CINTA DI BALIK AWAN
Sejuk udara pagi kusambut dengan sibuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah, terbiasa bangun saat ayam belum berkokok, agar semua pekerjaan tidak ada yang terlewatkan untuk ku kerjakan. Aku tak mau ibu harus kerepotan sepulang dari pasar belanja sayuran untuk di jual di warung nanti.
Jarum jam sudah berada di 5 pagi, dua adik kembarku yang masih duduk di bangku SD masih terlelap segera ku bangunkan, mereka harus sudah siap mandi dan sarapan sebelum pukul tujuh tepat, karena jarak sekolah dan rumah yang cukup memakan waktu selama di perjalan nantinya.
“Hufh akhirnya pagi ku selamat dengan sempurna!” sorakku membantin saat berada di kursi kebanggaanku sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan tekstil, suasana kantor masih lengang, karena jam kerja masih ada sekitar setengah jam lagi. Biasanya untuk menunggu waktu aku akan membereskan seisi kantor walau aku bukan petugasnya.
“pagi Ani..! suara penyapa pagi itu lagi-lagi berhasil menjadi orang pertama mengucap salam sejuknya, aku yang kebetulan jongkok memungut sampah berdiri membalas sapaannya.
“ Pagi..! ucapku masih dalam rasa yang sama, yah di tempat yang terlalu istimewa untuk selalu ku tahan agar tak ketahuan walau hanya angin yang lewat.cahaya bola matanya teduh menenangkan mengalirkan semangat yang secara spontan datang.
Seperti biasa, ia menyerahkan satu kotak makanan, dan lagi-lagi aku harus menolaknya, bukan karena tak suka, tapi aku hanya tak ingin merasa bertanggung jawan atas rasa yang sebenarnya berbalas.
“ Rian stop.! Jangan lakukan apapun lagi..!”, tegasku dengan wajah serius, ia tersenyum seolah baru kali pertama aku meminta menyudahi usahanya.
“gak mau..! jawabnya masih tersenyum, “ jangan pikirkan perasaanku, kau tau ini hakku untuk melakukan apapun, dan kau juga punya hak untuk menolaknya,..!” jelasnya melangkah ke meja kerja nya yang sudah kubersihkan, aku terdiam lama, seolah ingin menyerah untuk mengalah menerimanya saja.
Siang sangat cepat untuk datang, semua orang mencari tempat paling nyaman buat mengisi tong kecil yang terasa siap diisi karena seharian merasa lelah dengan kerjaan yang selalu menumpuk untuk di siapkan. Rian terlihat sendiri di atap kantor, kantin sederhana pavorit orang sepertiku yang selalu memilih berhemat walau rasa seadanya. Aku memilih berbalik mencari tempat makanan yang lain, dimana tak ada kesempatan untuk sekedar saling sapa.
Sudah 1 bulan, Rian benar-benar berhenti, awalnya aku lega, setidaknya aku tak perlu lagi kucing-kucingan menghindari untuk jumpa, karena sepertinya ia sudah sibuk dengan dunianya. Awan ku memutih menyambut hari-hari menyambut pagi, sampai di minggu ke empat rasanya awanku siap jatuh karena mendung melihatnya kini dekat dengan wanita lain. Seperti yang sebelumnya ia lakukan untukku, wanita itu juga diperlakukan sama, pagi yang seru dengan sapaan dan beban kerja yang ringan karena sukarelanya untuk membantu.
“Tuhan..!” pekikk u menahan sakit sambil mengelus-ngelus lututku yang terhempas ke aspal, rasanya semakin sempurna dengan sedih karena Rian benar-benar memilih hilang tak menganggu, namun sayangnya ia tak mau lepas dari hatiku.
“ hati-hati..!”, suara itu sangat dekat, ku dapati dia membenarkan posisi sepeda motor yang berada di atas tubuhku. Aku berusaha berdiri, ia cepat-cepat membantu dengan memegang bahuku, duh rasanya aku ingin menghambur memeluknya karena buncahan rasa rindu.
“ makasih!” jawabku pelan tanpa melihat matanya lgi, aku bisa menangis jika melihat wajah tulus itu lagi.
“Joviani Salsabila..!” kenapa mehannya..?”, kenapa kau mau menahan siksa melihatku jauh, padahal jika pun kau panggil sekali saja aku akan meoleh lalu kembali..!”, ucapnya sangat keras, seolah emosi yang meledak dengan bom waktu.
“mustahil..!” ketusku menurunkan posisi bahu agar tangannya terlepas.
“ kenapa tak akui dulu..!” Rian menahan bahuku, aku berusaha tak menoleh, karena saat ini air mataku benar-benar jatuh dengan alasan yang tak pasti, bahagia atau sedih, ini hanya luapan emosi.
Sore itu segala yang tersembunyi di balik awan terbuka, disana ia bisa melihat langitku sesunggynya, dimana langitku memang selalu membiru untuknya bahkan jauh sebelum ia memulai sebuah usaha membangun rasa. Alasanku tak cukup ampuh membuatnya semua salah, karena ibu juga tak ingin menahan putri dewasanya terus terikat jadi pundak keluarga.
Semua kekurangan yang dalam cerita keluargaku ia terima, ayah telah tiada, ibu menjanda, dan adik yang masih perlu dana untuk biaya sekolah. Ia seolah menunggu waktu-waktu berkumpul lebih cepat, 2 bulan setelah pengakuan besar itu, ia melamar sebagai bentuk keseriusan yang tak lagi boleh mereda.
#TANTANGAN GURUSIANA HARI KE-4
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ceritanya bu. Salam sehat selalu.
Terima kasih banyak bunda--salam sukses selalu
Semua kekurangan yang dalam cerita keluargaku ia terima, ayah telah tiada, ibu menjanda, dan adik yang masih perlu dana untuk biaya sekolah. Ia seolah menunggu waktu-waktu berkumpul lebih cepat, 2 bulan setelah pengakuan besar itu, ia melamar sebagai bentuk keseriusan yang tak lagi boleh mereda.keren..izin follow bu
terima kasih bapak
Keren bu, salam literasi
terima kasih bunda--salam literasi kembali
Luar biasa mantap Bu
terima kasih bapak
Mantap ceritanya, Bu. Sehat dan sukses selalu.
terima kasih bunda--salam sukses selalu
Mantap, cerita yang indah. Sukses selalu bun
terima kasih bunda
Keren ceritanya bunda dengan diksi yang keren menewen. Salam sukses selalu.
terima kasih bunda
Akhir yang manis. Siip cerpennye, Bu. Salam sukses.
salam sukses kembali bunda, terima kasih sudah mampir
Keren bunda. Suka bacanya
terima kasih bunda
Good Bu, mantap
terima kasih bunda
Cerpen yang menarik bunda. Sehat dan sukses slalu
terima kasih bunda
Cerpennya keren. Salam Literasi
terima kasih bapak
keren bun
terima kasih bunda