Gusmita Dewi, S.H.I

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Negosiator

Negosiator Sewaktu mengajar pada jam terakhir kemaren, ada sebuah kisah menarik yang saya alami. Tak biasanya si abang, anakku yang pertama, mendatangi ku ke sekolah, memang kebetulan jarak rumah ku dengan sekolah hanya dipisahkan satu rumah tetangga. Masih mengenakan seragam sekolah, pertanda ia membawa suatu berita penting. Biasanya dia selalu mengganti baju seragam setiap sepulang sekolah. Dengan wajah yang sedikit tegang, yang mengartikan kalau dia memang dalam kondisi serius, dia memberi tanda kepadaku di luar kelas, agar aku menemuinya keluar. Setelah meminta izin kepada siswa dikelas, aku mendekati nya, "Ada apa, Nak? Si uda mana, Ma?" Kami memang memanggil anak kedua dengan sebutan uda. "Itu, sedang bermain dengan Dede,,, kenapa?" "Jangan biarkan lagi dia pulang sekolah dengan temannya ma, mulai besok ama harus jemput uda ke sekolah, dan pesankan ke uda kalau tidak boleh pulang sebelum dijemput ama". Waduh, aku terpana, bagaimana tidak, belum pernah si abang bicara sebanyak ini, dan belum pernah seserius ini. Pasti ini memang benar serius. Aku mencondongkan badanku ke arah si abang, menandakan aku serius untuk mendengarkannya. " Ada masalah, Nak? " tanyaku pada si abang. "Tadi sepulang sekolah, salah seorang teman perempuan abang menangis sambil berlari ke kantor guru, dia bilang ada abang-abang, berkendaraan roda dua, memakai masker, dan helm, mengajak temannya itu untuk pulang bersama, untung saja jarak mereka tidak terlalu dekat, sehingga teman perempuannya itu bisa berlari kembali ke sekolah dan langsung ke kantor guru. Pokoknya bilang ke si uda, tidak boleh pulang sendiri kalau tidak dijemput, atau lebih baik mampir dulu ke sekolah abang, nanti baru pulang bersama abang. Lalu ku jawab, " ndak mungkin si uda pulang sama abang, sebab abang pulang sekolah jauh setelah si uda pulang, nanti dia capek gimana? Atau nanti dia main ke lokal abang. Apa nanti abang tak terganggu. Si abang terdiam. "Kalau ndak, ama usahakanlah untuk menjemput uda sepulang dia sekolah, biar jelas dia langsung pulang, sebab uda sering main dulu sepulang sekolah kemana-mana". "Baiklah nak, siap kerjakan, jawabku sambil hormat pada si abang". Si abang hanya tersenyum melihat tingkah ku. Lalu menuju ke arah adiknya yang sedang bermain tak jauh darinya. Sebenarnya ini hanya kisah biasa, namun aku sedikit heran dengan si abang. Ku fikir, dia anak yang tidak perhatian, cuek. Karena sifatnya terlalu pendiam. Terkadang malah sering membuat adiknya menangis karena sifatnya yang sedikit usil. Tapi, ternyata dia punya perhatian yang sangat pada adiknya. Terbukti dari apa yang dilakukannya hari ini. Terimakasih ya Allah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post