Ketika Perempuan Terbentur oleh Stereotipe dan Diskriminasi
Indonesia Darurat Pelecehan Seksual Anak! Sebelum masuk ke pembahasan tentang topik ini, izinkan saya menanyakan beberapa hal berikut.
Di tempat kerja Anda saat ini (yang sebelum-belumnya juga boleh deh, kalau ada), berapa jumlah perempuan yang menduduki posisi top management? Berapa perbandingan (dikira-kira saja) antara laki-laki dan perempuan yang menduduki posisi tersebut? Menurut Anda, kenapa karyawan perempuan lebih sulit mendapatkan posisi itu?
Lalu, satu pertanyaan lagi.
rekan-rekan perempuan di sini yang alumni Fakultas Teknik dan mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan impian karena job requirement-nya mensyaratkan atau mengutamakan pelamar laki-laki? Kalau ada, boleh lho cerita-cerita di kolom komentar.
Tanpa perlu berpanjang lebar lagi, mari kita kuliti satu-satu persoalan di atas.
Pengertian Glass Ceiling
Glass ceiling is an intangible barrier within a hierarchy that prevents women or minorities from obtaining upper-level position- (Merriam Websters)
Kalau diartikan ke bahasa Indonesia, glass ceiling ini kurang lebih artinya adalah suatu penghalang tak berwujud dalam hierarki atau struktur organisasi yang menghalangi perempuan atau minoritas dari menduduki posisi yang lebih tinggi.
Kebalikan dari glass ceiling adalah glass escalator, yaitu kesempatan dan kemudahan bagi karyawan laki-laki untuk dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi.
Fenomena ini lazim ditemukan di female-dominated industry atau industri yang mayoritas pekerjanya adalah perempuan, seperti healthcare, pendidikan anak usia dini dan dasar, industri fesyen dan kosmetik.
Walaupun teori yang diperkenalkan oleh Christine .L. Williams pada tahun 1992 ini ia temukan di female-dominated industry, sebenarnya fenomena ini juga terjadi di male-dominated industry atau industri yang mayoritas pekerjanya laki-laki
di negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, khususnya di industri-industri teknologi sekelas Silicon Valley, glass escalator tidak hanya terkait masalah gender, tapi juga aspek lain, seperti latar belakang ras, etnis bahkan orientasi seksual.
Dan yang lebih diuntungkan adalah laki-laki kulit putih heteroseksual dibandingkan laki-laki kulit hitam, keturunan Asia dan laki-laki Hispanic yang merupakan minoritas.
Fenomena Glass Ceiling di Dunia Kerja
Glass ceiling bisa menghambat perempuan untuk meraih posisi-posisi strategis dalam perusahaan. Oleh karena itu, kerap ditemukan bahwa semakin tinggi posisi atau jabatan, jumlah perempuan yang mendudukinya semakin sedikit.
Apabila digambarkan dalam bentuk piramida, maka jumlah perempuan yang menduduki posisi eksekutif makin mengerucut. Contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.Ada kalanya perempuan malu dan canggung untuk "mendekati" atasan. Nah, atasan mereka inilah (SPV biasanya) yang seharusnya bisa menjadi mentor mereka. Mendekati disini maksudnya dalam konteks untuk pengembangan karier ya, bukan yang lain-lain.
Memiliki mentor perempuan bisa membuat perempuan lebih nyaman dan leluasa mengungkapkan masalah dan kesulitannya.
Dan sesama perempuan biasanya lebih peka serta memahami masalah yang dihadapi perempuan sehingga bisa dibantu untuk mencari solusi terbaik.
memberikan hak dan fasilitas yang mendukung perempuan dalam menjalankan perannya sebagai ibu dan pekerja
Adalah Kokok Herdhianto Dirgantoro---CEO Perusahaan Opal Communication---salah satu sosok yang berani memberi cuti hamil 6 bulan bagi karyawan perempuan perusahaannya.
Di saat perusahaan lain umumnya hanya memberi jatah cuti hamil maksimal 3 bulan, ia berani mengambil kebijakan itu.
Kokok mengaku bahwa perusahaannya tidak mengalami kerugian akibat memberikan cuti hamil 6 bulan, di mana gaji tetap dibayarkan utuh.
Menurutnya lagi, cuti ini tidak hanya diberlakukan untuk perempuan, tetapi juga laki-laki agar bisa menemani istri dalam menjalani proses persalinan maupun pasca melahirkan.
Selain itu, perusahaan bisa menyediakan fasilitas, seperti ruang laktasi untuk karyawan perempuan yang masih menyusui bayinya. Lalu, jam kerja yang lebih fleksibel bagi karyawan perempuan agar mereka bisa mengurus anak dan rumah, bisa juga dipertimbangkan.
Mekanisme dan hitungan biaya serta manfaatnya (cost and benefit) seperti apa, silakan dipikir sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar