kegiatan :

1. Perhatian peserta saat kegiatan

2. Interaksi antar peserta

3. Interaksi peserta-pendamping saat kegiatan

4. Berdiksusi (bertanya, menjawab) antar peserta saat kegiatan

5. Pemahaman Konsep dan pengerjaan tugas / materi yang dibahas

No

Nama

Aktivitas 1

Aktivitas 2

Aktivitas 3

Aktivitas ke .. x

SB

B

C

K

SB

B

C

K

SB

B

C

K

SB

B

C

K

1.

2.

3.

Dst.

Jumlah

Prosentase

1. Sangat Baik (SB), Jika aktivitas ≥ 7 kali muncul per 10 menit

2. Baik (B), Jika aktivitas 5-6 kali muncul per 10 menit

3. Cukup (C), Jika aktivitas 2-4 kali muncul per 10 menit

4. Kurang (K), Jika aktivitas < 2 kali muncul per 10 menit

Kemudian catatan aktivitas tersebut diolah dan disajikan kembali dalam bentuk rekapitulasi dengan menggunakan format seperti pada tabel berikut :

Tabel 5.

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Peserta (guru)

NO

AKTIVITAS

JML

SKOR

SB

B

C

K

1.

Perhatian terhadap materi

2.

Interaksi antar-peserta (guru)

3.

Interaksi antar-peserta dan pendamping

4.

Diskusi kelompok (tanya – jawab, menyampaikan pendapat)

5.

Pemahaman Konsep Materi dan pengerjaan tugas-tugas

Jumlah

Prosentase

2) Pengamatan terhadap Portofolio / Hasil Unjuk Kerja Peserta (guru) dalam memenuhi proses penyusunan dokumen dan Instrumen Penelitian Tindakan Kelas secara individu.

Hasil unjuk kerja / portofolio dalam pemenuhan dokumen-dokumen yang harus disusun atau dibuat oleh guru direkam keberadaannya hal ini menjadi indikator terkait ada tidaknya Dokumen Penelitian Tindakan Kelas selama proses bimbingan dan pendampingan secara individu.

Untuk mempermudah pengamatannya maka aktivitas tersebut dibatasi dengan terlihat dan adanya dokumen-dokumen tersebut, diantaranya:

(1) Rancangan penelitian yang dibuat berdasarkan hasil refleksi ;

(2) RPP Perbaikan I, II dan III ;

(3) Instrumen pengamatan / observasi setiap siklusnya dan instrumen tes (bila menguji hasil belajar siswa) ;

(4) Bagian Isi / Utama Laporan yang disusun sesuai sistematika yang lazim.

(5) Bagian Lampiran, sebagai pendukung laporan.

Instrumen yang digunakan seperti pada format berikut ini:

Tabel 6.

Lembar Observasi / Pengamatan

Portofolio Dokumen Pendukung PTK

No

Nama Peserta (Guru)

Ranc. Penelitian

RPP Perbaikan

Instrumen penelitian

Bagian Isi Laporan

Bagian Pndukung (Lampiran)

a

b

c

A

b

c

a

B

c

a

b

c

a

b

c

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Dst

Jumlah

Prosentase

Kriteria :

1. Terpenuhi Seluruhnya

2. Terpenuhi Sebagian

3. Belum Terpenuhi

Kemudian berdasarkan rekaman pengamatan dokumen tersebut disajikan kembali dalam bentuk rekapitulasi dengan menggunakan format seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 7.

Rekapitulasi Perangkat Dokumen PTK Peserta (guru)

NO

JENIS DOKUMEN

JMLAH

KRITERIA

a

b

c

1.

Rancangan Penelitian

2.

RPP Perbaikan I, II, III

3.

Instrumen Pengamatan / hasil tes

4.

Bagian Isi Laporan PTK

5.

Lampiran / Pendukung PTK

Jumlah

Prosentase

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dilakukan dengan menggunakan statistic sederhana, yaitu:

- Menghitung Prosentase hasil obervasi / pengamatan

Observasi yang dilakukan pada saat kegiatan pembimbingan dan pendampingan berlangsung, hasil pengamatan dianalisis dan dihitung dengan menggunakan Rumus:

N P = R x 100 %

Σ M

Keterangan :

NP = Nilai persen yang diharapkan

R = Jumlah Skor mentah yang

diperoleh

Σ SM = Jumlah Skor maksimum

100 = Bilangan tetap persen

Diadopsi dari Purwanto (2009 : 102)

3.6Indikator Keberhasilan

Kegiatan Pembimbingan Penyusunan PTK melalui pendampingan kolaboratif dengan metode FGD ini dikatakan berhasil jika :

1. Seluruh aktivitas kegiatan peserta (guru) dalam proses kegiatan pembimbingan minimal pada kriteria “Baik” mencapai 75% jumlah peserta pendampingan.

2. Dokumen PTK dan kelengkapannya tersusun efektif minimal 75% dari jumlah peserta pendampingan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Per-Siklus

Penelitian tindakan sekolah ini memerlukan waktu selama tiga bulan yaitu bulan Januari, Februari, dan Maret 2016. Waktu tersebut digunakan untuk proses rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pelaporan hasil penelitian. Banyaknya siklus pada penelitian ini 3 (tiga) siklus, yaitu Siklus I, Siklus II, dan Siklus III yang masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.

