Menjelang magrib. Temaram senja berselimut mendung semakin gelap ketika tiba-tiba lampu mati. Alamaaakk, tidak ada angin, tidak ada hujan, apalagi geludug, tapi kok mati lampu, ada apa ini? Hemmm, daripada suuzhon pada yang ngurusin listrik mending ngumpul bareng aja ama keluarga. Untungnya lagi, suami dan anakku sudah manis dan wangi pertanda mereka sudah mandi.Asyiiikk.

Selepas magrib, dengan tertatih-tatih aku baca kitab suciku. Maklum, hanya dengan cahaya lilin tapi niat mengaji jalan terus walau cuma sebentar.Setelahnya, ya tinggal ngobrol aja sama suami. Sedangkan anakku asyik bermain handphonenya. Obrolan di teras semakin seru karena para tetangga juga ada yang ikut nimbrung setelah mereka mampir dari warung sebelah untuk membeli lilin. Bukannya cepet pulang tuk nyumet lilinnya, eeehh malah ikutan nimbrung ngobrol. Cuma buat persediaan kalau lilin di rumah habis. Itu alasan mereka. Haaahh, ada-ada saja. Tapi ya gak masalah sih,sesekali di malam yang gelap karena mati lampu kita ngobrol sejenak dengan para tetangga. Coba kalau gak mati lampu, jarang sekali malam- malam ngobrol sama tetangga.

Malam semakin gelap, tetapi listrik belum menyala juga. Akhirnya para tetangga pun berpamitan. Takut lilin habis kali,ya. Aku pun berjamaah Isya dengan suami di rumah. Setelah itu, kembali ngobrol lagi dengan suami. Barulah ketika jarum jam menunjukkan pukul 20.45 tiba-tiba byaaarr padhaaang lampu menyala dengan terangnya. Alhamdulillah, aktivitas pun bisa kulakukan lagi sebagai ibu rumah tangga. Seterika. Anakku pun segera duduk manis di depan meja belajar. Yang penting nggarap PR dulu, baru baca-baca buku lainnya,walau hanya sebentar.

Sahabat gurusianer, ternyata mati lampu pun tetap saja ada hikmahnya lho. Bisa ngobrol dengan suami ditemani lilin kecil menjadikan malam makin romantis. Ciecieee... Kalau panjenengan gimana..??