Berbagai cerita selalu hadir di setiap hari dan setiap saat. Cerita itu sangat beragam, ada menginspirasi dan ada pula yang membuat sesak di dada. Ya begitulah, cerita di setiap lika liku kehidupan.

Antara cerita dan berita seolah-olah sama saja pada era sekarang. Sebuah berita yang dibaca pagi ini seakan aku sedang membaca cerita tentang kebiadaban seorang manusia pada zaman dahulu sebelum Rasulullah memperbaiki akhlak manusia.

Sekilas terlintas dipikiran ini, apakah aku berada di zaman jahiliah atau di zaman berpengetahuan tinggi? Entah berapa dalam dunia lain?

Bagaimana tidak, pagi yang cerah ini aku disuguhkan berita yang menyesakkan dada. Seorang ibu tega membuang anaknya sendiri. Usut punya usut ternyata perbuatan keji itu juga berasal dari berpuatan terlaknat dari orang tuanya. Mirisnya lagi, hasil hubungan sedarah.

Siapakah yang patut disalahkan? Apakah kita sebagai guru atau kita sebagai orang tua? Yang salah didikannya ataukah penerapannya? Semua pertanyaan itu tak bisa diselesaikan dengan mudah.

Kita mengetahui bahwa pendidikan itu berawal dari keluarga, sekolah dan juga lingkungan. Pendidikan karakter yang efektif menurut penulis ditanamkan di keluarga karena keluargalah yang dekat dengan anak. Penanaman karakter ini lebih efektif sejak usia dini. Seperti pepatah "belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar setelah dewasa bagai mengukir di atas air."

Jadi, sebagai orang tua hendaknya kita tanamkan karakter baik dan contoh keteladanan yang baik kepada anak semenjak usia dini supaya kelak dewasa mereka tidak lagi seperti anak yang tidak berkarakter.