Gusfian, Rf.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MEREKA MEMBUATKU MENANGIS

MEREKA MEMBUATKU MENANGIS

MEREKA MEMBUATKU MENANGIS

Gusfian, Rf.

Hari itu seperti biasa ku berangkat sekolah. Dengan mengenakan seragam beskap landung sesuai peraturan gubernur tentang seragam sekolah di lingkungan SMA/SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah setiap tanggal 15.

Jadwal mengajarku minggu ini adalah penilaian harian, setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar. Mulai jam pertama hingga keempat dan jam ketujuh hingga kesepuluh di empat kelas. Sekolahku sudah menerapkan lima hari sekolah, hingga pelajaran hingga jam kesepuluh berakhir pukul 15.30.

Penilaian pertama di kelas XII IPS 2 berlangsung seperti yang ku rencanakan. Selanjutnya jam ketiga dan keempat di kelas XII IPS 1 yang aku menjadi walinya tahun pelajaran ini. Di kelas inipun ulangan berlangsung sesuai rencana. Setelah proses penilaian berlangsung, Wafa ketua kelas ijin keluar dan kembali dengan membawa kejutan berupa satu nampan berisi nasi tumpeng.

Hari ini aku memang berulang tahun yang ke-50. Kejutan yang tidak pernah kubayangkan. Bahkan yang lebih membuat aku merasa haru adalah Ula Faisal Bahri anak yang aktif dikegiatan teater sekolah maju ke depanku mohon ijin membacakan puisi yang akhirnya membuatku menangis.

Begini puisi yang ditulis dan dibacanya, berjudul Ayah di Sekolah.

Mungkin kami semua baru mengenal

Sosok laki-laki tegas dan berwibawa

Guru yang mengadu nasib di desa

Menjabat sebagai walikelas kami yang baru

Kata orang kau itu galak

Tapi bagi kami itu tegas

Karena kami yakin

Ada hati kecil yang lembut di jiwamu

Bagi orang lain kau hanya walikelas

Ayah di sekolah bagi kami

Tapi kami merasa lebih dari itu

Karena kau sayangi kami bagai anak kandungmu

Kasihmu bagai samudera

Yang dalam tak terhingga

Kau bela kami seperti hartamu

Meski kami sebatas anak didikmu

Bagai kertas

Yang tak ingin coreng hitam oleh orang lain

Karena sang pemilik telah menggoreskan nilai-nilai

Kekeluargaan, solidaritas, persatuan, dan kebersamaan

Itulah kau yang menginspirasi

kelas ini seperti keluarga

Bagai kesatuan organ tubuh

Yang saling mengisi kekurangan yang lain

Kau adalah ayah

Di sekolah yang paling hebat

Selama puisi itu dibacakan, tak terasa air mata haru dan bangga bercampur jadi satu meleleh di pipiku. Baru pertama kali, aku dibuat menangis seperti ini di hari kelahiranku yang memang tidak pernah diperingati.

Di jam terakhir kesembilan dan kesepuluh, kelas XII IPS 4, kembali setelah penilaian harian berakhir, aku diberi surprise lagi. Mereka menghadiahkan satu kue ulang tahun sederhana. Kembali aku menangis terharu. Terbata-bata kuucapkan terimakasih atas perhatian dan doa mereka.

Pengalaman tak terlupakan selama aku menjadi guru. Semoga harapan mereka yang begitu besar terhadap diriku dapat ku jalankan, menjadi guru, ayah, dan sahabat yang terbaik di mata mereka. (Selasa, 15 Agustus 2017)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya terharu. Gurunya pasti lebih terharu.

18 Aug
Balas

subhanallah...mereka begitu menyayangi gurunya...

19 Aug
Balas

Guru yg slalu dihati pastilah guru yang salalu mengiinsparis. Setiap hari slalu dinanti anak didiknya. Selamat anda guru yang sdh merebut hati anak didik anda.

18 Aug
Balas

Guru yg slalu dihati pastilah guru yang salalu mengiinsparis. Setiap hari slalu dinanti anak didiknya. Selamat anda guru yang sdh merebut hati anak didik anda.

18 Aug
Balas

Opz..kok dobel komen sy.

18 Aug



search

New Post