Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sejak kurikulum 2013 dan saya faham isinya bahwa tolak ukur 'pintar' itu bukan hanya menilai dari segi koginitif siswa. Tetapi mengutamakan penilaian karakter.

Tidak seperti zaman SD jika sudah ahli matematika dan bintang kelas pasti peringkat kelas siswanya, tanpa memperhitungkan karakter siswa tersebut.

Maka sejak kurikulum baru tersebut, saya tak pernah menorehkan rangking di raport murid saya cukup memberikan pemahaman tentang kriteria penilaian, Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik siswa

Kriteria 'pintar' itu. Menyeimbangkan ketiganya.

Kalau saya tidak menggunakan 'pintar'

Tetapi 'rajin' walau tidaak bisa beri nilai 100 setidaknya bisa menyelesaikan tugas dengan tanggungjawab tanpa boleh menyontek.

Karena IQ setiap anak berbeda.

Saya juga memahamkan.

Bahwa kesopanan yang utama meski tak jenius amat, tetapi sopan lebih kuutama

Menghormati yang tua

Menyayangi yang muda.

Karena saya tak ingin melihat peringkat kelas tetapi saat lewat di depan orang tua tidak tahu permisi atau tabe bahkan jika ditanya tidak tahu jawab iye'

Dari tulisan ini. Saya hanya ingin menyemati para ibu yang tak ada coretan peringkat di raport anaknya.

Saya yakin anak-anak, siswa-siswi punya bakat tersendiri dalam di dirinya, tetap suport beri semangat dia dengan tulisan nilai yang yang ada di raportnya.

Karena rejeki anak-anak di masa depannya tidak selamanya bergantung dari peringkat raportnya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

TanGur 001 27062021

TantanganSehariSatuTulisan

HomeSchoolMemories