Tagur 365 (14)

Generasi salaf merupakan generasi yang hidup pada masa awal kurun perkembangan Islam pertama. Ada 3 generasi salaf:

1. Sahabat, orang yang bertemu dengan Nabi SAW. Beriman kepada Allah SWT dan meninggalpun dalam keadaan beriman.

2. Tabiin, mereka tidak pernah bertemu dengan Nabi SAW, namun bertemu dengan sahabat. Beriman kepada Allah SWT juga meninggal dalam keadaan beriman.

3. Tabiut taabi’in, mereka tidak bertemu dengan sahabat Nabi SAW, namun bertemu dengan tabi’in. Mereka beriman kepada Allah SWT serta meninggal pun dalam keadaan beriman.

Nabi SAW pernah bersabda

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ. رواه البخاري، ومسلم

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah masaku, lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya” (HR al-Bukhari dan Muslim

Jika demikian, menyontoh prilaku salafussaleh merupakan perintah Nabi SAW. Karena hal ini sudah ada SK dari beliau yaitu hadits di atas.

Jadi, generasi yang tiga tadi merupakan generasi yang terbaik. Karena ke tiga generasi tersebut merupakan orang yang betul-betul paham tentang agama. Zaman sekarang sulit untuk menemukan orang yang mengklaim dirinya mengikuti salafussaleh. Karena untuk membuktikannya perlu paham tentang biografi dan cara mereka beribadah.

Dalam hadits lain Nabi SAW bersabda”kalaulah anda yang hidup setelah generasi sahabat Nabi SAW menginfaqkan harta di jalan Allah SWT emas seukuran bukit uhud, tidak akan pernah mencapai nilai pengorbanan sahabat-sahabat Nabi dalam menegakkan Agama Allah SWT”.

Hal ini membuktikan betapa mulia dan istimewanya mereka, sehingga kita tidak bisa menandingi kehebatan mereka dalam memahami dan mengamalkan agama.

Ini bukan berarti kita tidak bisah menyontoh prilaku mereka. Menyontoh prilaku mereka berarti sudah melaksanakan perintah Nabi SAW.

Allah berfirman:

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Āli ‘Imrān [3]:110)

Sedangkan Hamid Allafaf ulama kalangan salafus saleh menyampaikan ada 4 ciri pokok prilaku orang yang hidup pada masa salafussaleh:

1. Mereka adalah orang-orang yang sangat cinta pada perbuatan yang wajib, namun juga sangat senang mengerjakan amalan sunat (fadhilah-fadhilah amal). Menggunakan hadits dhaif yang perawinya tidak berbohong ..untuk memotivasi memperbanyak ibadah, maka boleh diamalkan.

2. Mereka orang yang takut mengerjakan dosa. Namun lebih takut lagi jika amalannya tidak diteriam oleh Allah SWT. Hal ini berbeda dengan manusia di akhir zaman. Menganggap biasa melakukan dosa dang tidak peduli apakah amlannya diterima atau ditolak oleh allah SWT.

Seperti kisah Umar bin Khattab menangis sejadi-jadinya. Dia pergi ke kebun kurma, karena terlena melihat buahnya yang telah ranum. Tak disadari salat Asar telah masuk. Lalu beliau berkeliling kampung mencari masyarakat yang belum salat Asar. Namun semua menjawab sudah selesai salat Asar. Akhirnya dia menangis dengan penyesalan yang luar biasa.

Anaknya pun datang dan bertanya “wahai ayah kenapa engkau menangis?,”. Uamrpun menjawab “bahwa salat Asar berjamaahnyapun telah berlalu diakibatkan oleh urusan dunia yaitu kebun kurma”. Nah sebagai penebus perbuatan tersebut. Maka Umar mengumpulkan seluruh masyarakat dan mengumumkan, bahwa dia telah lalai dengan kebun kurma. Akhirnya semenjak itu diumumkan bahwa seluruh kebun kurma itu disedekahkan untuk kepentingan masyarakat.

Sungguh luar biasa, beliau tidak sengaja meninggalkan salat berjamaah. Namun sikap penyesalan yang diiringi dengan menebus perbuatan tersebut.

Bagaimana dengan kita zaman sekarang?. Sengaja meninggalkan salat tanpa merasa berdosa sedikitpun.

3. Mereka sangat takut mendekat pada hal yang diharamkan Allah SWT. Namun lebih takut pada sesuatu yang dihalakan oleh Allah SWT. Jangankan untuk yang haram, yang halal saja sangat ditakuti. Bagaimana dengan kita zaman sekarang?. Misalnya saja makan riba, setiap hari dinikmati tanpa merasa takut sedikitpun akibatnya.

4. Mereka sangat sayang, pemaaf pada sahabat, sanak familinya. Namun mereka lebih penyantun pada lawan-lawan. Nah, jika kita amati zaman sekarang. Sebagian orang terhadap sesama teman saja saling sikut, iri, dengki. Hal ini merupakan cikal bakal perpecahan yang seharusnya dihindarkan.

Jika prilaku salafussaleh ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, Insyaa Allah kunci selamat di dunia dan akhirat. Semoga kita dapat menyontoh prilaku para salafussaleh ini aamiin.

Sijunjung, 8 Pebruari 2022