(1) Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada 16-Januari 2016;

(2) Siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada 23- Januari 2016;

(3) Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada 30-Januari 2016;

(4) Siklus II pertemuan 2 dilaksankan pada 06-Februari 2016;

(5) Siklus III pertemuan 1 dilaksanakan pada 05-Maret 2016;

(6) Siklus III pertemuan 2 dilaksanakan pada 12-Maret 2016.

Tempat pelaksanaan Siklus I di SMK Negeri 1 Pugung, Siklus II di SMK Negeri 1 Talangpadang dan Siklus III di SMK Negeri 1 Kotaagung Timur.

1. Deskripsi Hasil Siklus I

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun skenario kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion dengan kegiatan-kegiatan seperti: menyiapkan bahan kegiatan, merancang tahapan pelatihan, membuat instrumen observasi, instrumen angket, menyiapkan perangkat penelitian lainnya.

Rencana tindakan pada Siklus I pertemuan 1 menggunakan langkah-langkah:

(1) Pengawas bertemu guru-guru binaan

(2) Pengawas mengeksplorasi dan mengamati terkait kesiapan guru dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas;

(3) Pengawas mencatat semua fakta saat guru diminta untuk mengikuti bimbingan pelaksanaan PTK secara berkelompok;

(4) Pengawas memotivasi guru-guru untuk melakukan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan berkolaborasi dengan teman sejawat.

(5) Pengawas dan guru menyepakati pelaksanaan kegiatan Bimbingan Penyusunan PTK dengan pendampingan dengan metode Focus Group Discussion.

(6) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Rencana tindakan pada Siklus I pertemuan 2 menggunakan langkah-langkah:

(1) Pengawas bertemu guru-guru binaan

(8) Pengawas menyampaikan maksud kegiatan;

(9) Pengawas menyampaikan fakta-fakta umum kesulitan guru dalam melaksanakan PTK;

(10) Pengawas meminta guru melakukan Focus group Discussion untuk merespon atas fakta-fakta tersebut;

(11)Pengawas melakukan overview terkait melaksanakan PTK;

(12) Pengawas meminta Guru untuk melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan masalah yang ditemukan selama di kelas yang telah dilakukan serta mencari solusi terkait hasil refleksi didampingi pengawas;

(13) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas mengacu pada rencana yang telah dibuat, yaitu menggunakan kegiatan kolaboratif dan metode Focus Group Discussion. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan inti yang telah dirancang pada Pertemuan Pertama dan Kedua.

Gambaran pelaksanaan kegiatan pada Kegiatan ini adalah sebagai berikut.

Pada kegiatan awal, pendamping membuka kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion. Lalu pendamping bertanya jawab tentang topik kegiatan. Beberapa guru ditunjuk oleh pendamping untuk menyampaikan pendapat tentang topik kegiatan. Setelah beberapa guru menyampaikan pendapatnya, pendamping menyampaikan tujuan kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion. Kegiatan awal ini berlangsung 10 menit.

Kegiatan inti menggunakan langkah sebagai berikut: (1) Pengawas mengeksplorasi dan mengamati terkait kesiapan guru dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas; (2) Pengawas mencatat semua fakta saat guru diminta untuk mengikuti bimbingan pelaksanaan PTK secara berkelompok; (3) Pengawas memotivasi guru-guru untuk melakukan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan berkolaborasi dengan teman sejawat ; (4) Pengawas dan guru menyepakati pelaksanaan kegiatan Bimbingan Penyusunan PTK dengan pendampingan dengan metode Focus Group Discussion.; (5) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Adapun kegiatan inti pelaksanaan tindakan pada Siklus I pertemuan 2 menggunakan langkah-langkah: (1) Pengawas menyampaikan maksud kegiatan; (2) Pengawas menyampaikan fakta-fakta umum kesulitan guru dalam melaksanakan PTK; (3) Pengawas meminta guru melakukan Focus group Discussion untuk merespon atas fakta-fakta tersebut; (4) Pengawas melakukan overview terkait melaksanakan PTK; (5) Pengawas meminta Guru untuk melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran dan masalah yang ditemukan selama di kelas yang telah dilakukan serta mencari solusi terkait hasil refleksi didampingi pengawas; (6) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Pada kegiatan akhir pendamping bersama peserta melakukan refleksi dengan merenungkan kembali kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan akhir Kolaboratif dan Focus Group Discussion berlangsung selama 10 menit.

c) Observasi / Pengamatan

1) Hasil Pengamatan Aktivitas Guru

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam kegiatan bimbingan. Aktivitas yang diamati yaitu aktivitas guru di dalam kegiatan pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion. Fokus pengamatan dalam kegiatan ini adalah: (1) Perhatian peserta terhadap pelaksanaan kegiatan, (2) Interaksi antar peserta dan pendamping saat pelaksanaan, (3). Kualitas dan kuantitas peserta berdiskusi saat pelaksanaan ; (4) Pemahaman Konsep Materi (Lihat Lampiran Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I)

Rekapitulasi hasil pengamatan tentang aktivitas guru di dalam kegiatan pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Peserta (guru) Siklus I

NO

AKTIVITAS

JUMLAH

SKOR

SB

B

C

K

1.

Perhatian

12

0

1

7

4

2.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

2

7

3

3.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

1

4

7

4.

Berdiskusi (bertanya-menjawab)

12

0

0

7

5

5.

Pengerjaan Tugas dan Pemahaman Materi / Konsep

12

0

1

5

6

Jumlah

12

0

5

30

35

Prosentase

100%

0%

8,3%

50,0%

41,7%

Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa aktivitas peserta saat pelaksanaan kegiatan adalah sebagi berikut: Belum ada peserta Sangat Baik ; 8,3% Jumlah Peserta berkategori Baik, 50,0% peserta berkategori Cukup, dan 41,7% peserta berkategori “Kurang”.

2) Hasil Pengamatan Portofolio/Hasil Unjuk Kerja capaian peserta (guru) dalam Penyusunan PTK.

Selain aktivitas peserta (guru) dalam kegiatan pembimbingan, pengamatan juga dilakukan perekaman portofolio / produk hasil yang dicapai guru dalam kegiatan selama proses pelaksanaan pendampingan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas. Fokus pengamatan untuk guru adalah aktivitas guru yang terkait produk hasil yang dicapai guru dalam kegiatan selama proses pelaksanaan pendampingan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas, yaitu, seperti:

(1) Rancangan penelitian yang dibuat berdasarkan hasil refleksi ; (2) Adanya RPP Perbaikan I, II dan III ; (3) Adanya Instrumen pengamatan / observasi setiap siklusnya dan instrumen tes (bila menguji hasil belajar siswa) ; (4) Adanya laporan akhir sesuai sistematika yang lazim.

Hasil pengamatan unjuk kerja guru selama proses pelaksanaan kegiatan pendampingan guru dalam penyusunan PTK secara individual (Lihat Lembar Observasi Hasil Unjuk Kerja Peserta/guru) dianalisis dan diolah dengan hasil seperti tertuang pada hasil rekapitulasi berikut ini:

Tabel 9.

Rekapitulasi Perangkat Dokumen PTK Peserta (guru) Siklus I

NO

JENIS DOKUMEN

JMLAH

KRITERIA

a

b

C

1.

Rancangan Penelitian

12

0

5

7

2.

RPP Perbaikan I, II, III

12

0

3

9

3.

Instrumen Pengamatan / hasil tes

12

0

0

12

4.

Bagian Isi Laporan PTK

12

0

0

12

5.

Lampiran / Pendukung PTK

12

0

0

12

Jumlah

12

0

8

52

Prosentase

100%

0%

13,3%

86,7%

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa guru baru memiliki produk hasil pendukung dalam penyusunan PTK secara individu Terpenuhi Sebagian pada 2 produk (Rancangan Penelitian dan RPP Perbaikan) sebesar 13,3% dan 3 item produk belum terpenuhi secara individu sebesar 86,7%.

d) Refleksi dan Analisis

Berdasarkan analisis data hasil observasi terdapat beberapa kelemahan dalam kegiatan Kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion pada Siklus I.

Kelemahan yang dimaksud yaitu dalam pemahaman guru terkait prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Hal ini terlihat saat guru mengikuti bimbingan secara umum mereka belum mempunyai bekal awal yang cukup sehingga mereka enggan berinteraksi dengan pendamping dan enggan untuk saling berbagi ilmu saat berdiskusi. Kelemahan guru juga terlihat belum dapat optimal menunjukkan kemampuannya dalam menuangkan ide dalam suatu tulisan, seperti: (1) Kemampuan merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran, (2) Kemampuan menganalisis kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa termasuk kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, (3) Guru belum memahami trik dalam merancang kegiatan Penelitian Tindakan Kelas, (4) Keterbatasan pengetahuan guru terkait model-model pembelajaran yang interaktif, (5) Keterbatasan kemampuan guru dalam menuangkan ide atau konsep ke dalam suatu kalimat atau tulisan.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut peneliti melakukan refleksi, merencanakan perbaikan tindakan dan merekomendasikan pada siklus berikutnya berupa Kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion dengan poin-poin pokok : (1) Guru diminta menyampaikan hasil refleksi terkait pembelajaran yang telah dialami sebelumnya ; (2) Pengawas meminta guru untuk menyusun Rancangan Penelitian dan RPP Perbaikan sebagai solusi perbaikan pembelajaran yang akan digunakan, berikut instrumen penilaiannya. ; (3) Guru diminta menyampaikan hasil Rencana Kegiatan Perbaikan Pembelajaran yang tertuang pada RPP Perbaikan Siklus 1, II dan III ; (4) Dengan FGD, guru saling memberikan respon dan masukan atas RPP yang dipresentasikan teman sejawat; (5) Pengawas memberikan klarifikasi, penjelasan dan penguatan ; (6) Pengawas dan guru melakukan refleksi kegiatan; (7) Pengawas mengamati dan mencatat pelaksanaan kegiatan.

2. Deskripsi Hasil Siklus II

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun skenario kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion dengan rencana tindakan pada Siklus II pertemuan 1 menggunakan langkah-langkah:

(1) Pengawas meminta guru untuk menyusun Rancangan Penelitian dan RPP Perbaikan sebagai solusi perbaikan pembelajaran yang akan digunakan, berikut instrumen penilaiannya.

(2) Guru lain memberikan respon dalam bentuk Focus group Discussion;

(3) Pengawas mengklarifikasi dan memberikan penguatan;

(4) Pengawas bersama observer mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus II Pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut:

(7) Pengawas meminta pada guru untuk menyampaikan hasil Rencana Kegiatan Perbaikan Pembelajaran yang tertuang pada RPP Perbaikan Siklus 1, II dan III

(8) Dengan FGD, guru saling memberikan respon dan masukan atas RPP yang dipresentasikan teman sejawat;

(9) Pengawas memberikan klarifikasi, penguatan terkait model pembelajaran dan evaluasi atas hasil yang telah diperoleh guru.

(10) Pengawas bersama observer mencatat dan mengamati aktivitas guru.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas mengacu pada rencana yang telah dibuat, yaitu tetap menggunakan kegiatan kolaboratif dan metode Focus Group Discussion. Gambaran pelaksanaan kegiatan pada Kegiatan ini adalah sebagai berikut.

Pada kegiatan awal, pendamping membuka kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion. Lalu pendamping bertanya jawab tentang topik kegiatan. Beberapa guru ditunjuk oleh pendamping untuk menyampaikan pendapat tentang topik kegiatan. Setelah beberapa guru menyampaikan pendapatnya, pendamping menyampaikan tujuan kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion. Kegiatan awal ini berlangsung 10 menit.

Kegiatan inti pada Siklus II pertemuan 1 menerapkan langkah sebagai berikut: (1) Pengawas meminta guru untuk menyusun Rancangan Penelitian dan RPP Perbaikan sebagai solusi perbaikan pembelajaran yang akan digunakan, berikut instrumen penilaiannya ; (2) Guru lain memberikan respon dalam bentuk Focus group Discussion; (3) Pengawas mengklarifikasi dan memberikan penguatan; (4) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Adapun kegiatan inti pada Siklus II pertemuan 2 : (1) Guru diminta menyampaikan hasil Rencana Kegiatan Perbaikan Pembelajaran yang tertuang pada RPP Perbaikan Siklus 1, II dan III; (2) Dengan FGD, guru saling memberikan respon dan masukan atas RPP yang dipresentasikan teman sejawat; (3) Pengawas memberikan klarifikasi, penguatan terkait model pembelajaran dan evaluasi atas hasil yang telah diperoleh guru.; (4) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Pada kegiatan akhir pendamping bersama peserta melakukan refleksi dengan merenungkan kembali kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan akhir Kolaboratif dan Focus Group Discussion berlangsung selama 10 menit.

c) Observasi / Pengamatan

1) Hasil Pengamatan Aktivitas Guru

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam kegiatan bimbingan. Aktivitas yang diamati yaitu aktivitas guru di dalam kegiatan pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion. Fokus pengamatan dalam kegiatan ini adalah: (1) Perhatian peserta terhadap pelaksanaan kegiatan, (2) Interaksi antar peserta dan pendamping saat pelaksanaan, (3) Kualitas dan kuantitas peserta berdiskusi saat pelaksanaan ; (4) Pemahaman Konsep Materi

Rekapitulasi hasil pengamatan tentang aktivitas guru di dalam kegiatan pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10.

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Peserta (guru) Siklus II

NO

AKTIVITAS

JUMLAH

SKOR

SB

B

C

K

1.

Perhatian

12

0

3

2

7

2.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

2

7

3

3.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

0

5

7

4.

Berdiskusi (bertanya-menjawab)

12

0

0

7

5

5.

Pengerjaan Tugas dan Pemahaman Materi / Konsep

12

0

0

7

5

Jumlah

12

0

5

28

27

Prosentase

100%

0%

8,3%

46,7%

45,0%

Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa aktivitas peserta saat pelaksanaan kegiatan adalah sebagi berikut: Belum ada peserta beraktivitas katagori Sangat Baik ; 8,3% peserta beraktivitas katagori Baik ; 46,7% peserta beraktivitas katagori Cukup ; dan 45% peserta beraktivitas katagori Kurang.

2) Hasil pengamatan produk capaian peserta (guru) dalam Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas

Selain aktivitas peserta (guru) dalam kegiatan pembimbingan, pengamatan juga dilakukan perekaman produk hasil yang dicapai oleh guru dalam kegiatan selama proses pelaksanaan pendampingan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas. Fokus pengamatan untuk guru adalah aktivitas guru yang terkait produk hasil yang dicapai guru dalam kegiatan selama proses pelaksanaan pendampingan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya adalah : (1) Rancangan penelitian yang dibuat berdasarkan hasil refleksi ; (2) Adanya RPP Perbaikan I, II dan III ; (3) Adanya Instrumen pengamatan / observasi setiap siklusnya dan instrumen tes (bila menguji hasil belajar siswa) ; (4) Adanya laporan akhir sesuai sistematika yang lazim.

