Hadijah husain

Hadijah Husain Mustari, Lahir di Enrekang, 11 Oktober 1970. Aktivitas sehari-hari adalah seorang Pendidik di SMAN 2 Enrekang. Tamat di SDN 1 Enrekang pada tahu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kembar tapi Beda

Kembar tapi Beda

 

 

Tanpa terasa Work from Home (WFH) sudah kurang lebih sembilan (9) bulan Beragam  aktivitas dilakukan orang selama tinggal/bekerja dari rumah. Begitupun dengan saya. Kesempatan mengembangkan hobbi selama masa pandemi begitu membahagiakan bagi saya. Dua aktivitas yang selama ini saya  hanya  lakoni jika ada waktu luang akhirnya dapat saya lakukan sepuas-puasnya. Yach hobi menulis dan menanam. Kedua hobi ini saya anggap serupa tapi tak sama, kembar tapi beda.

Yaah serupa dalam beberapa hal, jika menulis tidak dipaksakan maka menanam juga tak bisa kalau tidak ada kemauan. Banyak orang senang menjadi penikmat sebuah karya. Tapi sangat kurang orang memaksakan diri untuk membuat karya. Begitupun menanam, banyak orang sangat senang menuai tanaman baik sayur maupun buah-buahan yang ditanam oleh orang lain tapi sangat kurang orang ingin menanamnya sendiri walaupun mereka mampu melakukannya.

Hobby menanam tanaman, berbagai sayuran dan aneka bunga memang sudah lama ku lakoni. Tapi karena keterbatasan kesempatan, ini hanya kulakukan pada saat weekend atau pada saat hari libur.  Itupun jika tidak ada kegiatan  ekstra yang harus dilaksanakan pada saat yang bersamaan.  Saat ini kesempatan untuk lebih banyak tinggal di rumah tidak kusia-siakan. Seperti kalimat yang ku kutip dari seseorang di group berkebun di FB, menunda menanam berarti sehari menunda menuai. Siapa yang menanam pasti menuai. Kalimat itu sering terngiang di telingaku. Menanam apaupun termasuk menanamkan kebajikan. Menulis juga demikian. Sebuah pesan instruktur pada kegitan pelatihan menulis menuturkan untuk menulis terus hingga maut menjemput.

Jika menanam diawali dengan benih maka menulis juga menebarkan benih-benih. Jika benih yang ditanam baik maka yang ditunggu hasilnya pasti baik. Dan jika yang dituliskan hal yang baik maka benih-benih itu akan menyebarkan kebaikan.  Menanam dan menulis memang butuh proses. Tak ada tanaman yang langsung menjadi besar ketika baru ditanam, demikan juga tulisan. Para penulis pemula akan tertatih tatih belajar merangkai kata demi kata untuk menghasilkan tulisan yang apik. Pun tanaman, menjadi petani unggul butuh pengalaman dalam menangani kendala dan hama yang sering mengganggu tanaman. Dan akhirnya setelah jam terbang dan pengalaman yang segudang, kita akan menemukan solusi yang tepat dalam menangani hama tersebut.

Menanam itu bisa membuat kecanduan. Jika tanaman yang kita tanam berhasil tumbuh dengan sempurna dan berbuah, maka kita semakin bersemangat untuk menambah tanaman dan menanam terus bahkan sampai sakau jika berhenti menanam. Berbagai jenis tanaman semua ingin ditancapkan. Kerinduan akan menanam akan menyiksa jika ada moment yang terlewatkan. Menulis ternyata juga membuat candu. Sekali mencoba menulis dan direspon orang lain ternyata semakin memacu keinginan untuk terus menulis. Hari tanpa menulis seakan hampa, sepertinya semua ingin ditulis. Setiap ada momen rugi rasanya jika terlewatkan tanpa diabadikan lewat goresan tangan.

Saya pernah baca sebuah artikel bahwa ternyata menanam adalah sebuah terapi. Dengan melihat warna warni tanaman membuat perasaan kita ikut berwarna. Kesegaran tanaman juga menyegarkan pikiran. Menulis juga demikian. Orang yang memilki penyakit sifatnya phisikis  ternyata dengan mudah terobati dengan menuangkan ide dan pikirannya serta kegalauannya dengan menuliskan persoalan yang sedang dihadapinnya. Dan lambat laun persaan galau semakin berkurang atau bahkan menjadi stabil.

Menanam butuh teman. Bergabung dengan sebuah komunitas memudahkan orang menemukan solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi kaitannya dengan tanaman. Menulis juga butuh rekan yang bisa memberi saran dan kritikan agar tercipta sebuah tulisan yang menarik. Group media sosial memberikan informasi yang sangat membantu untuk menyelesaikan kedua pekerjaan ini. Dengan bersama-sama teman seprofesi kita bisa saling menguatkan untuk mencapai sebuah kejayaan.

 

Ternyata kenikmatan menulis dan menanam tak akan bisa dirasakan tanpa terjun langsung dan melakukannya sendiri. Ayo yang ingin merasakan sensasi keduanya, silahkan praktikkan.Kegiatan menanam dan menulis inilah yang saya rasakan sangat bahagia selama pandemi.

Keep writing and planting and you will enjoy the result.

 

#tantangan menulis hari ke1 

#tantangan menulis 30 hari

#tantangan menulis gurusiana

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Bu, kebahagiaan dengan tanaman

13 Nov
Balas

Tulisan yg bermanfaat. Semangat bunda. Sukses selalu

26 Nov
Balas

keren.... super bun salam sukses

06 Dec
Balas

Wow. Inspiratif Bun. Menulis dan menanam kalo dinikmati menjadi Zona nyaman baru dong. Semoga sukses bu

27 Nov
Balas

Mantap!! Tapi, kok.ungu juga?

13 Nov
Balas

Bunda kita mempunyai hobby yang sama ......,bahagia rasanya melihat tanaman yg kita tanam tumbuh subur...sehat selalu bunda ,salam kenal..salam literasi

13 Nov
Balas

salam kembali bu, dari mana asalnya?

13 Nov

Can I be ur best friend? I need a friend too

13 Nov
Balas

Why not, with pleasure

14 Nov



search

New Post