Rio sangat marah saat ibunya tidak menyetujui keinginannya untuk menikahi Deeza. Ia memukul meja dengan sangat keras. Lalu pergi ke luar rumah dengan membanting pintu lebih keras. "Sudahlah. Aku pergi. Jangan anggap aku anak lagi. Brakkkk . . ."

Ibunya termangu dengan sikap anak semata wayangnya. Matanya yang sayu tak berkedip melihat sikap Rio yang tidak seperti biasanya. Air mata menetes perlahan. Satu persatu. "Rio, maafkan ibu. Tapi, tak tahu mengapa ibu kurang sreg dengan Deeza."Batinnya dengan mata yang memerah dan kacanya pun pecah tak mampu menahan tangisnya.

Beberapa menit sebelum azan Magrib, Rio pulang. Membuka pintu dengan keras dan wajah yang masih memendam amarah. Rio langsung ke kamar dan packing pakaiannya untuk pergi dari rumah. Ibu masih duduk di sofa sejak jam 1siang hingga kini. Ia memandang anaknya dari kejauhan dengan rasa yang tak keruan. Meski TV di depannya tetap menyala menyuguhkan berita. Rio pun keluar kamar dengan ranselnya. Ia dan ibunya hanya bertatapan dalam diam. Tiba-tiba langkah Rio terhenti di dekat pintu dan memastikan berita di TV depan ibunya, "Seorang wanita berinisial Dz tertangkap sedang pesta Narkoba di hotel X dan ia juga sebagai pengedar di kalangan arisan ibu-ibu sosialita." Ia kaget ternyata yang dilihatnya adalah wanita yang tidak direstui ibunya untuk dinikahi.