TITIK KEBERANGKATAN KERETA LITERASI
Di manakah titik awal keberangkatan LITERASI?
Dalam hayat literasi yang berpijak di bumi pengetahuan, bermula saat manusia mengenal aksara, menggabungkan dan menuliskannya pada batu, kulit batang pohon, kulit hewan, secarik kertas atau paper digital. Itulah permulaan literasi di stasiun kereta, seiring kereta melaju berpacu dengan waktu, ada yang mulai membuka sampul, mengeja, membaca kata demi kata, membuka lembaran berikutnya. Lalu kereta berhenti lagi pada stasiun imajiner (akal) menurunkan, mengambil penumpang dan melanjutkan kembali perjalanannya (bernalar). Beberapa tempat berlalu, tibahlah waktunya kereta sampai pada tujuan akhir yaitu penerjemahan hasil bernalar dalam rupa tindakan. Keberangkatan ini terus menerus berulang sepanjang hayat manusia seperti lingkaran yang dimulai dari satu titik dan berakhir pula pada titik yang sama. Dan dalam lingkaran itu ada ribuan informasi yang tertampung.
Hal ini menunjukan literasi adalah bahan bakar akal bernalar. Berarti eksistensinya sangat urgent dalam kehidupan, bahkan literasi lebih jauh dibahasakan sebagai kunci memanusiakan manusia kembali. Kalau begitu, kita hanya dihadapkan pada dua pilihan yaitu semakin menyibukkan diri berliterasi guna menuju akal sehat atau tinggal diam ditindas kedunguan kata Rocky Gerung.
Biarlah hati kecil kita yang menjawab, perlu kembali kita garis bawahi ujung literasi adalah tindakan. Kita hanyalah bertugas menghimpun sebanyak mungkin literatur lewat baca, baca dan baca. Lalu tiba-tiba Tuhan berbaik hati berbisik di kedua telinga mungil kita “tulis, tulis dan tulis,” menulis apapun yang kita temui, apa yang kita baca baik dari teks ataupun kehidupan. Tujuannya hanyalah satu menebar manfaat dan inspirasi, semoga yang membaca dapat memetik nilai. Terkenal dan terkenang hanyalah bonus.
Namun tidak semudah menyalin, seiring zaman menuju puncak-puncak peradabannya tuntutan literasi pun semakin beragam. Yang pada awalnya literasi hanya dikaitkan dengan keberaksaraan dan keterpahaman, lalu berganti melek CALISTUNG (baCA, tuLIS dan berhiTUNG). Hingga zaman millennial literasi semakin kompleks. Kini wajah literasi hadir membalut segala sesuatunya.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia telah memperkenalkan enam komponen literasi yaitu kemampuan baca-tulis-berhitung, sains, teknologi dan informasi, keuangan, budaya dan kewarganegaraan. Coba bayangkan, jika lima dari sepuluh warga Indonesia memiliki keenam komponen literasi tersebut. Pasti cetusannya adalah generasi berdayasaing global dan ikut andil dalam bela negara.
KALAU BEGITU, TUNGGU APALAGI. AYOOOOO BERLITERASI.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar