Halida yanti

Guru Anak Usia Dini yang ingin belajar dan belajar serta memperluas silaturahmi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kepemimpinan pendidikan dan rekayasa masa depan

Kepemimpinan pendidikan dan rekayasa masa depan

Kepemimpinan Pendidikan Dan Rekayasa Masa Depan

Sekitar tahun 2006 saya bersama kawan-kawan dimintauntuk menyusun sebuah format lembaga pendidikan sebagai embrio pendirian lembaga pendidikan yang dianggap bisa menjawab tantangan pendidikan dan tuntutanmasyarakat. Lembaga pendidikan itu yang kemudiandisebut dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT).Dalam diskusi dengan teman-teman kami membuatkesimpulan bahwa arah lembaga pendidikannya akanmenjadi siswa yang mampu berbicara menggunakan bahasaarab dan bahasa inggris.

Pada bulan April dimulailah sosialisasi ke beberapasekolah dan membagikan brosur kepada masyarakat umum.Tentunya sebuah pekerjaan berat yang dilakukan untukmembangun kepercayaan masyarakat, sementara tidakpernah ada alumni yang menjadi salah satu standarpenilaian masyarakat terhadap kualitas pendidikan, namunpaling tidak tawaran yang tertulis di brosur itu dapatmembangun keyakinan dan kepercayaan orangtua yang memilih lembaga pendidikan. Hampir semua jejangpendidikan dikunjungi dan mempresentasikan rancangankurikulum pendidikan yang akan dilaksanakan.

Setelah berbulan-bulan dilakukan sosialisasi, kemudiandibuka stand pendaftaran. Ternyata animo masyarakatcukup tinggi untuk memberikan pilihan lembagapendidikan bagi anaknya. Satu persatu orang tuamendaftarkan anak, keponakan dan keluarganya, wal hasilhampir ratusan orang untuk mendaptar. Ada banyakpertanyaan yang disampaikan oleh orangtua atau walimurid tentang lembaga pendidikan. Salah satu yang sudahmenjadi pertanyaan umum adalah; spp berapa? Uanggedung berapa? uang pendaftaran dan pembiayaan yang tidak tertulis lainnya secara totalitas. Pertanyaan seperti inisesungguhnya pertanyaan klasik yang sering kita dengarketika orangtua mamasukkan anaknya sekolah sekolah.Namun ada yang menarik; ada salah seorang orangtuamurid bertanya; apa kualitas lulusan sekolah bapak? Apakurikulum yang dijalankan? Penguatakan apa yang dilakukan dalam bentuk kegiatan agar sekolah itumempunyai daya saing? Pertanyaan ini menyentakkankonsentrasi dan perhatian panitia dan sambal berupayamenenangkan diri dan berfikir. Namun sebelumterlontarnya jawaban dari kami, si penanya kemudianberujar lagi; kalau kemampuan Bahasa arab dan inggris itubukan tujuan keilmuan lembaga pendidikan, sebab Bahasa itu adalah keterampilan. Semakin tersentak mendengarjawaban itu, lalu dengan percaya diri salah seorang panitiamenjawab; kami akan menjadikan anak atau alumni memiliki kepribadian yang handal dan mandiri. Namunsetelah itu mulailah berkecamuk berabagai pertanyaan dansuasana ke-bathinan panitia. Salah satunya apa yang dilakukan lembaga supaya anak mempunyai kepribadiantersebut?

Dari peristiwa di atas, maka sesungguhnya ada banyakhal yang mesti difahami oleh pengelola pendidikan dansemua yang terlibat di dalamnya. Pimpinan lembagapendidikan sebagai manager yang harus memiliki visi kedepan, guru yang harus selalu melakukan inovasi dalamproses pembelajaran, in put yang bisa diolah dan dikelolaatau dikembangkan sehingga memberikan bukti ataskeberhasilan proses yang dilaksanakan, termasuk peranorangtua dan masyarakat yang menjadi bagian dalamkeberhasilan dunia pendidikan.

Kepala sekolah sebagai leader hendaknya memilkikemampuan untuk melakukan kajian kurikulum gunamenyiapkan pola dan intrik untuk menata dan merekayamasa depan peserta didik dalam wadah lembagapendidikan. Pandangan yang visioner dan konstruktifmenjadi alat utama bagi seorang pemimpin lembagapendidikan.

