PENTINGNYA MENJAGA LIDAH
Tagur 8
Salah satu yang harus dijaga agar tidak menimbulkan dosa bagi diri kita adalah menjaga lisan. Imam Al Ghazali menyampaikan ada 2 macam guna lidah.
1) Agar selalu bisa berzikir kepada Allah SWT,
2) Untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati kita.
Imam Ali meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan sempurna iman seorang hamba kecuali hatinya bersih, dan tidak akan bersih hatinya kecuali lidahnya benar. Karenanya, barang siapa di antara kalian yang bisa bertemu Allah Swt dalam keadaan bersih dari (menumpahkan) darah kaum muslim dan (merampas) harta mereka serta selamat lidahnya dari (melecehkan) kehormatan mereka, maka kerjakanlah.’” (Nahj al-Balaghah, khotbah ke-176)
Seseorang menjadi baik karena lidah, orang bisa saling berbunuh-bunuhan, durhaka pada Allah SWT juga karena lidah. Dalam sebuah hadits “Seorang bangun dari tidur seluruh anggota tubuh memperingatkan pada lidah. Kalau engkau lurus hari ini, tidak berbohong, tidak melakuakn dosa, maka kami seluruh anggota tubuh ini pasti akan menjadi lurus. Tapi jika engkau berbohong hari ini wahai lidah, maka kami tidak bisa menolak untuk berbuat tidak lurus”.
Lidah merupakan anggota tubuh yang merupakan penentu selamat atau celakanya seseorang. Ada 7 keuntungan banyak diam dijelaskan oleh para ulama.
1. Diam merupakan ibadah yang tidak perlu meneluarkan biaya dan tenaga. Kenapa dinamkan ibadah? Karena Allah dan Rasul menjelaskan demikian. Gunakanlah untuk berbicara yang baik. Diceritakan para sahabat Nabi SAW agar lidahnya tidak banyak berbicara. Maka diambilnya kerikil lalu diletakkan pada lidah tersebut.
2. Ziinatul hulyii (diam adalah sebuah perhiasan). Karena tidak menimbulkan masalah.
3. Haibatun min ghairi sultan (tumbuh wibawa seseorang tanpa butuh kekuasaan/ jabatan). Jadi berwibawanya seseorang dapat disebabkan oleh lidah.
4. Hukmun min ghairi haaithin (terbentengi dari kejahatan yang akan menimpa). Banyak terjadi kasus pembunuhan disebabkan lidah. Demikian juga kasus penganiayaan. Jika beriman dengan hari akhir, sampaikanlah yang bermanfaat dan menyejukkan.
5. Al istighnaa anil I’tizaar ala ahadin (tidak perlu menyibukkan diri untuk meminta maaf). Seperti kasus ketua DPRD, ketika Mentawai ditimpa sunami maka dia berkata “jika takut dilamun ombak, jangan berumah ditepi pantai”. Hal ini menimbulkan marah masyarakat. Akibatnya, dia disibukkan untuk meminta maaf.
6. Raahatul kiraam alkaatibin (tidak menyibukkan Malaikat Rakib dan Atid untuk mencatat). Kita melihat kesempurnaan seseorang adalah dengan caranya berbicara.
7. Sitrun li’uyuubihi (Menutup aib diri kita). Kata Ibnu Jauzi, manusia tidak bisa membohongi nuraninya. Suatu saat dia akan menceritakan sendiri apakah dengan lidah atau perbuatannya. Nabi pernah menjelaskan dilarang berbohong walaupun dalam rangka bergurau.
Imam Hasan Al Basri mengatakan: Man katsura kalaamuhu katsura saqatuhu, wamankatsura maaluhu katsura itsmuhu,wamansaa khulukhu azzaba nafsahu “Yang banyak bicara banyak salahnya, yang banyak hartanya banyak dosanya, siapa yang buruk akhlaknya maka dia telah mengazab dirinya sendiri)”.
Kesimpulannya, Jadi jika ingin selamat, dari berbagai kesusahan, kejahatan falyaqul khairan (maka katakanlah yang baik-baik). Mari kita tinggalkan yang tidak bermanfaat agar selamat di dunia dan akhirat. Wallaahu a’laam.
Sijunjung, 18 Pebruari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam literasi
Salam literasi kembali bun