Hadijah husain

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bintang tak pernah Redup

Bintang tak pernah Redup

Cuaca pagi itu sangat cerah secerah wajah-wajah manis dan tampan pelaksana upacara yang bermake up dan berkostum sangat elegan. Performance peserta didik kelas XII SMAN 2 Enrekang pada tanggal 11 Maret 2020 yang mereka sebut last ceremony begitu extraordinary( sory memincam istilah asing agar lebih kereen terdengar). Pagi itu tepat pukul 07.00 lapangan upacara langsung dipenuhi dengan ratusan siswa yang berbaris rapi tanpa komando (tidak seperti biasanya yang harus diteriaki berulang-ulang sampai memunculkan urat besar dileher yang mengumumkan). Bahkan beberapa pasukan pengibar bendera tidak tampak wajah aslinya. Nyaris tak dikenal karena polesan bedak yang begitu tebalnya dan bibir yang merekah bagai delima yang ranum, entah wardah atau MU yang membuat wajah mereka glowing dan mulus begitu maksimal. Setelah melakukan gladi bersih, upacara bendera dimulai pukul 07.20. Suasana upacara sangat hening, upacara yang terhikmad sepanjang upacara yang pernah aku hadiri. Mungkin karena ada sorotan kamera dan kamerman yang begitu gesit berlari begitu lincahnya. Suara master of ceremony dalam bahasa Inggris (entah kenapa orang bangga dengan bahasa ini) yang meniru lafal penutur aslinya seakan menyihir seluruh peserta upacara untuk menjadi pendengar yang baik. Tak ada suara gemuruh seperti biasa (laksana ada tawon yang bergerombolan dan berbisik pelan dan berdesing ditelinga). Instruksi demi instruksi lantang diterjemahkan oleh Bintang Al Rasyid dalam Bahasa Indonesia (bukan bahasa daerah, berharap suatu hari ada even menggunakan bahasa daerah). Meski orangnya rada kecil dan ceking, tidak seperti yang kita bayangkan suaranya begitu menggelegar memecah hening dan menambah hikmad upacara kali ini.

Yah dialah Bintang. Sesuai namanya dia selalu berusaha melakukan yang terbaik dan berada di posisi atas seperti laiknya bintang di langit. Dia lah aktor dibalik seluruh rangkaian kegiatan ini. Itupun ku ketahui sebab sehari sebelum kegiatan berlangsung dia datang menemuiku dan konsultasi berbagai hal yang berkaitan dengan ceremony ini (heran padahal saya bukan siapa-siapa, mungkin karena dia tidak menemukan bapak/ibu guru yang lain karena hari sudah menjelang sore).

Disetiap pertemuan dengannya ada yang khas selalu ku tanyakan,

“apakah kamu masih berbintang”?.

Dan seperti biasa dengan sigap diresponnya,

“siaaaap bintang tak kan pernah redup”.(ku tau kau memang terlalu PD asal jangan over self confidence)

Sesuai doa orang tuanya yang memberikan nama indah itu, dia memang bersinar dimana-mana.

Masih segar diingattanku ketika pertama kali dia mendaftar di sekolah ini, ada kendala yang menghalanginya untuk diterima. Yaitu zonasi. Dia berasal dari salah satu sekolah di seberang pulau yaitu Kalimantan. Dan ini berarti kau terkendala jarak karena lintas provinsi. Tapi kegigihan nenek aji (ibunda dari ummimu) meyakinkan Panitia Penerimaan Siswa Baru (PPDB) bahwa kau layak diterima karena mengikuti mutasi orangtua. Kelengkapan berkas dan ijazah yang hampir lusuh dibawa berkeliling akhirnya berhasil diverifikasi.

Upacara masih berlangsung, aku tersadar dari lamunanku. Tanpa ku sadari pasukan pengibar bendera yang melangkah begitu tegap dengan kostum laiknya upacara tujuh belas Agustus di Istana negara (maaf sedikit lebay), sudah membentangkan bendera dalam posisi siap pertanda tangan kanan sudah harus naik sebagai tanda hormat. Instrumen lagu Indonesia Raya mengiringi bendera sampai ke puncak tiang begitu syahdunya. Last ceremony yang betul-betul sangat istimewa.

Agenda demi agenda berlalu, tak ada yang bergeming dari tempatnya, bahkan tidak ada satupun siswa yang pingsan, padahal matahari mulai menyemburkan cahaya panasnya. tapi tetap tak ada yang seperti cacing kepanasan (walau saya nelum pernah menyaksikan cacing berjemur kepanasan). Bahkan ada peserta upacara yang menahan pipis karena takut kehilangan momen yang tidak disaksikan.

Ketika komandan upacara melapor bahwa upacara selesai, tak ada satupun yang bergeser dari tempat mereka berdiri. Meski tak ada aba-aba, para siswa tetap rapi dalam barisan. Rupanya mereka sudah tahu bahwa akan ada beberapa pertunjukan yang akan dipersembahkan oleh kakak kelas mereka

(bocor soal dong...)