Hasil pendidikan bukan hasil evaluasi dari jawabansiswa ketika berakhirnya dari setiap tema dan jenjangpendidikan. Hasil evaluasi saat ini adalah bagian ukuranperantara yang bisa dijadikan sebagai batu pijakan untukmengukur dan merekayasa masa depan, sebab anak-anakitu laksana biji yang masih sangat mungkin berkembang, mungkin akan menjadi batang, ranting, daun dan yang mengunjam ke bawah sebagai akar. Semua perkembanganitu adalah realitas yang hanya bisa diukur pada masa akandatang. Oleh karena itu, maka kepala sekola sebagaimanager harus memiliki pandangan 10 atau 20 tahun akandatang.

Pendidikan bukan proses rutinitas yang berjalan, dengan jumlah mata pelajaran dan buku pegangan yang dijadikan dasar pembelajaran. Pendidikan sesungguhnyaupaya kreativitas yang ditata dan disusun sedemikian rupaagar terukur apa yang mau dicapai dan apa yang akandilakukan untuk mencapai itu. Sebuah kompetensi lulusanbukannya hasil saat ini yang selalu dibanggakan, namunkemapuan membaca fakta dan kemudian menjawabnyadengan menata dan merekayasa lembaga pendidikan.

Rekayasa pendidikan bukan hal sederhana, ia akanmampu menjawab dan memprediksi apa yang kemungkinan terjadi pada masa akan datang sertamemberikan gambaran harapan yang dibentuk dandiinginkan. Penelitian dan kajian ilmiah menjadi prasyaratserta didukung stake holders yang siap mendukungjalannya lembaga kependidikan serta kompetensi lulusanyang terukur serta terprogram. Namun semua ini tidakberjalan mulus, berbagai kepentingan hadir dan mungkinsangat mempengaruhi kebijakan.

Pendidikan hadir di tengah masyarakat yang selaluberjalan dinamis, berbagai polarisasi perkembangankehidupan masyarakat harus berbanding lurus denganperkembangan lembaga pendidikan dan kualitaskependidikan. Seolah lembaga pendidikan harus berlarilebih cepat dari fakta yang sedang berjalan; sebagai contohdulu ketika ada tukang pos mengantar surat denganmemakai rompi dan kendaraan warna oranye, maka anak-anak yang melihat pak pos itu berkeinginan menjadi tukangpos. Hari ini tukang pos tidak menjadi pilihan keinginananak-anak, karena sudah whatshap, e-mail, sms, dan lain-lain yang bisa mengantarkan pesan lebih cepat. Kalaulembaga pendidikan masih “merekayasa” sebagai tukangpos, maka hari ini akan ditinggal. Inilah pentingnyakemampuan managerial dan lembaga pendidikan untukmenjawab fakta masa depan anak bangsa.

Sebagai sebuah ilustrasi sederhana; jika orang tua ingin menjadikan anaknya memiliki kemampuan dalam bidanghukum, maka mereka akan menyekolahkan anaknya kesekolah A, karena sekolah ini memiliki kelebihankompetensi disbanding sekolah lainnya, kemudianmelanjutkan ke sekolah B, krn sekolah ini memiliki kekhas-an karakter dan keilmuan, lalu melanjutkan ke sekolahC, karena sekolah ini mampu melengkapi kekurangan yang ada pada sekolah A dan B. selanjutnya memasukiperguruan tinggi fakultas hukum dan prodi hukum tertentusebagai konsentrasinya. Pada akhirnya rekayasa prosesijenjang pendidikan anak itu menjadi terarah dan bisamenghasil kompetensi yang terukur sesuai harapan.

Pertanyaan besar yang perlu dijawab adalah; apakahada pengelola lembaga pendidikan memiliki arah berfikiruntuk menyediakan tawaran kualitas, sehingga menjadipilihan bagi calon siswa? Sudahkah mereka melakukanrekayasa pendidikan untuk menjawab tantangan dantuntutan masyarakat tersebut? sementara adakah orang tuayang memiliki visi pendidikan anaknya secara terukur danterprogram, jangan-jangan selama ini yang dilakukanadalah “yang penting sekolah”, “yang penting sarjana”? inilah tugas berat kita semua; mau berfikir untukmemahami apa yang akan dilakukan sesungguhnya sebuahprestasi, apalagi mau melakukan apa yang difahami dalamwujud kebijakan dan rekayasa pendidikan yang konstruktif.

Wassalam…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terima kasih bu atas pencerahannya dan sangat berguna bagi kami dalam memilih tempat pendidikan bagi anak kami

03 Apr
Balas



search

New Post