Hasil pengamatan dokumen produk guru selama proses pelaksanaan kegiatan pendampingan guru dalam penyusunan PTK secara individu dapat dilihat pada hasil rekapitulasi seperti pada tabel berikut :

Tabel 11.

Rekapitulasi Dokumen PTK Peserta (guru) Siklus II

NO

JENIS DOKUMEN

JMLAH

KRITERIA

a

b

c

1.

Rancangan Penelitian

12

9

3

0

2.

RPP Perbaikan I, II, III

12

2

10

0

3.

Instrumen Pengamatan / hasil tes

12

4

8

0

4.

Bagian Isi Laporan PTK

12

0

7

5

5.

Lampiran / Pendukung PTK

12

0

7

5

Jumlah

12

15

35

11

Prosentase

100%

26,3%

58,3%

18%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa guru telah memiliki produk hasil pendukung dalam penyusunan PTK secara individu Terpenuhi Seluruhnya pada 3 produk sebesar 26,3% ; Terpenuhi Sebagian pada 5 produk sebesar 58,3% dan 2 item produk Belum Terpenuhi secara klasikal sebesar 18%.

d) Refleksi dan Analisis

Berdasarkan analisis data hasil observasi masih ada kelemahan dalam kegiatan pendampingan Kolaboratif dan Focus Group Discussion pada Siklus II.

Diantaranya: (1) Kurang berinteraksinya antar peserta enggan untuk saling berbagi ilmu saat berdiskusi. (2) Peserta (guru) juga masih terlihat belum dapat optimal menunjukkan kemampuannya dalam menuangkan ide dalam suatu tulisan ; (3) Belum maksimalnya pengetahuan guru terkait model-model pembelajaran yang interaktif.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut peneliti melakukan refleksi, merencanakan perbaikan tindakan dan merekomendasikan pada siklus berikutnya berupa Kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion dengan poin kegiatan : (1) Pengawas meminta guru untuk mempresentasikan instrumen perekaman data penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan RPP Perbaikan ; (2) Guru saling memberikan respon dan masukan atas instrumen pengamatan dan penilaian yang dipresentasikan teman sejawat; (3) Langkah selanjutnya, pengawas meminta guru untuk melaksanakan RPP Perbaikan, merekam dan mengolah data dari instrumen yang telah ditetapkan sebelumnya ; (4) Pengawas meminta beberapa guru secara bergantian untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menyajikan data dan hasil olahannya ; (5) Guru diminta untuk melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan dari audience dan pembahas, segera setelah pelaksanaan kegiatan ; (6) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

3. Deskripsi Hasil Siklus III

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun skenario kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion dengan rencana tindakan pada Siklus III pertemuan 1 menggunakan langkah-langkah:

(6) Pengawas menyampaikan maksud tujuan kegiatan

(7) Pengawas meminta guru untuk mempresentasikan instrumen perekaman data penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan RPP Perbaikan.

(8) Dengan FGD, guru saling memberikan memberikan respon dan masukan atas instrumen pengamatan dan penilaian yang dipresentasikan teman sejawat;

(9) Pengawas mengklarifikasi dan memberikan penguatan serta evaluasi kepada semua guru yang telah mempresentasikan hasilnya dihadapan audience.

(10) Langkah selanjutnya, pengawas meminta guru untuk melaksanakan RPP Perbaikan disertai hasil perekaman data dengan menggunakan instrumen yang telah dirancang sebelumnya pada kegiatan mandiri berikutnya.

(11)Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Ada pun rencana langkah-langkah Siklus III pertemuan ke-2 adalah sebagai berikut:

(4) Pengawas menyampaikan maksud tujuan kegiatan

(5) Pengawas meminta beberapa guru secara bergantian untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menyajikan data dan hasil olahannya

(6) Dengan Focus Group Discussion terkait hasil penelitiannya, selanjutnya guru diminta untuk melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan dari audience dan pembahas, segera setelah pelaksanaan kegiatan.

(7) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas mengacu pada rencana yang telah dibuat, yaitu menggunakan kegiatan kolaboratif dan metode Focus Group Discussion. Gambaran pelaksanaan kegiatan pada Kegiatan ini adalah sebagai berikut.

Pada kegiatan awal, pendamping membuka kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion. Lalu pendamping bertanya jawab tentang topik kegiatan. Beberapa guru ditunjuk oleh pendamping untuk menyampaikan pendapat tentang topik kegiatan. Setelah beberapa guru menyampaikan pendapatnya, pendamping menyampaikan tujuan kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion. Kegiatan awal ini berlangsung 10 menit.

