Habibah

sebenarnya aku tidak begitu yakin, jika aku lahir di tahun 1991 saat bulan agustus dan di tanggal 23, ntahlah aku hanya tidak suka angka di tahunnya sehingga ak...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENCABUT DENDAM YANG KOKOH

MENCABUT DENDAM YANG KOKOH

Tidak ada yang lebih di nanti saat itu selain hujan akan segera turun menghapus titik air yang membasahi wajah seorang lelaki senja di halte bus kota. Seorang ayah yang terusir dari hati sang anak setelah mencoba memperbaiki masa lalu yang ia ciptakan sangat suram untuk di beri maaf. Buncahan penyesalan mengoyakkan harapannya untuk bisa sekedar mendekap sejenak putra satu-satunya yang kini tlah mendewasa.

Lelaki separuh baya sekarang tak memiliki tenaga,dan kehilangan ketampanan sertanya hartanya, terkulai lesu menyandarkan kesedihan pada kursi halte yang mulai berkarat. Rasa hancur yang ia rasakan tak sebanding dengan sakit yang sudah ia berikan pada keluarga kecilnya dulu. Tangisan Syam kecil tak sedikitpun menyurutkan keinginannya untuk pergi jauh, pujuk rayu pilu dari sang istri tak bisa membuatnya sedikit tersadar, jika ia telah salah langkah dengan memilih wanita yang bersedia melihat kesedihan keluarga lain demi kebahagiaannya.

“ Ayah.!” Sebuah suara yang dinanti terasa sangat dekat, “ Ayah..!”, pak Salim menoleh ragu, Syam berada tepat disebelahnya. “ untuk pertama kali aku bisa memakai sapaan itu..!” lanjut Syam tersenyum tipis menahan getir. “ ibu tak pernah membenci mu, walau hatinya benar-benar hancur dan sakit, ia tak pernah mengajarkanku untuk lupa atas sedikit kenangan yang dulu ia percaya itu ketulusan..!”, Syam menatap wajah senja yang sebenarnya sangat ia harapkan kedatangannya, “ Ibu membawa cinta yang begitu kuat sampai ia meninggalkanku sendirian, sendirian dalam waktu yang lama, 8 tahun, selama itu aku menahan rasanya kesunyian..!” Syam tak bisa membohongi kesedihannya, air bening itu ikut mengalir

“ Maafkan ayah nak, mungkin kamu akan menganggap ayah mengada-ngada cerita, karna kamu tak akan pernah percaya lagi pada semua omongan ayah, tapi sebenarnya ayah telah mencari kalian setahun setelah kepergian itu, mencari-cari kemanapun ketika mendapatkan petunjuk, tapi Tuhan menghukum ayah, selama 16 tahun rasa penyesalan dan juga rindu menyiksa ayah setiap waktu, rasanya sangat sakit..!”, pak Salim menunduk menahan malu atas pilu yang pantas ia terima.

Syam meraih tangan ayahnya, tangan yang selalu ia rindukan saat apapun, karena berkat tangan sejuk itu, Syam mulai belajar mengenal dunia mesin mobil yang kini membawanya dalam kemakmuran. “Ayah jangan pergi lagi setelah pergi begitu lama..!”, pinta Syam sungguh-sungguh menguatkan pegangan tangannya. “Syam menunggu terlalu lama, menjadi sebatang kara saat bagian dari keluarga masih ada itu sangat menyedihkan, tadi..Syam terlalu emosi, memori yang sudah berulangkali Syam coba lupakan, agar tak ada benci yang menahan sunyi, ntah kenapa saat kesempatan itu ada, reaksi Syam justru membuat ayah pergi lagi.., maaf ayah..!”, Syam terisak dalam, Pak salim menggeleng tak pantas di tawar maaf, kesalahannya tak sebanding dengan penolakan Syam tadi pagi.

“ Ibu mu mendidik putranya dengan sangat baik..!”, puji pak Syalim menatap putra nya yang tumbuh dengan sangat sempurna. “dia membuatmu tumbuh dengan sangat menakjubkan, tak ada dendam, meskipun sangat pantas kamu melakukannya..!”, tatapan kedua ayah anak itu menyatu, membaur dalam beratnya menahan rindu selama belasan tahun.

Syam raih tubuh senja sang ayah di pelukannya, “ Ayah harus mengunjunginya lebih sering kali ini, bawakan bunga lili putih di istrahat panjangnya..”, dia hidup selama ini dengan bahagia, tetap bersyukur karena diberikan sedikit kesempatan untuk hidup bersama ayah..!”, pak Salim mengangguk setuju dalam pelukan Syam

Tak ada yang lebih melegakan dari memaafkan, meskipun berat, Syam memilih mendengarkan kata hatinya yang tak bisa menolak atas doa pertemuan dengan sang ayah. Doa yang tak pernah putus itu datang setiap saat wajah ibunya menawarkan senyum bahagia. Syam mengaku menyerah untuk membenci, saat yang seharusnya paling terluka saja memilih tak menyimpan rasa sedikit dendam. Diam- diam Syam berharap dalam hatinya dengan lirih , “Tuhan jangan pisahkan kami lagi..!”.

#TANTANGAN GURUSIANA HARI KE-5

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post