Hiburan pertama diawali dengan tari empat etnis. Pakaian adat keempat etnis juga menggambarkan tarian yag dipersembahkan. Gerak gemulai para penari (meski ada yang sedikit kaku gerakannya) begitu memukau para penonton (siswa plus guru). Tarian yang berdurasi sekitar lima belas menit ternyata membuat penonton mulai penat, dan satu persatu mulai jongkok dan memilih tempat yang sedikit teduh, asal terlindung dari sengatan matahari. Asal bisa menyaksikan gemulai para penari yang begitu mempesona bergerak bebas menguasai lapangan upacara dengan lenturan jari-jari yang sangat lentik.

Penampilan berikutnya, para karateka memasuki lapangan dengan langkah tegap dengan wajah yang sedikit garang karena di dukung oleh make up dan kostum bernuansa hitam. Pertarungan yang telah disetting juga sangat memukau, badan para karateka begitu lentur seakan tak sakit jika jatuh atau dibanting. Rasa bangga dan decak kagum para penonton tergambar diwajah mereka. Sungguh sebuah pertunjukan yang biasanya hanya disaksikan di layar kaca, ternyata bisa disuguhkan di lapangan sekolah.

Gemuruh tepuk tangan kembali sangat meriah ketika teater yang disutradarai oleh Bintang menampilkan acting yang sangat kereen. Tak pernah terbayang bahkan terlintas, jika pertunjukan ini nyaris sempurna. Decak kagum para penonton menyaksikan Bintang bersinar dan memancarkan cahayanya di siang hari dengan gerakan dan acting yang sudah lolos casting.Tubuh mungil Bintang berlari dengan lincahnya memerankan seorang siswa gaul dengan kaca mata berwarna hijau. Wajahnya tampak angkuh dan pongah. Dia adalah ketua gang hits di sekolah. Diam-diam dia mencintai teman sekelasnya. Setiap hari dia mengusili seorang gadis cantik yang cerdas, berakhlak baik yang dipanggilnya ukhti. Tema percintaan di masa putih abu-abu yang diusungnya berhasil memukau para penonton dengan ending yang php (melarang pacaran karena belum saatnya).

Kehebatan Bintang menyusun scene demi scene patut di acungi jempol. Melakoni sebuah drama sekaligus sutradara bukan hal yang mudah. Tapi bagi seorang Bintang, tidak ada kata susah atau berat dalam kamusnya. Tentu hal ini tidak bisa langsung disulap. Proses panjang telah menempahnya dari berjibaku kegiatan yang dilakoni di dunia nyata. Mulai dari menjadi duta anak Sulawesi Selatan dan menjadi wakil forum anak mengikuti kegiatan forum anak di Malang. Retorikanya dalam memaparkan ide dan pendapat serta memberi solusi disetiap rapat dan acara formal lainnya memang sudah tidak ditanyakan lagi. Kehati-hatiannya dalam memilih diksi yang digunakan tergambar bahwa dia sudah mampu menjadi orator yang handal. Jam terbangnya memimpin sidang dan sebagai moderator sudah tak terbilang. Bahkan hampir seluruh kegiatan forum anak se Sulawesi Selatan tidak terlewatkan olehnya. Belum lagi mengikuti beberapa lomba seperti lomba debat Bahasa Indonesia, Lomba Debat bahasa Inggris dan lomba debat Sosiologi di tingkat Provinsi. Segudang prestasi telah di torehkan dicatatan capaian siswa di sekolah. Hal ini juga di dukung oleh keaktifannya mengikuti hampir semua eskul di sekolah. Multimedia, kelas debat baik Indonesia maupun English, bahkan PMR. Tubuhnya yang rada kecil membuatnya fleksible bergeser dari satu acara ke acara yang lain. Dari satu even ke even yang lain. Dari kelas yang sifatnya kabupaten, bahkan regional dan Nasional

Kini Bintang itu sudah mulai pelan bergerak dan akan bersinar ditempat lain . Semoga di sekolah ini bermunculan beribu bintang. Bintang kejora yang mampu menghias dan mewarnai indahnya sekolah tercinta (seperti lagu bintang kecil...)

Selamat jalan ananda Bintang. Tetap bersinar dan berkarya walau di tempat nun jauh dan berbeda. Tetap humble dan amalkan ajaran agama.

Tularkan virus (bukan corona) kreativitas bagi kids jaman now.

Good luck and success for you all, the students of SMAN 2 End the cant.

Love u all.

Ur maam

#tantanganmenulisharike_2

#tantangan30harimenulis

#tantangangurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu. Lanjutkan

21 Mar
Balas

Thanks atas segala supportx Bu, maafkan jika setiap saat mengusik dgn beribu masalah

21 Mar
Balas



search

New Post