Gendis

Melihat, menyimak, memahami, berusaha meniru, memodifikasi dan mencoba berbagi. Berkreasi untuk memberi makna...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jurnal Refleksi Minggu Ke-16

Jurnal Refleksi Minggu Ke-16

Jurnal Refleksi Minggu Ke-16

Oleh: Sulastri, S..Pd.

CGP Angkatan 4 Tahun 2021

SMK Negeri 2 Tulungagung

Fasilitator : Suyatno, M.Pd., M.Kom.

Pengajar Praktik: Imatul Awaliyah, M.Pd.

 

Jurnal Minggu ke-16 ini saya menggunakan model Driscoll. Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Terdiri atas What, So What, Now What.

What  (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)

Pembelajaran modul 2.3. memasuki tahap hampir akhir, yaitu Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman. Pada bagian Refleksi Terbimbing, saya melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah saya lalui, menggunakan pemahaman baru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang saya ampu. Sedangkan  pada tahap Demonstrasi Kontekstual, saya melakukan praktik coaching dengan rekan sejawat. Praktik coaching yang saya lakukan masih belum melibatkan komunitas praktisi yang ada di sekolah. Praktik berlangsung secara informal untuk menggali potensi rekan sejawat sebagai coachee dalam menentukan komitmen diri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada tahap akhir ini, ada sesi elaborasi yang semakin menguatkan pemahaman saya terkait praktik coaching di sekolah kepada guru dan peserta didik.

 

Pada tahap elaborasi oleh instruktur, Fitri Krisnawai, saya mendapat tambahan wawasan terkait coaching TIRTA. Beberapa di antaranya, yaitu Tut Wuri Handayani mindset. Mindset ini menempatkan peserta didik sebagai mitra belajar, mengandung kasih dan persaudaraan, bersifat emansipatif, dan merupakan ruang perjumpaan pribadi. Selain itu juga mendapat wawasan tentang paradigma pendampingan coaching sistem AMONG. Paradigma tersebut meliputi menuntun, apresiasi, rencana, tulus, dan inkuiri. Hal lain yang saya dapatkan saat sesi Elaborasi adalah coaching bukan hal instan yang sekali langsung jadi. Dimungkinkan perlu beberapa kali sesi, beberapa kali pertemuan untuk menuntaskan coaching.

 

So What ? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)

Ada perasaan bahagia ketika akhirnya bisa melakukan praktik coaching dengan rekan sejawat. Selain itu juga ada rasa senang ketika mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak di sekolah termasuk komunitas praktisi. Namun, terbersit juga perasaan khawatir apabila ternyata hasil praktik coaching yang saya lakukan menurut orang lain masih membutuhkan banyak perbaikan. Selain itu, kekhawatiran juga terkait dengan belum bisanya hasil praktik memotivasi diri meningkatkan kompetensi ke depannya.

Saya rasa teman CGP lain pun memiliki perasaan yang sama. Karena memang masih dalam tahap latihan. Meskipun demikian, saya melakukannya dengan serius dan persiapan matang. Terlepas dari kekhawatiran itu, setidaknya saya sudah berusaha melakukan praktik coaching dengan sebaik-baiknya. Ada keyakinan perasaan seperti itu pada akhirnya akan perlahan menghilang setelah melalui latihan. Hasil pengamatan pada diri sendiri sebenarnya saya cenderung memiliki prinsip yang penting sudah dilakukan sebaik-baiknya. Perkara bagaimana hasilnya, itu urusan belakang. Saya cenderung seperti ini saat latihan pertama. Saya selalu berpikir bahwa akan ada kesempatan bagi yang mau melakukan perbaikan.

Dari latihan praktik coaching tersebut, ada hal yang berubah. Terutama menyangkut pemahaman tentang coaching. Pada awal mempelajari materi sepertinya coaching akan berat dilakukan. Namun, setelah dipraktikkan ternyata bisa. Ke depannya saya menjadi lebih yakin akan lebih mudah karena sudah sering latihan.

 

Now What (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)

Melakukan hal baru membutuhkan kekuatan dan kemampuan. Tidak terkecuali praktik coaching dalam komunitas sekolah. Beruntung saat sesi praktik coaching di sekolah, teman yang berperan sebagai coachee sangat kooperatif. Mungkin akan berbeda jika rekan coachee saya adalah peserta didik. Tentu akan membutuhkan usaha lebih keras lagi dalam menggali potensi dan informasi.

 

Oleh karena itu, agar lebih untuk itu saya harus belajar. Sesi elaborasi dengan instruktur adalah saat yang tepat untuk menambah pemahaman. Saya meyakini tambahan informasi dari instruktur akan sangat membantu saya nantinya saat harus melakukan coaching kepada peserta didik. Hal baru adalah terkait penerapan coaching sebagai mindset dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya coaching sudah dilakukan, sehingga dengan perubahan mindset dapat menjadikan coaching sebagai pembiasaan.

 

Pelaksanaan coaching dalam komunitas di sekolah tentu tidak bisa sendiri. Sebagai kegiatan yang kolaboratif, praktik coaching membutuhkan dukungan dari banyak pihak terkait. Bentuk dukungan yang saya harapkan adalah adanya masukan terhadap praktik coaching yang saya lakukan. Selain itu, dukungan berupa komitmen dari rekan sejawat untuk terus terlibat dalam kegiatan coaching. Baik itu sebagai coachee maupun coach. Ini merupakan dukungan utama agar praktik coaching menjadi budaya positif dalam komunitas di sekolah. Dukungan dari pihak sekolah juga sangat dibutuhkan dalam bentuk izin menyelenggarakan coaching maupun penguatan terhadap komunitas yang ada. Selain itu, dukungan dari orang tua berupa peran aktif memberikan laporan terkait permasalahan anaknya selama belajar di rumah.

 

Rencana terdekat adalah melakukan latihan coaching lagi dengan peserta didik sebagai coachee. Hal ini saya lakukan agar setelah selesai mengikuti program ini akan mampu memiliki kompetensi coaching peserta didik yang lebih baik. Sedangkan hal baik yang bisa saya bagi kepada rekan sejawat di sekolah adalah bahwa praktik coaching ini sangat membantu guru dan peserta didik dalam menyelesaikan masalah oleh dirinya sendiri berdasarkan potensi yang dimiliki. Selain itu, dengan adanya jadwal berbagi dalam komunitas praktisi akan membuat praktik coaching ini sebagai budaya positif di sekolah, yang membuat sekolah menjadi tempat nyaman untuk seluruh penghuninya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah, keren tulisannya, sehat dan sukses bu Sulastri

03 Apr
Balas



search

New Post