Halida yanti

Guru Anak Usia Dini yang ingin belajar dan belajar serta memperluas silaturahmi...

Selengkapnya
Navigasi Web
THE HIDDEN CURICULLUM Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini

THE HIDDEN CURICULLUM Pengembangan Karakter Pada Anak Usia Dini

Ada ungkapan yang seringkali hadir dalam komunikasi social, baik dalam lingkungan masyarakat maupuan di lingkungan sekolah, yaitu: “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Ungkapan ini syarat dengan pesan moral sekaligus realitas. Ada etika dan norma yang diberikan guru, ada asas kepatutan dan kepantasan, namun pada bagian lain jika itu terjadi, maka itulah fakta yang dilakukan seorang guru.

Dalam konteks inilah, maka institusi pendidikan hendaknya mencerminkan fakta dan kebutuhan, pergantian kurikulum pendidikan sesungguhnya mengisyaratkan hal tersebut. semenjak kurikulum berorientasi pada bahan dan tujuan, kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) hingga kurikulum berkarakter (K13) orientasi pengembangan pendidikan tidak hanya mencerminkan kompetensi kognitif, psikomotortik bahkan dikembangkan kea rah penguatan afektif.

Kurikulum yang berorientasi pada penguasaan bahan, sesungguhnya memiliki keunggulan dalam hal penguatan isi. Bahan pelajaran tersaji secara penuh dengan banyak memberikan infromasi dan pengetahuan yang bersifat kognitif, anak banyak dijejali dengan kontens bahan pelajaran, namun kondisi psikologis mereka mengalami prob;em terutama pada saat proses pembelajaran. Pembebanan pembelajaran itu yang kurang memperhatikan pada kesiapa psikologis anak dalam menerima dan mengikuti pembelajaran.

Dalam perkembangan berikutnya sejak berubah kurikulum dari KBK hingga K13 menghendaki penguatan sikap dan karakter. Karakter dihadirkan agar terjadi perubahan signifikan dalam pola perbaikan kualitas pendidikan terutama aspek moral, hal ini bukan berarti meninggalkan kemampuan kognitif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif akan diberikan dan diperluas pada jenjang dan tingkatan berikutnya. Penyiapan karakter lebih awal, sebagai pondasi perilaku sehingga perilaku menyimpang akan terhindarkan atau paling tidak prosentasi dikurangi, mengingat persoalan social dan perkembangan perilaku dalam masyarakat juga memberikan “sumbagan” terhadap persoalan-persoalan yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya pada institusi pendidikan.

Kini kurikulum di Indonesia sudah dilakukan perubahan secara massif disemua jenjang pendidikan, semenjak PAUD hingga Perguruan Tinggi. Pada jenjang usia dini inilah sesungguhnya penanaman karakter yang sangat kuat. Anak usia dini sejak usia 3 – 6 tahun sering disebut masa the golden age adalah masa yang sangat rentan terhadap proses yang negative, sehingga perlu penguatan sikap spiritual, sikap social, pengetahuan dan keterampilan. Namun dalam mendukung itu perlu adanya pengembangan pilar karakter yang biasa dikembangkan dan dikuatkan oleh masihg-masing lembaga pendidikan.

Dalam pilar karankter yang dikembangkan di pendidikan anak usia dini; tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kemadirian dan tanggung jawab; amanah dan bijaksana, hormat, santuan dan pendengar yang baik; dermawan dan sukan menolong; percaya diri, kreatif dan pantang menyerah; pemimpin yang baik dan adil; baik dan rendah hati; toleran, cinta damai dan bersatu. Pilar-pilar inilah yang dijadikan sebagai penguat dalam pencapai dan pembentukan karakter pada anak.

Namun dalam mencapai ini bukan persoalan sederhana seperti halnya membalikkan tangan. Kurikulum hanya dijadikan standar minimal yang harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan. Kurikulum menjadi arah bagi jalannya pendidikan, namun pengembangan kurikulum itulah yang harus dilakukan oleh pengelola pendidikan. Oleh karena itu dalam kurikulum dikenal standar minimal, bukan standar maksimal. Standar ini dijadikan target awal untuk mengukur kualitas pendidikan, tenaga kependidikan serta peserta didik. Jika lembaga pendidikan memberikan sesuatu yang lebih, maka itulah sesungguhnya beda antara lembaga pendidikan yang satu dengan lainnya.

Jika kurikulum dihadapkan persoalan dan tata aturan standar untuk semua pendidikan dalam pencapaiannya, namun beda halnya dengan hidden kurikulum (kurikulum tersembunyi). Dibalik pelaksanaan kurikulum formal dan pengembangan kurikulum tersebut, ada sesuatu yang mempunyai nilai yang tidak kalah penting dalam membentuk karakter siswa, bahkan ini dianggap bagian penting yang harus dilakukan. Dalam banyak fakta masing-masing lembaga memiliki ciri khas dalam visi kurikulum yang berbeda satu sama lain, namun untuk mewujudkan itu perlu ada format yang terencana sesuai dengan situasi, kebutuhan dan karakter yang dihasilkan.

Dalam upaya mewujudkan hidden kurikulum, lembaga biasanya membuat banyak “kreasi”, misalnya; pengucapan bunda kepada dewan guru, hal ini dimaksudkan agar terjadi kedekatan emosional laksana seorang ibu yang membimbing, melayani dan menyayangi anaknya sendiri, tutur Bahasa guru yang selalu di tata dengan baik, bagaimana guru bersikap menghadapi kesalahan dan pelanggaran anak didik, bagaimana pola komunikasi antara siswa, bagaimana menyelesaikan konflik antar siswa, dan lain-lain. semua itu ingin menghadirkan contoh dari tindakan, perbuatan, ucapan, tutur Bahasa dan hal-hal lain terekam secara otomatis di dalam fikiran, ingatan dan perasaan siswa itu sendiri.

Inilah sesungguhnya yang membentuk karakter siswa, yang banyak memberikan bentuk dan format dalam memainkan peran dan sikap anak didik. Ketika guru berbicara santun, berpakaian rapi, saling menghormati antar guru, membuang sampah pada tempatnya, maka ini karakter yang dibangun secara tidak langsung, banyak hak yang tak terduga terjadi dan dilakukan siswa, ternyata itu adalah hasil dari sebuah pola yang sering terjadi dan dibiasakan oleh guru; misalnya berbicara dengan keras, dan lain-lain. hal inilah yang di sebut hidden kurikulum.

Inilah sisi lain yang juga mempunyai peran urgen dalam membentuk karakter siswa, terutama di jenjang pendidikan usia dini, karena mereka kepolosan dan kekosongan muatan sikap, keterampilan dan pengetahuan mereka harus tersusun secara baik, melalui penataan dan pengembangan kurikulum yang berkualitas dan berkarakter.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post