Hafizni Ansyarina

Salah seorang pendidik di MTsN 3 Sijunjung Sumatera Barat. Ibu dari 2 orang putera dan 1 orang Puteri ini sedang menempuh pendidikan magister (S.2) di UMSB....

Selengkapnya
Navigasi Web
SAAT SAKRATUL MAUT

SAAT SAKRATUL MAUT

Tagur 2

Allah menggambarkan kondisi setiap manusia, ketika malikat Izrail datang mencabut nyawanya. Setiap manusia mengharap ada tambahan waktu, adanya kesempatan lain untuk memperbaiki kekurangannya dalam beribadah pada Allah SWT.

“Rabbi, lau akhartanii ila ajalin qariib” (yaa Allah tolong mohon kasih waktu sedikit saja) aku hendak bersedekah, aku lalai, selama ini aku kumpulkan harta tanpa lelah, ternyata sekarang aku tinggalkan begitu saja. Padahal jerih payah yang aku kumpulkan itu begitu berat, begitu susah namun sekarang harus ku tinggalkan maka izinlah aku untuk bersedekah supaya aku tergolong orang-orang yang saleh.

Namun kita semua tahu, kalau sudah tiba ajal itu tidak bisa dimajukan ataupun diundur walaupun sedikit. Oleh sebab itu Rasulullah SAW bersabda “kun fiddunya kaannaka ghariib au adin sabiil “ (jadilah engkau di dunia seakan-akan engkau orang yang terasing, maksudnya jika kita merasa orang asing di suatu tempat, maka kita tidak akan merasa ingin bangun ini bangun itu, bagaimana kita hanya ingin selamat atau lewat saja, tidak menetap selamanya.

Yaa Allah berikan aku waktu sedikit saja, maksudnya aku ingin betul-betul membenarkan syariat yang diturunkan pada baginda Rasulullah SAW. Kita semua sudah membenarkan apa yang dibawa nabi SAW, namun semua kita belum benar-benar meyakini dan membenarkan apa yang beliau bawa. Contohnya, kita meyakini adanya neraka jahannam, namun kita masih saja berbuat maksiat seenaknya. Berarti kita belum benar-benar meyakini apa yang beliau bawa. Maka saat Malaikat Izrail datang, barulah penyesalan datang bagi orang-orang yang zalim.,

Namun orang-orang yang sudah mempersiapkannya dengan baik, mereka akan mengahdapi hari itu dengan tenang dan berhasil masuk surgaNya Allah SWT. Namun masih banyak diantara kita yang lupa dan lalai.

Saiidina Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan bahwa: Annaasu niyaamun faiza maatu ittafahu” (manusia banyak yang tertidur, kapan bangunnya? Kapan sadarnya? Yaitu ketika sudah meninggal, “yaa Allah ternyata saya selama ini lalai dan lupa sehingga tidak membawa perbekalan yang banyak”. Namun penyesalan saat itu tiada berguna lagi.

Sedangkan Imam Al ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin menyebut sakaratul maut hanya akan dialami makhluk yang memiliki ruh. Ruhlah yang sejatinya merasakan kepedihan sakaratul maut.

Jika badan seseorang terimpa luka, bekas kepedihan fisik itu akan menjalar sampai ke ruh. Jika ia terbakar, rasa sakit yang dialami badan akan terasa jua oleh ruh.

Saat kepedihan pencabut nyawa menyerang ruh, rasanya akan menenggelamkan semuanya. Ruhlah yang ditarik dari badan. Dicerabut dari tiap urat badan, ditarik perlahan dari urat saraf, dari sendi-sendi, dari pokok setiap rambut dan kulit dari ujung kepala hingga tapak kaki. Tergambar betapa menyakitkannya.

Sijunjung, 27 januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post