Sabarlah Pejuang Penyelamat Generasi
Pandemi korona telah mengubah pola aktifitas hampir semua orang di dunia. Sejak pembudayaan protokol kesehatan dimulai, semua sektor terdampak, termasuk sektor pendidikan. Saya sering mendapat edaran berupa himbauan, kebijakan, maupun peringatan dari pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi, sampai ke tingkat kabupaten. Bertubi-tubi file pdf surat edaran tersebut masuk lewat grup WA maupun Facebook. Hari ini begini, besok begitu. Dinamis sekali. Prinsipnya, ada banyak hal yang berubah dalam proses pendidikan hari ini.
Tuntutan merubah pola pembelajaran luring ke daring adalah salah satunya. Para guru dan siswa harus sama adaptifnya dengan kondisi baru ini. Baik guru maupun siswa jelas banyak menemui kendala saat pembelajaran daring. Setidaknya, ada beberapa kendala siswa yang saya temui saat mengajar dengan pola daring. Dari mulai HP joinan sama orangtua, kuota habis, mata perih, sampai bosen menjadi tantangan tersendiri bagi kelangsungan proses belajar mereka para generasi penerus bangsa.
Di sisi lain, yang menjadi antitesa dari problematika di atas adalah menjamurnya komunitas kongkow-kongkow meresahkan. Sering saya menjumpai anak-anak jenjang SD kumpul bareng teman-temannya sembari masing-masing memegang smartphone. Bukan untuk mengikuti pembelajaran daring melainkan untuk aktifitas hepi-hepi, nonton, ngegame, dan lain-lain. Tidak ada yang mengarahkan. Semuanya aman tanpa kendali.
Menurut saya, guru hari ini bisa menjadi dua hal. Pertama, jika guru mau menghakikati keberadaannya sebagai penyelamat generasi, maka ia harus memiliki ketahanan semangat dan kreatifitas tanpa batas yang mampu menembus semua tantangan dalam pendidikan hari ini. Kedua, jika guru tak adaptif dengan kondisi yang ada, terlebih ia cenderung acuh tak acuh, ia justru akan menjadi orang yang paling bertanggungjawab pada gagalnya pendidikan generasi masa depan.
Miris memang jika kondisi pembelajaran kita terus seperti ini. Pendidikan merupakan ujung tombak pembangunan manusia. Wajah generasi penerus bangsa didesain oleh proses pendidikan yang mereka alami hari ini. So, menjadi pejuang pendidikan di era ini memang lebih dari sekedar tuntutan pekerjaan. Ini perjuangan.
Setiap perjuangan butuh kesabaran. Sabar bukan berarti tenang, statis. Bukan pula berdiam diri ketika masalah demi masalah menumpuk bak gunung yang hampir meletus. Sabar berarti dinamis, tegap berjalan walau onak dan duri tersebar di jalan juang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap tulisan kolomnya. Semangat literasi. Sudah like & follow
Terimakasih Bapak atas supportnya. Semangat literasi
Keren tulisannya Pak, sabar berarti dinamis, tegap berjalan walau onak dan duri tersebar di jalan. Sukses untuk Pak Gusma. Kita satu gerbong PAUDTALK. Semoga kita bisa saling memotivasi. Izin follow Pak.
MasyaAllah. Terimakasih supportnya Ibu. Salam kenal bu.