Siang ini di Sekolah Antah Berantah mengadakan sosialisasi pembelajaran semester genap. Sekolah tersebut mengambil kebijakan blended learning. Memakai luring dan daring. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang telah dilakukan selama hampir satu tahun sudah tidak efektif. Siswa sudah tidak seantusias tiga bulan pertama belajar menggunakan zoom. Ada beberapa siswa yang hanya join namun mikrofon dan videonya dalam keadaan off. Bahkan ditemukan siswa yang main gim saat pembelajaran online.

"Sekolah ini tidak memperhatikan kondisi lingkungan. Bukannya kasus virus ini semakin bertambah? Seharusnya daring diperpanjang lagi." Bu Watty menyampaikan pendapatnya dengan semangat bergelora. Pak Buddie, Kepala sekolah SD tersebut menjawab dengan tenang dan datar. Ia menunjukkan surat pernyataan kesediaan orang tua untuk belajar tatap muka di rumah dan sangat menghargai keputusan orang tua yang tidak berkenan untuk belajar di sekolah. Ia juga memberikan beberapa solusi bagi orang tua yang belum mengizinkan. Namun Bu Watty belum sepenuhnya menerima jawaban tersebut sampai akhir kegiatan.

Setelah salat Asar, Pak Buddie pulang dan singgah dulu di sebuah mall dekat sekolah untuk membeli beberapa barang yang diminta anaknya. Setelah sampai, ia masuk dan melewati beberapa counter. Ia melihat Bu Watty sedang makan di food court dengan ketiga anaknya yang sekolah di SD Antah berantah dengan enam paper bags belanjaannya. Bu Watty menutupi wajahnya dengan tas kertas belanjaan. Tiba-tiba ada suara yang dikenalinya, "Bu Watty? ahamdulillah, akhirnya bertemu juga. Semoga semua sehat ya, Bu." Bu Watty langsung berdiri dan jalan secepat kilat untuk menghindar. Ia berhenti di ujung koridor dan melihat sosok tadi. "Ya Allah, tadi itu direktur saya. Waduh, dapat SP nih." Batinnya