Sejenak kaki terhenti, memastikan mataku sedang tak salah menangkap fokus ini, menyaksikan rangkulan manja pada pinggangnya yang ramping, dan senyuman nya yang sangat memikat. Sesaat waktu terasa terhenti, bahkan kakiku lupa untuk memilih berlari, yang bekerja saat ini adalah jantungku yang terus berdetak dengan ritem yang tidak sesuai.

Sapaan rintik hujan tak bisa membuatku terperanjat, bahkan air mata milikku ikut beriringan di antara basah, menyatu memperkenalkan jatuh nya dalam getir menagan sakit. Di balik kesaksian di sore ini, ku manemukan jawaban, tentang kepastian dari semua kisah yang tinggal menunggu di akhir babnya. Meski berakhir sad ending, setidaknya ku tak terus membiarkan impianku berguling meraihmu, setidaknya tanda tanya itu terhenti, walaupun dengan sayatan luka yang begitu perih.

Berat, langkah yang harus kupilih. Menembus rintik yang sudah berubah jadi serbuan hujan dengan dentupan petir yang memekik. Meninggalkanmu bersama wanita menawan itu, tak semudah jatuhnya tetesan bening yang sudah menyatu dengan deraian air yang sangat deras.

Manusia memiliki kuasa dalam menentukan pilihan, membiarkan disakiti terus bersama, atau memilih pergi mencari bahagia. Kini tak ada alasan untuk terus menorehkan bab akhirnya, biarlah ia kosong tanpa satu kata lagi, cukuplah kenangan yang sempat tercatat itu menjadi penggalan kisah yang harus dilupa. Tuhan terima kasih atas sakit ini, terima kasih telah menyeret ku ke daratan, meinggalkan air yang penuh dnegan racun yang menyakitkan, dan ku yakin luka itu akan dapat pulih saat berniat untuk di obati.

#TANTANGAN GURUSIANA HARI KE- 13