Pada kegiatan inti Siklus III pertemuan 1 menerapkan langkah sesuai rencana kegiatan diantaranya : (1) Pengawas meminta guru untuk mempresentasikan instrumen perekaman data penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan RPP Perbaikan ; (2) Dengan FGD, guru saling memberikan memberikan respon dan masukan atas instrumen pengamatan dan penilaian yang dipresentasikan teman sejawat; (3) Pengawas mengklarifikasi dan memberikan penguatan serta evaluasi kepada semua guru yang telah mempresentasikan hasilnya dihadapan audience ; (4) Pengawas meminta guru untuk melaksanakan RPP Perbaikan disertai hasil perekaman data dengan menggunakan instrumen yang telah dirancang sebelumnya pada kegiatan mandiri berikutnya ; (5) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Adapun kegiatan inti pada Siklus III pertemuan 2 : (1) Pengawas meminta beberapa guru secara bergantian untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menyajikan data dan hasil olahannya ; (2) Dengan Focus Group Discussion terkait hasil penelitiannya, selanjutnya guru diminta untuk melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan dari audience dan pembahas, segera setelah pelaksanaan kegiatan ; (3) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

Pada kegiatan akhir pendamping bersama peserta melakukan refleksi dengan merenungkan kembali kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan akhir Kolaboratif dan Focus Group Discussion berlangsung selama 10 menit.

c) Observasi / Pengamatan

1) Hasil Pengamatan Aktivitas Guru

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dalam kegiatan bimbingan. Aktivitas yang diamati yaitu aktivitas guru di dalam kegiatan pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion. Fokus pengamatan dalam kegiatan ini adalah: (1) Perhatian peserta terhadap pelaksanaan kegiatan, (2) Interaksi antar peserta dan pendamping saat pelaksanaan, (3) Kualitas dan kuantitas peserta berdiskusi saat pelaksanaan ; (4) Pemahaman Konsep Materi

Rekapitulasi hasil pengamatan tentang aktivitas guru di dalam kegiatan pendampingan kolaboratif dan Focus Group Discussion dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12.

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Peserta (guru) Siklus III

NO

AKTIVITAS

JUMLAH

SKOR

SB

B

C

K

1.

Perhatian

12

1

6

5

0

2.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

1

3

6

2

3.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

4

5

3

4.

Berdiskusi (bertanya-menjawab)

12

1

4

5

2

5.

Pengerjaan Tugas dan Pemahaman Materi / Konsep

12

2

3

5

2

Jumlah

12

5

20

26

9

Prosentase

100%

8,3%

33,3%

43,3%

15%

Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa aktivitas peserta saat pelaksanaan kegiatan adalah sebagi berikut: 8,3% peserta beraktivitas katagori Sangat Baik ; 33,3% peserta beraktivitas katagori Baik ; 43,3% peserta beraktivitas katagori Cukup ; dan 15% peserta beraktivitas katagori Kurang.

2) Hasil pengamatan produk capaian peserta (guru) dalam Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas

Selain aktivitas peserta (guru) dalam kegiatan pembimbingan, pengamatan juga dilakukan perekaman produk hasil yang dicapai oleh guru dalam kegiatan selama proses pelaksanaan pendampingan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas. Fokus pengamatan untuk guru adalah aktivitas guru yang terkait produk hasil yang dicapai guru dalam kegiatan selama proses pelaksanaan pendampingan penyusunan Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya adalah : (1) Rancangan penelitian yang dibuat berdasarkan hasil refleksi ; (2) Adanya RPP Perbaikan I, II dan III ; (3) Adanya Instrumen pengamatan / observasi setiap siklusnya dan instrumen tes (bila menguji hasil belajar siswa) ; (4) Adanya laporan akhir sesuai sistematika yang lazim.

Hasil pengamatan dokumen produk guru selama proses pelaksanaan kegiatan pendampingan guru dalam penyusunan PTK secara individu dapat dilihat pada hasil rekapitulasi seperti pada tabel berikut :

Tabel 13.

Rekapitulasi Perangkat Dokumen PTK Peserta (guru) Siklus III

NO

JENIS DOKUMEN

JMLAH

KRITERIA

a

b

C

1.

Rancangan Penelitian

12

10

2

0

2.

RPP Perbaikan I, II, III

12

9

3

0

3.

Instrumen Pengamatan / hasil tes

12

9

3

0

4.

Bagian Isi Laporan PTK

12

9

3

0

5.

Lampiran / Pendukung PTK

12

7

5

0

Jumlah

12

44

16

0

Prosentase

100%

73,3%

26,7%

0%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa guru telah memiliki produk hasil pendukung dalam penyusunan PTK secara individu Terpenuhi Seluruhnya pada 5 produk sebesar 73,3% ; Terpenuhi Sebagian pada 5 produk sebesar 26,7% dan tidak satupun hasil unjuk kerja yang “Belum Terpenuhi” (0,0%).

Refleksi dan Analisis

Berdasarkan analisis data hasil observasi masih ada kelemahan dalam kegiatan pendampingan Kolaboratif dan Focus Group Discussion pada Siklus III.

Diantaranya: (1) Semua guru berinteraksinya antar peserta, saling berbagi ilmu saat berdiskusi. (2) Peserta (guru) sudah terlihat menunjukkan kemampuannya dalam menuangkan ide dalam suatu tulisan ; (3) Pemahaman pengetahuan guru terkait model-model pembelajaran yang interaktif.

