Demi Kemajuan Daerahku
Aku seorang guru yang terlahir di daerah yang sangat indah dan menarik, Tapaktuan, Aceh Selatan. Daerah ini terletak di bibir pantai Samudera Hindia dan di kelilingi oleh perbukitan Barisan dan pegunungan Leuser. Walaupun aku tinggal di daerah kelahiranku, akan tetapi aku melaksanakan tugas di daerah Kabupaten Aceh Barat Daya yang juga dulunya merupakan daerah pemekaran Kabupaten Aceh Selatan. Walaupun aku melaksanakan tugas di Kabupaten Aceh Barat Daya, tapi aku tetap peduli terhadap pembangunan di daerahku.
Wujud kepedulianku tersebut, aku tuangkan dalam berbagai bentuk aktifitas, seperti menulis buku, berbagai opini tentang pembangunan di media online dan sosial media dan menyampaikan beberapa ide di komunitas dan sekaligus mengimplementasikannya. Diantaranya deperti memberikan bantuan pada putra-putri daerah yang berprestasi, membuat berbagai aktifitas dengan memanfaatkan fasilitas yang tidak berfungsi. Seperti terminal yang sudah lama dibangun tapi tidak difungsikan. Maka aku membuat ide untuk memanfaatkan terminal tersebut sebagai "terminal kreatifitas generasi muda." Singkatnya aku berusaha apa saja yang dapat memajukan daerah kelahiranku.
Ternyata, dalam perjalanannya tidak semua yang kita anggap baik, dan berusaha berbuat baik. Belum tentu hasilnya menjadi baik. Bahkan kalaupun itu baik dan benar yang kita sampaikan, bisa jadi hal itu tidak menjadi baik pada kenyataannya. Hal ini terbukti dengan upayaku untuk memanfaarkan terminal yang terlantar, tapi tidak mendapat dukungan dari masyarakat maupun komunitas yang ada di medsos yang merupakan orang-orang muda yang berasal dari daerah tempatku tinggal.
Aku menjadi aneh menghadapi realitas yang aku hadapi selama ini. Apanya yang salah? Apakah pendekatanku yang salah? Apakah karena aku hanya bergaul dengan anak muda di daerahku hanya lewat sosial media tanpa bersosialisasi dengan mereka? Atau aku terlalu "keras" mengkritisi roda pemerintahan, sehingga tim pendukung kepala daerah dan bawahannya tidak menyukai semua komentar dan saranku selama ini melalui media massa. Aku nggak tahu. Kalau aku berusaha mencari berbagai faktor penyebabnya. terlalu rumit dan ruwet untuk dipikiran. Lebih baik apa yang bisa aku buat, aku kerjakan. Yang penting aku berbuat untuk kebaikan daerahku. Salah dan benar itu urusan nomor 100. yang penting berbuat terus.
Yang penting aku udah ada ide. Aku berusaha merealisasikannya. Banyak orang yang setuju. Tentunya hal ini sangat mendukung agar ide-ideku dapat direalisasikan. Ternyata tidak. Ternyata dalam implementasinya tidak ada yang mendukung. Padahal bila ideku tersebut dapat direalisasikan generasi muda di daerahku, pasti akan berkembang. Ternyata harapan tidak sama dengan kenyataan.
Rupanya ide dan realitas tidak selalu berjalan dengan baik. Sebab hal ini bisa terjadi apabila terkait dengan pihak lain atau mengganggu zona aman orang lain. Apalagi kalau mengganggu pihak penguasa dan tim-tim suksesnya. Sebagai contoh kasus, pada suatu hari aku memposting dilaman group "Seputaran Berita Aceh Selatan." salah satu nama group komunitas masyarakat di daerahku di Faceebook. Adapun postingan tersebut berisi tentang keherananku terhadap dua buah berita pada media massa omline tentang Musrembang (Musyawarah rencana Pembangunan) yang dilaksanakan di dua kecamatan di daerahku.
Keherananku tersebut bermula dengan tidak adanya di dalam pemberitaan tersebut penjelasan mengenai program yang menjadi prioritas pembangunan di dalam berita tentang kegiatan musrembang tersebut. Seandainya dalam pemberitaan tersebut dijelaskan apa saja yang menjadi prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan. Tentu masyarakat pembaca akan mengetahui progrm apa saja yang akan dilaksanakan di daerahnya. Apalagi kalau dalam pemberitaan tersebut tercantum program yang bersifat pro rakyat, terutama yang terkait dengan upaya peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat. tentu masyarakat akan merasa bangga. Bhawa pemerintah daerah benar-benar merealisasikan janji-janji kampanyenya sewaktu Pilbup yang lalu.
Lalu, apa yang menjadi keherananku dan aku sampaikan melalui postingan tersebut yaitu memberikan saran pada wartawan pembuat berita. Tentunya hal itu sesuatu yang baik. Baik bagi si penulis, maupun pembaca. Ternyata postingan aku tersebut menyebabkan banyak pihak menjadi tidak nyaman. Seakan-akan aku mencurigai dan mendeskreditkan pemerintah daerah. Sehingga akhirnya aku menjadi "tertuduh" sebagai penyebab "gaduhnya" dunia maya. khususnya laman komunitas tersebut.
Akibatnya, berbagai bullying yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak nyaman dengan psotingan aku tersebut melakukan berbagai cara menyerangku. bahkan mereka melaporkan pada pejabat di daerah tempat aku bertugas. Karena telah mendeskreditkan pemerintah daerah tempat aku tinggal. Akhirnya atas saran putriku tertua aku terpaksa diam tapi bukan berarti aku mengalah. Tapi ternyata dalam kepalaku berbagai ide dan saran yang mendesak untuk kutumpahkan di laman facebookku terpaksa aku pending.
Tapi disisi lain aku mendapat suatu hikmah bahwa kehidupan di era sekarang ini, walaupun negeri ini menggaungkan perlu adanya keterbukaan dan transparansi dalam pemerintahan dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Ternyata sebaliknya, hal itu tidak berlaku bila hal itu mengganggu zoman aman penguasa dan tim-tim suksesnya. Apakah harus berdiam saja atau harus bersuara kembali?
Penulis adalah guru SMP Swasta Pesantren Jabal Nur Jadid Abdya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar