Menghirup udara di Yogya pada akhir Desember 2022 ini terasa beda. Keinginan kuat memanfaatkan setiap detik sebagai bentuk syukur adalah tujuan utama. Tidak semua orang punya kesempatan ini. Berbekal niat itu aku menguatkan diri menjelajahi kota meski lelah melanda. Malam sudah lumayan larut ketika beberapa rekan mengajak ke Malioboro. Mereka adalah Bu Maria, Bu Emi, Bu Erni dan Pak Sugiharto. Semua rekan itu dari Jakarta. Aku pun ikut karena tak ingin sendirian di kamar.

Setelah beberapa saat menempuh perjalanan dengan grab car, kami pun sampai. Langkah demi langkah menelusuri setiap inci aspal Malioboro. Banyak foto dengan beragam latar yang kami ambil secara bergantian. Mulai penanda jalan, telur-telur beton di pinggir jalan, patung khas prajurit Yogya, hingga di atas becak dan delman. Tingkah kami ini lumrah di sana, hampir semua orang melakukannya. Sempat ingin naik sepeda listrik atau skuter, tetapi tak jadi karena relaif mahal.

Tak lupa malam itu kami mampir untuk minum ronde di sebuah gang. Hangatnya kuah jahe melegakan tenggorkan, sedikit mengusir kantuk. Perjalanan masih berlanjut hingga penat semakin menjadi-jadi. Kami pun menyerah, dan balik ke asrama haji. Sampai di bagian ini nuansa istimewa ada, tetapi masih level normal.

Acara di hari terakhir MGI TOT Fasda Literasi IPP se-Jawa dan Bali selesai tengah hari. Aku berkemas dan bersiap pulang, sambil merenungi beberapa hari yang aku jalani di Yogya kali ini. Tetiba ponselku bernyanyi, dengan dering yang beda. Mendengarnya aku terkesiap, langsung saja kuangkat. Ia bilang sudah di stasiun Tugu. Menempuh perjalanan tujuh jam untuk menemuiku di Yogya. Ya…Yogya memang istimewa. Gunung es pun mencair karenanya. Wkwkwkwk

***

Kamar biru, 25 Desember 2022

Lupa, baru unggah di 19 Januari 2023.