Pada tahap akhir melalui kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion peserta melakukan refleksi seluruh kegiatan, sehingga perbaikan tindakan pada siklus akhir dapat terlaksana dengan baik dengan poin kegiatan : (1) Guru telah melaksanakan RPP Perbaikan ; (2) Guru melakukan perekaman dan pengolahan data penelitian dengan instrumen yang telah ditetapkan sebelumnya dalam pelaksanaan RPP Perbaikan ; (3) Guru secara bergantian untuk mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menyajikan data dan hasil olahannya ; (4) Guru saling memberikan respon dan masukan dengan teman sejawat ; (6) Guru sudah melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan catatan dari audience dan pembahas, segera setelah pelaksanaan kegiatan. (7) Pengawas mencatat dan mengamati aktivitas guru.

4.2Pembahasan Hasil Setiap Siklus

4.2.1 Data-data Hasil Penelitian Per Siklus

Data-data hasil setiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut,

(1) Data-data tentang Aktivitas Guru dalam Kegiatan Bimbingan Penyusunan PTK

Tabel 14.

Aktivitas Guru dalam Kegiatan Bimbingan PTK Pada Siklus I

NO

AKTIVITAS

JUMLAH

SKOR

SB

B

C

K

1.

Perhatian

12

0

1

7

4

2.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

2

7

3

3.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

1

4

7

4.

Berdiskusi (bertanya-menjawab)

12

0

0

7

5

5.

Pengerjaan Tugas dan Pemahaman Materi / Konsep

12

0

1

5

6

Jumlah

12

0

5

30

35

Prosentase

100%

0%

8,3%

50,0%

41,7%

Tabel 15.

Aktivitas Guru dalam Kegiatan Bimbingan PTK Pada Siklus II

NO

AKTIVITAS

JUMLAH

SKOR

SB

B

C

K

1.

Perhatian

12

0

3

2

7

2.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

2

7

3

3.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

0

5

7

4.

Berdiskusi (bertanya-menjawab)

12

0

0

7

5

5.

Pengerjaan Tugas dan Pemahaman Materi / Konsep

12

0

0

7

5

Jumlah

12

0

5

28

27

Prosentase

100%

0%

8,3%

46,7%

45,0%

Tabel 16.

Aktivitas Guru dalam Kegiatan Bimbingan PTK Pada Siklus III

NO

AKTIVITAS

JUMLAH

SKOR

SB

B

C

K

1.

Perhatian

12

1

6

5

0

2.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

1

3

6

2

3.

Interaksi antar-peserta-pendamping

12

0

4

5

3

4.

Berdiskusi (bertanya-menjawab)

12

1

4

5

2

5.

Pengerjaan Tugas dan Pemahaman Materi / Konsep

12

2

3

5

2

Jumlah

12

5

20

26

9

Prosentase

100%

8,3%

33,3%

43,3%

15%

Tabel 17.

Rekapitulasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Bimbingan PTK

Pada Per Siklus

NO

SIKLUS

JML

SKOR

SB

B

C

K

1.

Siklus I

100%

0%

8,3%

50,0%

41,7%

2.

Siklus II

100%

0%

8,3%

46,7%

45,0%

3.

Siklus III

100%

8,3%

33,3%

43,3%

15%

Prosentase

Data dalam bentuk Grafik Batang seperti tertuang pada Gambar berikut ini :

Gambar 5. Rekapitulasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Bimbingan PTK Per

Siklus

(2) Data-data tentang Hasil Unjuk Kerja / produk / portofolio Guru dalam Penyusunan PTK

Tabel 18.

Rekapitulasi Hasil Pengamatan Produk Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan Penyusunan PTK Siklus I

NO

JENIS DOKUMEN

JMLAH

KRITERIA

a

b

c

1.

Rancangan Penelitian

12

0

5

7

2.

RPP Perbaikan I, II, III

12

0

3

9

3.

Instrumen Pengamatan / hasil tes

12

0

0

12

4.

Bagian Isi Laporan PTK

12

0

0

12

5.

Lampiran / Pendukung PTK

12

0

0

12

Jumlah

12

0

8

52

Prosentase

100%

0%

13,3%

86,7%

Tabel 19.

Rekapitulasi Hasil Pengamatan Produk Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan Penyusunan PTK Siklus II

NO

JENIS DOKUMEN

JMLAH

KRITERIA

a

b

c

1.

Rancangan Penelitian

12

9

3

0

2.

RPP Perbaikan I, II, III

12

2

10

0

3.

Instrumen Pengamatan / hasil tes

12

4

8

0

4.

Bagian Isi Laporan PTK

12

0

7

5

5.

Lampiran / Pendukung PTK

12

0

7

5

Jumlah

12

16

35

10

Prosentase

100%

25,0%

58,3%

16,7%

Tabel 20.

Rekapitulasi Pengamatan Hasil Produk Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan Teknis Penyusunan PTK Siklus III

NO

JENIS DOKUMEN

JMLAH

KRITERIA

a

b

c

1.

