Tepat Pukul 06.00 wib saya mulai meninggalkan rumah, ya seperti biasa rutinitas pagi mengantarkan anak ke Sekolah. Lebih pagi seperti biasa memang, untuk menghindari macetnya lalu lintas di kota ini dengan lalu lalangnya kendaraan bermotor. Ya, Tepat pukul 06.16 saya sudah sampai di Sekolah anak saya, dengan hati yang riang dia menjulurkan tangan-nya untuk berpamitan dengan ku, tak lupa juga kubuka dompetku lalu kuraih selembar uang kertas 10rb-an kukasikkan padanya. Dengan tatapan penuh harap, di iringi dengan doa saya berharap anak ku akan menjadi anak yang sukses dan menjadi kebanggan orang tua kelak.

Setelah satu tugas selesai, tiba-tiba kerinduan ini memuncak akan sosok seorang ibu yang telah mendidik dan merawatku dari kecil hingga dewasa sekarang. Entah kenapa hati ini terenyuh, tak terasa air mata menetes mengenang kasih sayang seorang ibu. Tak lama berselang, laju sepeda ini berhenti di suatu tempat, ya di sebuah pemakaman" Emphu Kelleng" tepatnya di Dusun Asampitu Desa Pademawu Barat. Kuparkirkan sepeda motorku, dengan langkah pilu kuhampiri pusara sosok yang sangat kurindukan yang sekarang terbaring kaku, menunggu kedatangan sang kekasih yang tak lain adalah anaknya. Di pusara ini saya duduk bersila seraya kutadahkan ke dua tangan keatas langit, berharap doa yang saya panjatkan di istijabah dan para melaikat juga mengamini doa ini.

Di Pusara ini adalah saksi dimana satu tahun yang lalu jenazah ibuku dimasukkan ke dalam liang kubur, dengan tubuh yang sudah kaku kupegang erat ,terbesit dengan seuntai doa" Khosnul Khotimah" ya kata itu terucap di dalam hati, diiringi dengan mata yang berlinang menyaksikan kepergian wanita kuat yang telah membesarkan dan mendidik ku. Kupanjatkan Fatihah dan surat yasin sebagai salam rinduku padamu, tak ada pertemuan yang paling di cintai oleh orang yang telah meninggal kecuali orang yang dia cintai berkunjung ke tempat peristirahatan terakhirnya. Pertemuan yang singkat tapi sangat berarti, setidaknya kerinduan ini sedikit banyak telah terobati, sebelum meninggalkan pusaramu ku cium batu nisanmu sebagai tanda perpisahan bahwa anakmu akan meningalkan pusaramu.

Yaa Rob..., ingin sekali diri ini bertemu dengan ibu agar segala keluh kesah ini bisa kusampaikan padanya, karena hanya beliau yang bisa memahami perasaan ini. Beliau memang bukan orang berpendidikan, ya beliau hanya tamatan Pendidikan Guru Agama (PGA), tapi kerja kerasnya dan semangatnya membanting tulang demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga tak diragukan lagi. Bagaimana beliau bekerja menggulung daun tembakau hanya demi memenuhi kebutuhan sehari- hari, ya masih teringat kelas 4 SD, saya juga ikut membantu beliau menggulung tambakau karena di pulau madura masyarakatnya banyak yang menanam tumbuhan tembakau sebagai salah satu mata pencarian mereka. Dari pagi sampai sampai sore hari beliau duduk, hingga punggungnya terasa sakit hanya demi sesuap nasi untuk anak-anaknya. Kini hanyalah tinggal sepenggal cerita yang kelak akan saya ceritakan pada cucunya, betapa kuat dan tegarnya seorang ibu dalam membantu perekonomian keluarganya.

Untuk Para Ibu hebat Indonesia, Pendidikan bukanlah penghalang dalam pengabdian sebagai ibu rumah tangga, karena sesungguhnya doa, tekad, keikhlasan dan ketulusan hati yang akan mengantarkan Anak-anak kita menuju kesuksesan....

ALFATIHAH BUATMU IBU....