Hadijah husain

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Keep Writing

Dua hari sebelum kegiatan belajar siswa di rumah diterapkan, tepatnya pada tanggal 17 Maret 2020, dilaksanakan rapat di ruang guru. Rapat tersebut di pimpin langsung oleh Kepala UPT SMAN 2 Enrekang bapak Sukayono, S.Pd, M.Pd. Ada beberapa agenda rapat yang dibacakan oleh wakasek Humas pada saat itu. Satu hal yang paling penting disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah (kepsek) adalah mengenai kegiatan guru dan siswa selama di rumah. Bapak/ibu guru dihimbau untuk merancang kegiatan siswa sebaik-baiknya sebelum di rumahkan. Pembelajaran yang dimaksud baik yang sifatnya pembelajaran dalam jaringan (daring) maupun pemberian tugas. Tujuannya untuk memotivasi peserta didik untuk tetap semangat dan menikmati belajar selama di rumah. Sebelum mengakhiri rapat, bapak Kepsek mengingatkan wali kelas untuk menginformasikan ke anak walinya sekaligus orang tua/wali siswa tentang kegiatan mereka selama di rumah. Intinya bukan libur. Hanya proses belajar mengajar selama empat belas hari (dari tanggal 19 Maret sampai 2 April 2020) dipindahkan di rumah. Hal ini tentu bertujuan agar guru dan siswa ikut memutus mata rantai penyebaran virus yang semakin merajalela.

Sembari mendengarkan informasi dari Bapak Kepsek, otak saya mulai berputar mencari kegiatan apa yang pas diberikan siswa. Spidol kecil bertinta merah mulai saya gerakkan. Alternatif tugas saya tuliskan dengan beribu pertimbangan. Hasil coretan di selembar kertas dengan beberapa poin akhirnya saya lingkari. Tanpa terasa rapat sudah bubar. Bapak/ibu guru mulai riuh mendiskusikan tentang hasil rapat tadi. Saya tidak membuang waktu untuk berlama-lama ikut nimbrung membahas rencana tersebut. Seperti biasa gerak cepat (gercep) langsung ke TKP. Ku ayunkan kakiku mulai melangkah ke kelas yang letaknya di sudut sekolah. Kelas X MIPA 4 yang kebetulan belum ada guru berada di dalam.

Seperti biasa saya mulai membuka kelas dengan menyapa mereka dalam bahasa Inggris karena saya memang mengajarkan Bahasa Inggris (bukan karena sok Inggris, he he)

“Good morning class”, sapaku lantang;

Dengan cepat mereka merespon, “good morning mam”

Kulanjutkan menanyakan kabar mereka” how are you guys”. Tanpa aba-aba kembali mereka menjawab secara serentak. “we are fine thanks, and you? “Not bad” responku sembari melemparkan senyuman. Ya salah satu kebahagian guru ketika bertemu siswa dengan wajah yang riang dan bergembira. Hal ini yang sangat menyiksa selama tinggal di rumah adalah rindu canda tawa dan berbagai karakter siswa yang berkesan baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan karena keusilannya.

Sebelum saya menjelaskan tugas yang akan kuberikan, ku tatap wajah siswa satu demi satu. Dari ekspresi wajah mereka tergambar wajah-wajah kebingungan. Tatapan mata yang tak berkedip tertuju padaku seakan ingin komplain. Saya sadar mereka pasti bertanya-tanya tentang kehadiran saya di kelas yang tidak sesuai schedule. Hari itu memang hari Selasa. Jadwal mengajar saya di kelas itu hari Kamis. Agar siswa tidak semakin bingung, maka ku jelaskan tujuan dan info yang penting yang kusampaikan. Hasil rapat ku beberkan dengan bahasa santai agar mereka mudah paham.

