Hanya berselang beberapa hari setelah Pubu menjadi bagian dari keluarga si Belang, kembali kami kedatangan kucing berbulu hitam campur putih. Ngeonnnng.... ngeonnnng, suaranya yang lantang cukup mengundang perhatian keluarga si Belang yang sedang menikmati sarapannya. Aku berusaha mendekat untuk membelainya sebagai ucapan selamat datang tetapi anehnya dia menghindar sambil terus mengeong. Berbeda dengan Pubu yang bersikap manis dan menggemaskan. Apa mungkin karena dia berjenis kelamin Jantan, pikirku.

Memasuki bulan ketiga, si Puhi (Putih Hitam) begitu aku memanggilnya, masih sulit untuk didekati bahkan enggan untuk makan bersama dengan anak-anak si Belang. Kadang-kadang dia sengaja dibiarkan makan duluan atau justru menunggu yang lain makan duluan. Ketika si Belang sedang bercengkerama dengan anak-anaknya, dia memilih diam dan memandanginya dari jauh. Entah apa yang ada di benaknya.

Suatu hari, aku tidak melihat si Puhi. Aku mengeong untuk memanggilnya tetapi dia tidak kunjung datang. Selang dua hari kemudian, dia datang dengan kaki pincang. Aku mendekat dan berusaha membelainya. Dia mengeong sebagai tanda penolakan tapi aku mengabaikannya. Kusediakan makanan khusus untuknya dan diapun menyantapnya dengan lahap. Sejak saat itu, aku selalu membelainya sebelum memberinya makan. Dia tidak bisa menghindar dan menjauh seperti selama ini yang dia lakukan karena kondisi kakinya. Dan Alhamdulillah, sekarang dialah yang pertama kali menyongsongku ketika aku membawa sarapan, makan siang ataupun makan malam untuk mereka. Dan satu lagi, dia tidak akan menyantap makanannya sebelum aku mengelus-elus punggungnya☺️.

Ponrangae, 20 Februari 2021

#REFLEKSI DIRI