Guru SSelayarr

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Prospek kerja dan pendidikan  Limo

Prospek kerja dan pendidikan Limo

Apa yang jadi pertimbangan teman-teman ketika dulu memilih jurusan kuliah?

Karena memang suka dengan bidang studi tersebut? Disuruh orangtua? Ikut-ikutan teman? Atau alasan prospek kerja setelah lulus?

Atau, pernah nggak, teman-teman dengar orang berkata begini pada kalian. A : "Kuliah jurusan apa?"

B : "Akuntansi"

A : "Kalau udah lulus mau kerja di bank ya?"

Kasus 2

A : "Rencana mau ambil jurusan apa?"

B : "Kehutanan"

A : (ekspresi muka meremehkan) "Oh, emang kalau udah lulus mau kerja apa?"

ini seringkali diterjemahkan sebagai pekerjaan-pekerjaan kantoran atau pekerjaan-pekerjaan yang bisa mendatangkan banyak uang, seperti dokter, pengacara, pegawai pajak dan sebagainya.

Padahal banyak juga orang yang pekerjaannya tidak sesuai dengan bidang studinya saat kuliah.

Sarjana pertanian kerjanya di bank. Lulusan Sastra Inggris kerjanya jadi desainer grafis. Alumni Fakultas Kedokteran bukannya jadi dokter malah buka usaha kuliner. Dan masih banyak lagi yang seperti ini.

Berarti mubazir dong ilmunya? Kuliah-lulus-kerja-menikah-punya anak-pensiun-mati. Ini adalah siklus hidup yang "idealnya" dijalani oleh mayoritas manusia.

Jika tidak mengikuti tahapan itu, tandanya aneh, tidak lazim.

Masalahnya, jalan hidup setiap orang beda-beda. Bukankah hidup sendiri adalah pilihan?

Berarti boleh dong, kalau tahapan itu tidak dijalankan berurutan?

Misalnya, masih kuliah dan belum lulus tapi mau nikah dulu. Lalu, karena umur dirasa masih sangat muda, masih mau fokus menyelesaikan kuliah. Setelah itu mau bekerja dulu. Jadinya menunda kehamilan agar bisa fokus pada studi dan karir.

Atau, dari tahapan tersebut ada yang tidak dijalankan.

Misalnya, lulus kuliah-bekerja-menikah tapi memilih untuk tidak memiliki anak.

Padahal kuliah sudah lulus. Pekerjaan mentereng. Finansial mapan. Pasangan ada. Secara fisik dan mental juga sehat.

Tapi memutuskan untuk menjalani hubungan pernikahan tanpa anak. Apa yang Anda pikirkan tentang pasangan ini?

"Egois banget! Pasti dia cuma pengen seneng-seneng doang."

respon-respon seperti inilah yang sering diterima oleh pasangan suami-istri yang memutuskan untuk tidak memiliki anak atau dikenal dengan istilah childfree marriage.

Cap "egois" sudah sering mereka terima dari lingkungan akibat pilihan yang tidak lazim ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post