Jagung manis, jagung manis! Itulah teriakan Abang Penjual Jagung. Dengan gerobaknya yang sudah lusuh, ia teeus menajakan aneka jagung. Ada yang jagung rebus dan ada pula jagung bakar. Leduanya sama-sama enak karena memang jagung yang dipilih adalah jagung manis. Jagung itu semakin nikmat saat direbus atau dibakar. Terlebih jika jagung bakar ditambahkan dengan olesan keju dan saos pedas. Di daerah-daerah pegunungan yang dingin, banyak dijumpai penjual jagung ini. Karena jagung bakar enak dinikmati selagi hangat, maka para pembeli harus sabar menunggu beberapa saat.

Kita tengok fisik jagung. Buah sepanjang satu kengkal tangan orang dewasa itu berbentuk batangan. Warna kuning adalah warna khas jagung. Yang menarik adalah bulir-bulir jagung itu berbaris rapi dan teratur. Siapa yang membariskan buliran jagung itu? Jawabkah adalah Allah. Allahlah yang menyusun kerapian buliran jagung itu dengan kekuasaannya. Buliran jagung berbaris rapi membentuk nilai seni yang kokoh. Kemudian Allah membungkus buliran jagung dengan kulit buah.

Bagaimana kalau kita mampu berbaris rapi dan kokoh seperti buliran jagung itu? Maksudnya adalah kita selalu sinergi dengan orang lain, saling membantu, dan saling menguatkan. Apa yang alan terjadi? Karena kita rapat dan kokoh, maka kekuatan akan muncul, kepercayaan akan muncul, dan komunikasipun akan muncul. Jika ini bisa kita petik dari buliran jagung, maka hidup kita akan lebih mudah, terutama saat menghadapi masalah.

Salam suksea, salam motivatrust.

Jakarta, 15 April 2022

Gunanto