Kini saatnya menjelaskan kegiatan yang dilakukan kaitannya dengan Bahasa Inggris. Kompetensi dasar yang rencananya akan dipelajari pekan itu adalah Recount text. Text ini menceritakan tentang pengalaman penulis. Berbeda dengan narrative text, cerita text recount tidak memiliki komplik. Hanya sekedar menceritakan pengalaman kepada pembaca. Baik itu pengalaman yang unik, pengalaman tak terlupakan, pengalaman menyenangkan ataupun pengalaman yang menyedihkan. Teori tentang teks ini saya jelaskan sebagai pengantar kegiatan di rumah. Lalu secara pelan kusampaikan tentang belajar menulis text recount selama berada di rumah. Belum tuntas penjelasan tersebut, tiba-tiba beberapa siswa bertanya. Ada yang penasaran dengan kegiatan menulis tersebut. Bahkan ada yang sudah ingin memulai dengan meminta contoh. Lalu dengan sedikit bersabar ku lanjutkan bahwa selama di rumah setiap siswa akan menulis text recount. Tulisannya free writing. Bebas menulislkan pengalaman apa saja. Yang penting menulis secara konsisten setiap hari dengan menuliskan waktunya termasuk tanggal penulisan. Sebelum menutup pertemuan di kelas ini , saya mengingatkan kepada siswa untuk tetap menjaga kesehatan dan enjoy study at home.

Hal yang sama saya lakukan dibeberapa kelas paralel yang saya ajar. Meskipun ada bebrapa kelas saya titipkan note karena keterbatasan waktu. Untuk mendukung tugas yang diberikan saya foto catatan tersebut dan share ke beberapa siswa unuk dibagi.

Selama Work from Home (WFH), saya memantau kegiatan menulis siswa melalui group whatsapp. Kuluangkan waktu khusus di malam hari setelah menunaikan shalat isya untuk berdiskusi dengan mereka. Pembicaraan di dalam group kadang ada yang serius bertanya dan ada juga yang menyelingi dengan memasukkan konten-konten lucu. Saya hanya memaklumi tindakan mereka, sepanjang tidak ada yang membully atau candaan yang sifatnya parno.

Beragam tulisan kubaca setiap malam. Beberapa yang asli hasil karya sendiri. Tetapi ada juga yang pasti hasil copy paste dari tulisan di google (hati-hati nak, dilarang keras menjadi plagiat dalam menulis, ada pasal dan undang-undang yang mengatur tentang hak cipta). apalagi tidak mencantumkan nama penulisnya. Hal ini sangat mudah saya deteksi karena bahasa Inggris yang digunakan sudah sekelas penulis profesiional. Bahkan saya tidak mampu merangkai kata yang seindah itu.

Tulisan demi tulisan saya terima. Ada yang memposting langsung di group. Beberapa mengirim via wa pribadi. Ternyata banyak sekali siswa berbakat menulis. Mereka punya potensi, hanya mungkin belum dikembangkan. Oleh karena banyaknya tulisan yang masuk, ada yang sekaligus dikirim, ada juga yang sistem cicil setiap hari, maka otomatis memori handpohone saya sudah hampir full. Saya memcoba memindahkan tulisan-tulisan itu ke laptop. Ternyata sedikit membantu. Bisa dibayangkan jumlah kelas X yang saya ajar sebanyak tujuh kelas. Sedangkan rata-rata siswa 35 orang per kelas (maaf hitung sendiri berapa siswa kali berapa hari). Belum lagi kelas XI yang juga memasukkan tugas mereka.

Hari ini, Jumat tanggal 27 Maret 2020 puncak pengiriman tugas. Entah siapa yang menyebarkan issu bahwa tugas hari ini sudah harus submit. Bunyi notifikasi tanda adanya WA masuk tak berhenti. Saya mencoba merespon satu persatu sampai lelah mengetik. Belum selesai yang lain sudah masuk lagi berikutnya. Sepertinya saya tak mapu lagi melayani percakapan siswa satu persatu. Akhirnya saya memutuskan membuat status di story Wa saya dalam Bahasa Inggris sebagai berikut:

“ keep writing. To all my beloved students, u dont need to send ur task each day, it makes me very busy to read n respond it.Thanks so much for still doing ur task” (yang membaca story saya hari ini, pasti mengiyakan, bagi yang belum baca silahkan di cek). Setelas itu saya off kan handphone karena sudah sangat panas. Sekaligus saya istirahat karena cukup lelah.

Demikian segelintir pengalaman WFH. Terima kasih bagi siswa yang tetap antusias menulis. Semoga mampu konsisten dan suatu hari menjadi penulis profesional. Pengalaman hari ini membawa hikma lahirnya tulisan dadakan tak bermakna. Maafkan atas segala khilaf.

#tantanganmenulisharike_9

#tantanganmenulis30hari

#tantangangurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post