Driver juga bisa jadi Guru

Biasa, sore ini aku berangkat menuju tempat tugasku. Aku pergi dengan sebuah mobil travel. Karena sudah penuh, kami langsung berangkat menuju trayek travel.

Bagiku perjalanan ini sudah biasa. Tapi ada yang luar biasa pada perjalananku kali ini. Sewaktu aku baru saja naik mobil, lagu yang diputar biasa lagu-lagu standar anak muda. Namun ada yg mengejutkan.

Setelah mobil mulai berjalan, sang driver menukar lagu tadi dengan Mp3 kalam Allah swt. Allahu Akbar, aku terkagum. Terdengar lantunan ayat suci Al-Quran oleh Muzammil Hasballah Q.S An-Naba'. Aku melihat sang driver dari sudut mata kalau dia memang menyegaja memutar ayat suci Al-Quran tersebut.

Ketika sedang berlangsung lantunan ayat suci Al- Quran tersebut sang driver ikut mengiringi bacaan Al-Quran tersebut. Aku ikut mendengarkan, kelihatan kalau sang driver hafal surah tersebut.

Satu persatu dia ikuti, sampai terdengar suara azan dari telfon genggamnya dan dari masjid-masjid di tepi jalan. Sampai akhirnya azanpun selesai.

Setelah azan selesai, ada rasa yang meragukan dalam diriku terhadap sang driver, kalau dia tidak akan mengajak penumpang untuk shalat. Tapi aku salah, dia menawarkan pada penumpang untuk berhenti shalat maghrib terlebih dahulu. Aku sangat senang sekali, sang driver memang orang yang biasa melakukan itu. Akhirnya kami shalat di salah satu masjid yang ada di tepi jalan.

Selama dalam perjalanan banyak pertanyaan dalam benakku. Siapa sang sopir ini, tamatan apa dia, dimana dia sekolah. Dalamm pikiranku, dia lulusan sekolah agama dan sedang kuliah. Dan aku berharap nanti bisa bertanya padanya. Karena dia telah menjadi inspirasi untukku malam itu, terutama dapat aku ceritakan pada anak-anakku nanti. Rupanya Allah swt mendengar doaku. Aku penumpang terakhir yang diantar ke alamat. Dalam perjalanan yang singkat tersebut aku bertanya, yang menjadi pertanyaanku dari tadi.

Nama sang driver Yogi. Yogi seorang tamatan SMK Pelayaran Padang. Dia baru pulang berlayar dari Jepang selama 3 tahun. Dan akan kembali berlayar bulan September 2019 ini ke Jepang. Menurutnya Jepang memiliki sistem kerja yang memegang teguh disiplin. Disiplin itu paling tidak setengah jam sebelum jam masuk kerja, kita sudah di lokasi kerja. Dibandingkan dengan negara kita asalkan belum batas waktu datang, walaupun itu satu detik, itu sah-sah saja. Itulah bedanya dengan kita, menurut Yogi. Dengan sistem kerja yang memiliki disiplin tinggi tersebut, Yogi agak kewalahan ketika harus menjalankan ibadah shalat. Kita harus bisa mengaturnya dengan baik. Jangan sampai shalat kita tinggal gara-gara pekerjaan. "Apalah dunia ini, hanya sementara", kata Yogi mengakhiri perbincangan singkat saya, sampai akhirnya saya tiba di rumah.

Banyak yg saya dapatkan dala. perjalanan itu. Jangan lihat seseorang dari luarnya saja. Perhatikan dulu, kenali dan mulai bertanya pada yang bersangkutan. Agar informasi yang kita dapatkan langsung dari orangnya. Setelah kita kenali, baru bisa kita menilai seseorang.

Guru itu tidak harus selalu dari orang yang berprofesi guru, namun guru itu bisa dari siapa saja termasuk sang sopir travel. Jadikan apa yg kita lihat dan alami sebagai guru. Guru untuk menjadi anak kita di rumah. Guru untuk lingkungan terutama sekali, jadikan pengalaman sebagai guru yang paling berharga.

Untuk Yogi, tetaplah istiqamah. Teruslah selalu berjalan di jalan Allah. Lakukan apapun dengan ikhlas lillahi ta'ala. Karena ikhlas itu akan membuat kita menikmati hasil yang nikmat untuk dunia akhirat. Amin.