Gina Anggiana Agustina

Gina Anggiana Agustina, S.Pd, Lahir di Bekasi pada tanggal 29 Agustus 1982. Domisili saat ini di Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi. Sulung dari dua bersaudara, me...

Selengkapnya
Navigasi Web
ZONASI DAN BALADA SEKOLAH UNGGULAN

ZONASI DAN BALADA SEKOLAH UNGGULAN

ZONASI DAN BALADA SEKOLAH UNGGULAN

Mengapa sistem zonasi banyak dikeluhkan sebagian masyarakat? Cek it out ...

Tanggal 29 pengumuman ya Bu/Pak ...?.

Yang dag dig dug menunggu pengumuman hasil PPDB dengan sistem zonasi, semoga keresahan bpk/ibu semua indah pada waktunya ya.

Wahai ... para orangtua, ternyata yang resah bukan hanya anda.

Para guru, (mungkin) lebih tepatnya sebagian guru pun tidak sedikit yang mengeluhkan.

Baiklah, kalau dicoba urai satu persatu titik keresahan adalah salah satunya karena faktor sekolah favorit yang menjadi incaran calon siswa dimanapun berada.

Saking favoritnya sampai dibela-belain kalau memang masih masuk diakal berangkat abis shubuh sekolah jauh ga masalah walau halangan rintangan menerjang (*sing a song ...).

Anehnya sampai ngekos juga dijabanin, demi apa?, demi sekolah favorit. Kalau dulu jaman emak kita sekolah tahun 70-80 an mungkin, sekolah masih jarang, tidak setiap kecamatan ada. Masih logis menempuh perjalanan jauh untuk sekolah.

Sekarang pun tidak menutup kemungkinan masih ada sekolah di propinsi-propinsi tertentu yang termasuk pada daerah tertinggal dan terdalam, yang sekolahnya ditempuh ber kilo-kilometer, konon itu sudah sekolah terdekat.

Fenomena yang terjadi dan sering muncul menjadi headline adalah kekhawatiran akan hilangnya kesempatan bersekolah di sekolah favorit. Sia-sia begitu dianggapnya belajar hingga mendapat NEM tinggi jika tidak bisa sekolah di sekolah impian.

Bahkan ironinya kekhawatiran dari pihak sekolah pun sama saja. Khawatir akan kondisi masa depan sekolah jika siswa-siswi berpotensi unggulan gagal keterima kalah dengan siswa yang dekat walaupun nilainya kurang.

Lebih parahnya lagi, di hati kecil bapak/ibu guru khawatir menerima siswa-siswa tanda kutip nakal. Karena predikat nakal biasa dilabeli untuk anak yang tidak pintar, (miris).

Tidak pintar yang indikatornya NEM rendah.

Karena sistem zonasi, mereka-mereka yg NEM rendah itu lebih "beruntung" bisa masuk sekolah favorit dengan mengandalkan jarak rumah selemparan sendal saja.

Ada apa dengan sekolah favorit?

Ada kualitas (katanya), terbaik. Dilihat darimana? Selain output lah yang menentukan, dan tentu saja dari segi fasilitas. Yang paling ramai sistem zonasi ini memang jenjang SMA, menimbulkan polemik dan dilematis terstruktur (halah... gayane bahasanya ya).

Lantas, apa jaminannya sekolah di sekolah favorit?. Kl dari SD favorit konon katanya mudah masuk SMP favorit. Lulus dari SMP favorit, peluang lebih besar bisa masuk SMA favorit.

Dan terus begitu sampai masuk SMA favorit konon katanya otomatis menghasilkan output terbaik (bisa jadi) dan boleh jadi bisa leluasa memilih PTN bergengsi dari SMA favorit. Jadi seperti jaminan mutu yang sudah dipercaya turun temurun anggapan tersebut.

Karena itu, indikator SMA favorit salah satunya adalah seberapa banyak lulusannya masuk PTN. Berlomba-lombalah sekolah dengan menerapkan strateginya masing-masing, demi banyaknya siswa yang keterima di PTN (lagi-lagi) favorit.

Setelah diterapkannya sistem zonasi ini, masyarakat diharapkan berubah paradigmanya. Bahwa semua sekolah sama, artinya tidak ada lagi sekolah favorit. Yang ada sekolah berdasarkan lokasi domisili.

Dimana siswa tidak lagi memilih sekolah, tapi otomatis terdaftar di sekolah dengan jarak terdekat dari rumah. Akan tiba masanya ortu tidak lagi mengkhawatirkan anaknya akan daftar dimana dan sekolah dimana.

Dan pada masa itu juga pemerintah memeratakan kualitas sekolah. Merata di semua daerah, merata dari segi sarana dan prasarana. Merata dalam hal sumber daya guru dan tenaga kependidikan. Merata... judulnya. Adil dan makmur, sejahtera sentosa... sakinah mawaddah warrahmah. *eh

Tapi, kadang ekspetasi tidak sesuai realita.

Membaca kegaduhan di medsos mengeluhkan masalah zonasi begitu bising. Ramai-ramai orang mengkritisi kebijakan pemerintah, tidak sedikit yang menyayangkan.

Ya begitulah, jangankan hal besar menyangkut masa depan orang banyak. Hal sepele saja bisa sering menjadi pro dan kontra. Apalagi menyangkut kebijakan.

Kurva normal pun berlaku, 25% Pro ada di kurva sebelah kiri, 25% kontra ada di kurva sebelah kanan ... sisanya sebenarnya silent majority ada di kurva tengah yang prosentase 50% yang diem bae baik d medsos atau pun tidak bersinggungan dengan kebijakan.

Andaikan semuanya bisa legowo ...

Orangtua siswa pintar, legowo anaknya sekolah yang disesuaikan dengan jarak terdekat walaupun bukan sekolah impian toh positifnya adalah mudah mengontrol anak karena saking dekatnya. Bahkan ga harus menyediakan kendaraan khusus untuk bersekolah.

Siswa pintar, legowo bahwa dimanapun dia berada akan tetap berprestasi dan menjadi yang siswa yang unggul meraih yang diimpikan. Bukan mengimpikan sekolah impian orang-orang kebanyakan. Percayalah, menjadi unggul melalui fasilitas unggulan adalah hal biasa. Jadilah luar biasa dengan menjadi unggul walau dengan fasilitas yang biasa.

Siswa "beruntung" dengan poin zonasi tinggi, legowo bahwa diterimanya mereka d sekokah favorit adalah sebuah tantangan, bukan kesempatan "emas" jadi ajang aji mumpung. Tantangannya adalah belajar dengan fasilitas unggulan mampu menjadikan mereka unggul melebihi siswa yang dengan bibit berpotensi unggul.

Guru-guru yang mengajar di barisan sekolah favorit, legowo bahwa sebenarnya tugas bapak/ibu guru adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan mencerdaskan siswa pintar di sekolah favorit. Ikhlas lah dalam berbagi ilmu pada siapapun tanpa pandang bulu. Tanpa pandang latar belakang sekolah asal. Tanpa melihat kemampuan awal siswa.

Pihak sekolah favorit, legowo akan konsekuensi hilangnya gengsi sekolah karena label favorit yang serta merta hilang dari peradaban pendidikan di indonesia. Salah satunya dengan menyadari bahwa fasilitas pendidikan berkualitas baik adalah milik bersama. Bukan, prestise bukan milik sebagian orang. Bukan kebanggaan segelintir pihak. Tapi akan menjadi kebanggan yang membahagiakan semua pihak.

Pada akhirnya tidak ada hal yang lebih membanggakan daripada kemajuan bangsa. Ketika pendidikan bisa maju, disitulah indikator kemajuan bangsa.

Betul, permasalahannya adalah ... pemerataan kualitas sekolah itu butuh waktu, seyogyanya pemerintah juga sudah menyiapkan segala sesuatunya agar kualitas pendidikan merata. Mulai dari sarana dan prasarana. Merata kualitas SDM nya. Jadi lets see .... berapa tahun mendatang.

Dengan catatan, semua pihak legowo ... bahwa keadaan akan membaik.

Ketimbang meresahkan, mengkhawatirkan masa depan sekolah favorit.

Wassalam

27 Juni 2019

#PPDB

#ginaanggianaagustina

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantapppp. Andaikan semua berpikir seperti ini yakin indonesia maju

27 Jun
Balas

hatur nuhun sudah mampir

09 Jul

Kirim naskah ibu, ke email saya, nanti saya jadikan buku Antologi

28 Jun
Balas

email nya apa pak, nanti sy kirim Insya Allah

09 Jul

Tujuan penerapan sistem zonasi saya rasa sangat bagus "menghapus predikat sekolah favorit/tidak favorit. Hanya saja regulasi yang diterapkan masih memiliki banyak "celah" yang justru menghambat tujuan utama sistem zonasi yaitu pemeratan pendidikan.

28 Jun
Balas

ya pak, betul sekali ...

09 Jul

Mantaps Bund, paparan yang berbeda dengan kebanyakan orang terhadap sistem zonasi. Sukses selalu dan barakallahu fiik

27 Jun
Balas

aamiin... makasi bunda vivi,

09 Jul

mantab..saya setuju dgn anda...zonasi memang perlu. salam kenal ya.

13 Feb
Balas

Masya Allah, di komen sm Pa eko... hatur nuhun sudah mampir pak,

14 Oct

Masya Allah, di komen sm Pa eko... hatur nuhun sudah mampir pak,

14 Oct

Masya Allah, di komen sm Pa eko... hatur nuhun sudah mampir pak,

14 Oct



search

New Post