Rancangan Penelitian

12

10

2

0

2.

RPP Perbaikan I, II, III

12

9

3

0

3.

Instrumen Pengamatan / hasil tes

12

9

3

0

4.

Bagian Isi Laporan PTK

12

9

3

0

5.

Lampiran / Pendukung PTK

12

7

5

0

Jumlah

12

44

16

0

Prosentase

100%

73,3%

26,7%

0%

Tabel 21.

Rekapitulasi Hasil Produk Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan

Penyusunan PTK Per Siklus

NO

SIKLUS KE

JMLAH

KRITERIA

a

b

c

1.

Siklus I

12

0%

13,3%

86,7%

2.

Siklus II

12

25,0%

58,3%

16,7%

3.

Siklus III

12

73,3%

26,7%

0%

Prosentase

100%

Data dalam bentuk Grafik Batang

Gambar 6. Rekapitulasi Perangkat Diokumen PTK Guru Per Siklus

4.2.2 Pembahasan Hasil Berdasarkan Data Per Siklus

Sesuai hasil pengolahan data yang diperoleh baik berupa tabel maupun grafik menggambarkan bahwa semua komponen penelitian yang diteliti seperti:

(1) Aktivitas guru saat kegiatan pembimbingan dalam penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Katagori: Sangat Baik ; Baik ; Cukup ; Kurang)

(2) Hasil Unjuk Kerja / Produk guru dalam melengkapi dokumen dalam penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. (Aspek: Rancangan Penelitian ; Interaksi antar peserta ; Interaksi Peserta-pendamping ; Diskusi kelompok dan ; Pengerjaan Tugas-tugas)

Dilihat dari satu siklus ke siklus berikutnya selalu mengalami perbaikan atau kualitasnya makin mengalami kenaikan. Hal ini, disebabkan ketepatan pemilihan metode kegiatan yaitu Kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion dan langkah-langkahnya yang sudah tepat. Tindakan Kolaboratif berarti tindakan untuk saling bekerja sama dan sama-sama bekerja. Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang memandang bahwa semua manusia mempunyai kedudukan, potensi yang sama. Pendampingan kolaboratif sangat sesuai dengan pendidikan orang dewasa (andragogi). Guru adalah manusia-manusia dewasa. Oleh karena itu, pada pendampingan kolaboratif bersifat kerja sama dan sama-sama bekerja, sehingga peserta merasa berkedudukan setara dengan pendamping. Hal ini menyebabkan peserta merasa senang dan dihargai, di samping itu dengan pendampingan kolaboratif hambatan psykologis peserta untuk bisa berbuat menjadi hilang, maka jika ada peserta yang belum jelas mereka tak malu dan tak sungkan untuk bertanya.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1) Melalui kegiatan Pendampingan Kolaboratif dan Focus Group Discussion (FGD) dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas di SMKN 1 Pugung ; SMKN 1 Talangpadang dan SMKN 1 Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas guru per siklusnya, dimana pada siklus awal aktivitas guru kriteria “Baik” baru sebesar 8,3% ; pada siklus akhir aktivitas guru kriteria “Baik” sebesar 33,3%, sementara kriteria “Sangat Baik” sebesar 8,3%, terdapat peningkatan sebesar 33,3%.

2) Melalui kegiatan Pendampingan Kolaboratif dan Focus Group Discussion (FGD) dapat meningkatkan hasil unjuk kerja guru dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas di SMKN 1 Pugung ; SMKN 1 Talangpadang dan SMKN 1 Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil unjuk kerja guru per siklusnya, dimana pada siklus awal hasil unjuk kerja guru “Terpenuhi Sebagian” baru sebesar 13,3% ; pada siklus akhir hasil unjuk kerja guru “Terpenuhi Seluruhnya” sebesar 73,3%, sementara kriteria “Terpenuhi Sebagian” sebesar 26,7%, terdapat peningkatan sebesar 86,7%.

B. Saran

Hal yang dapat disarankan pada kesempatan ini adalah:

1) Pengawas hendaknya selalu berusaha memberikan motivasi dalam rangka peningkatan kompetensi guru dalam melakukan pembimbingan dan pembinaan kepada guru/kepala sekolah binaannya.

2) Kegiatan Kolaboratif dan Focus Group Discussion dapat dijadikan salah satu cara dalam membina dan membimbing para guru untuk berbagi pengalaman, saling memberikan masukan, dorongan, bersama-sama memperbaiki keterampilan bimbingan dan konseling, ataupun memecahkan masalah pembelajaran lainnnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya memang itu PTS pak benny, krna sasarannya adalah guru, sampai sejauhmana kemampuan guru untuk melakukan perbaikan pmbelajaran, menyusun rancngan perbaikan dan menyiapkan instrumen terkait pelaksanaan PTK, penulis merekam dokumen yang disiapkan dan aktvitas yang dilakukan guru pada saat FGD... Thanks komennya ...

29 Nov
Balas

Bagus karya tulisnya, ini cenderung ke Penelitian Tindakan Sekolah karena subjek penelitiannya kinerja guru, pak. Menurut pendapat saya.

29 Nov
Balas



search

New Post