Giri Prastowo

Guru SMA mapel bahasa Indonesia yang sedang belajar menulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
CERITA DI UJUNG MALAM

CERITA DI UJUNG MALAM

Malam mulai larut. Nana masih duduk di kursi ruang tamu yang merangkap ruang makan. Matanya menerawang jauh. Mak Rus, Ibunya yang duduk di salah satu kursi pun matanya bisu. keduanya membisu. Hanya suara kodok di samping rumah yang mendaulat rumah itu. selebihnya adalah sepi.

"Tidur, Na."

"Besok, Nana ngga berangkat sekolah ya, Mak."

Mak Rus hanya menghela nafas berat.

"Pasti besok bu Sulis akan kembali mengumpulkan anak-anak yang tidak ikut study tour ke Bali, Mak."

"Berapa anak yang ngga ikut?"

"Dari 300 anak cuma tinggal Nana, Siti, dan Eni."

"Berarti kan masih ada teman yang ngga ikut ke Bali, Na."

"Tapi Siti tadi siang bilang kalau bapaknya sudah menggadaikan sawahnya untuk membiayai Siti study tour."

Mak Rus hanya diam.

"Eni juga bilang kalau ibunya akan mencari pinjaman pada tetangganya."

Mak Rus kembali menghela nafas berat.

"Makanya besok Nana ngga berangkat saja, Nana malu."

"Apa semua siswa harus ikut study tour ke Bali, Na?"

"Bu Sulis bilang begitu. Anak SMA ya study tournya ke Bali. Dan karena itu program sekolah ya harus diikuti semua siswa."

"Tapi dari mana kita menutup biayanya yang sampai sejuta tiga ratus? Belum lagi untuk uang sakumu, Na."

Nana diam. Benaknya teringat pada almarhum bapaknya. Kalau ada bapak mungkin dia bisa mencari biaya walaupun harus menodong atau mencopet di terminal. Tapi bapaknya sudah meninggal ditembak polisi setahun lalu. Ibunya yang berjualan gorengan di depan rumah tak mungkin mengumpulkan uang sebanyak itu.

"Atau kita gadaikan saja rumah ini, Na?"

"Jangan, Mak."

"Kalau pinjam ke pak Lurah bagaimana, Na?"

"Jangan."

"Tapi kalau memang diwajibkan ikut study tour ke Bali, mungkin kamu bisa tidak naik kelas, Na karena kamu satu-satunya siswa yang tidak ikut."

Nana menunduk.

"Padahal bukumu yang kelas X tahun lalu saja belum lunas."

Nana semakin menunduk.

"Mak ngga mau ke sekolahmu. Mak malu. setiap mau ulangan umum mak harus meminta kelonggaran agar kartu tesmu bisa diberikan. Sekarang apa mak harus meminta keringanan biaya ke Bali?"

Nana menghapus air matanya yang mulai muncul di sudut matanya.

Mak Rus menghela nafas dengan berat. Malam makin larut. Angin dingin menyusup melalui lobang angin di atas jendela.

"Nana ngga ingin Mak nyari hutangan atau menggadaikan apa pun. Nana juga ngga mau mak mengemis-ngemis ke sekolah meminta keringanan."

"Lalu?"

"Nana keluar sekolah saja, Mak."

"Kalau keluar, Nana mau apa?"

"Membantu emak jualan."

"Sayang sekolahmu, Na."

"Daripada Nana harus malu setiap datang ke sekolah, Mak."

Mak Rus menghapus air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Nana ngga ingin bersenang-senang di Bali, sementara mak di rumah kesusahan dan menanggung malu karena hutang yang segunung."

Mak Rus mulai terisak.

"Nana ngga perlu melihat Pulau Bali yang katanya pulau dewata, pulau surga, karena Nana sudah punya surga sendiri yaitu emak."

Tangis Mak Rus pecah. dipeluknya Nana dengan erat.

Malam semakin larut. Suara kodok di luar masih terdengar. Angin dingin masih menyusup lewat lubang angin. Dua insan manusia berpelukan dalam isak.

Purwokerto, 17 Maret 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post