Menciptakan Dunia Pendidikan yang Aman dari Kekerasan Seksual?
Anak-anak orang kaya cenderung tinggal dan bersekolah di lingkungan elit sehingga circle mereka pun berisi orang-orang dengan status sosial-ekonomi yang mapan.
Sementara anak-anak orang miskin cenderung tinggal dan bersekolah di lingkungan masyarakat miskin sehingga circle mereka juga lebih banyak berkutat dengan orang-orang kelas menengah ke bawah.
Saya pikir ini juga yang menyebabkan sekolah-sekolah favorit di kota cenderung punya fasilitas yang lebih lengkap dibanding yang tidak. Murid-murid di sekolah-sekolah ini rata-rata berasal dari keluarga menengah ke atas.
Ketiga, masyarakat Indonesia punya minat yang tinggi pada produk-produk motivasi (seminar, buku, video).
Nah, alasan inilah yang menyebabkan para motivator jarang menyinggung soal privilese sebagai kunci kesuksesan.
Mereka tidak ingin dianggap menyurutkan semangat dan menyebarkan pesimisme pada masyarakat, khususnya anak-anak muda.
Menyebut-nyebut soal privilese sebagai kunci kesuksesan akan terdengar tidak heroik. Sementara masyarakat kita, terutama kaum muda, memang lebih menyukai kisah-kisah yang mengandung heroisme dan romantisme akan suatu hal.
apa gunanya meromantisisasi sesuatu jika hanya membuat kita buta pada realitas di lapangan?
Salahkah Jika Seseorang Sukses Karena Privilese?
Ketika membicarakan kisah sukses tokoh-tokoh ternama, kadang cerita itu diromantisisasi sedemikian rupa.
Bill Gates, misalnya.
ingatkah Anda dengan kasus Baiq Nuril Maknun---mantan guru honorer SMAN 7 Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB)---korban pelecehan seksual yang dikriminalisasi oleh atasannya sendiri?
Kejadian itu bermula sejak medio 2012, di mana Baiq Nuril yang masih berstatus sebagai pegawai honorer di SMAN 7 Mataram, ditelepon oleh atasannya.
Percakapan berlangsung selama kurang lebih 20 menit, dengan 5 menit membahas soal pekerjaan, selebihnya atasannya malah membahas mengenai pengalaman seksualnya dengan perempuan yang bukan istrinya.
Dalam percakapan di telepon itu, sang atasan juga kerap melontarkan kata-kata bernada pelecehan terhadap Baiq Nuril. Dan hal tersebut terjadi berulang kali.
Merasa tidak nyaman, ia berinisiatif merekam percakapan tersebut. Ia juga sempat bercerita kepada rekan kerjanya, Imam Mudawin, mengenai rekaman itu.
Namun, rekaman itu malah disebarkan oleh Imam Mudawin ke Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Mataram.
Baiq Nuril akhirnya dilaporkan ke polisi atas dasar Pasal 27 Ayat (1) Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Selanjutnya, dalam putusan kasasi Mahkamah Agung (MA), ia justru dinyatakan bersalah karena menyebarkan rekaman bermuatan asusila dan dihukum 6 bulan penjara serta denda Rp 500 juta
Sekarang mari kita tengok kasus serupa yang terjadi di dua kampus di kota pelajar, Yogyakarta.
Malam itu mungkin menjadi malapetaka baginya. Agni (bukan nama sebenarnya)---mahasiswi PTN terkenal di Yogyakarta---menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh rekan setimnya sendiri saat sedang menjalani program KKN di Pulau Seram, Maluku.
Korban yang berusaha mencari keadilan harus terbentur dengan birokrasi kampus yang berbelit-belit.
Ketika menceritakan apa yang dialaminya saat KKN kepada pihak kampus, ia justru disalahkan. Seolah-olah kasus perkosaan itu terjadi karena kesalahannya.
Belum cukup sampai disitu, entah apa alasannya, Agni cuma diberi nilai C pada mata kuliah KKN. Sementara rekan-rekan setimnya mendapat nilai A. Padahal kontribusi yang dilakukan Agni sewaktu mengikuti program KKN sama baiknya dengan rekan-rekan setimnya yang lain.
desas-desus pelecehan seksual yang dilakukan oleh alumni salah satu kampus swasta Islam ternama di Kota Gudeg, berinisial IM.
Kabarnya, alumni yang sealmamater juga dengan saya itu telah melakukan pelecehan terhadap sejumlah perempuan yang mayoritas berasal dari kampus yang sama dengan kami.
Hingga 4 Mei 2020, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta telah menerima sedikitnya 30 aduan korban dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh IM. Tiga puluh aduan itu merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 2016 hingga 2020.
Pelecehan tersebut dilakukan, baik secara verbal, seperti melalui chat dan video call, sampai yang menjurus pada tindak perkosaan.
Dari penuturan beberapa korban, peristiwa tersebut ada yang terjadi saat IM belum lulus.
Seluruh civitas akademik kampus yang bersangkutan tentu merasa tercengang. Pasalnya pelaku selama ini dikenal sebagai pribadi yang cerdas, sopan, dan saleh.
desas-desus pelecehan seksual yang dilakukan oleh alumni salah satu kampus swasta Islam ternama di Kota Gudeg, berinisial IM.
Kabarnya, alumni yang sealmamater juga dengan saya itu telah melakukan pelecehan terhadap sejumlah perempuan yang mayoritas berasal dari kampus yang sama dengan kami.
Hingga 4 Mei 2020, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta telah menerima sedikitnya 30 aduan korban dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh IM. Tiga puluh aduan itu merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 2016 hingga 2020.
Pelecehan tersebut dilakukan, baik secara verbal, seperti melalui chat dan video call, sampai yang menjurus pada tindak perkosaan.
Dari penuturan beberapa korban, peristiwa tersebut ada yang terjadi saat IM belum lulus.
Seluruh civitas akademik kampus yang bersangkutan tentu merasa tercengang. Pasalnya pelaku selama ini dikenal sebagai pribadi yang cerdas, sopan, dan saleh.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar