Menanam Vs Menulis
Dua kata kerja yang mengalami penambahan awalan me-, yaitu tanam dan tulis akhir-akhir ini sangat melekat dengan kegiatanku disela-sela Work from Home (WFH). Kata kerja menanam dan menulis sangat mewarnai aktivitasku di rumah. Bagiku menulis dan menanam adalah kembar tapi beda. Serupa tapi sama, sama tapi serupa. Dunia tanam menanam dan dunia tulis menulis adalah dunia yang sangat berbeda bidangnya. Tapi ternyata memilki beberapa kesamaan.
Yaah serupa dalam beberapa hal, jika menulis tidak dipaksakan maka menanam juga tak bisa kalau tidak ada kemauan. Banyak orang senang menjadi penikmat sebuah karya. Tapi sangat kurang orang memaksakan diri untuk membuat karya. Begitupun menanam, banyak orang sangat senang menuai tanaman baik sayur maupun buah-buahan yang ditanam oleh orang lain tapi sangat kurang orang ingin menanamnya sendiri walaupun mereka mampu melakukannya.
Jika menanam diawali dengan benih maka menulis juga menebarkan benih-benih. Jika benih yang ditanam baik maka yang ditunggu hasilnya pasti baik. Dan jika yang dituliskan hal yang baik maka benih-benih itu akan menyebarkan kebaikan. Menanam dan menulis memang butuh proses. Tak ada tanaman yang langsung menjadi besar ketika baru ditanam, demikan juga tulisan. Para penulis pemula akan tertatih tatih belajar merangkai kata demi kata untuk menghasilkan tulisan yang apik. Pun tanaman, menjadi petani unggul butuh pengalaman dalam menangani kendala dan hama yang sering mengganggu tanaman. Dan akhirnya menemukan solusi yang tepat dalam menangani hama tersebut.
Menanam itu bisa membuat kecanduan. Jika tanaman yang kita tanam berhasil tumbuh dengan sempurna dan berbuah, maka kita semakin bersemangat untuk menambah tanaman dan menanam terus bahkan sampai sakau jika berhenti menanam. Berbagai jenis tanaman semua ingin ditancapkan. Kerinduan akan menanam akan menyiksa jika ada moment yang terlewatkan. Menulis ternyata juga membuat candu. Sekali mencoba menulis dan direspon orang lain ternyata semakin memacu keinginan untuk terus menulis. Hari tanpa menulis seakan hampa, sepertinya semua ingin ditulis. Setiap ada momen rugi rasanya jika terlewatkan tanpa diabadikan lewat goresan tangan.
Saya pernah baca sebuah artikel bahwa ternyata menanam adalah sebuah terapi. Dengan melihat warna warni tanaman membuat perasaan kita ikut berwarna. Kesegaran tanaman juga menyegarkan pikiran. Menulis juga demikian. Orang yang memilki penyakit sifatnya phisikis ternyata dengan mudah terobati dengan menuangkan ide dan pikirannya serta kegalauannya dengan menuliskan persoalan yang sedang dihadapinnya. Dan lambat laun persaan galau semakin berkurang atau bahkan menjadi stabil.
Menanam butuh teman. Bergabung dengan sebuah komunitas memudahkan orang menemukan solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi kaitannya dengan tanaman. Menulis juga butuh rekan yang bisa memberi saran dan kritikan agar tercipta sebuah tulisan yang menarik. Group media sosial memberikan informasi yang sangat membantu untuk menyelesaikan kedua pekerjaan ini. Dengan bersama-sama teman seprofesi kita bisa saling menguatkan untuk mencapai sebuah kejayaan.
Hobby menanam tanaman, berbagai sayuran dan aneka bunga memang sudah lama ku lakoni. Tapi karena keterbatasan kesempatan, ini hanya kulakukan pada saat weekend atau pada saat hari libur. Itupun jika tidak ada kegiatan ekstra yang harus dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Saat ini kesempatan untuk lebih banyak tinggal di rumah tidak kusia-siakan. Seperti kalimat yang ku kutip dari seseorang di group berkebun di FB, menunda menanam berarti sehari menunda menuai. Siapa yang menanam pasti menuai. Kalimat itu sering terngiang di telingaku. Menanam apaupun termasuk menanamkan kebajikan. Menulis juga demikian. Sebuah pesan instruktur pada kegitan pelatihan menulis menuturkan untuk menulis terus hingga maut menjemput.
Ternyata kenikmatan menulis dan menanam tak akan bisa dirasakan tanpa terjun langsung dan melakukannya sendiri. Ayo yang ingin merasakan sensasi keduanya, silahkan praktikkan.
Keep writing and planting and you will enjoy the result
#tantanganmenulisharike-3
#tantangan30harimenulis
#tantangangurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, InshaAllah Bu terus semangat untuk menusi tulisan.
Kita sehati ibu semangat selalu