Madina 4
Oleh HALIFAH
# Tantangan hari ke 212
Ma...mama bangun, ma…," suamiku menepuk-nepuk pipiku. Rupanya aku pingsan agak lama. Aku dibantu duduk oleh suamiku, perutku yang memasuki usia kandungan delapan bulan tiba-tiba sakit.
" Mas...perutku kontraksi. Ibu...di mana mas, aduhhh!" aku bingung sambil menahan sakit.
" Kenapa ma?" suamiku panik.
" Mas...sakiiitt duhhh!" aku pingsan lagi.
Dalam keadaan tak sadar, aku dibawa ke ruang UGD untuk diperiksa. Ternyata aku harus segera dicesar karena ada masalah dengan bayi yang aku kandung. Sementara itu jenazah ibuku sudah diurus oleh adikku dan para kerabat. Ibu sudah dikebumikan. Lengkaplah rasa bersalahku, aku tak bisa memberikan penghormatan terakhir pada almarhumah ibu. Aku tak bisa memandikannya untuk terakhir kalinya. Dadaku yang sesak, tumpah dengan tangisan sesal.
" Tenang Bu, tidak usah takut dan menangis. Dokter akan menangani dengan maksimal. Ibu berdoa ya, agar operasi berjalan lancar," ucap seorang perawat yang membawaku.
Kini aku berada di ruang operasi. Aku hanya mendengar sayup-sayup suara dokter dan paramedis lainnya. Sesaat kemudian aku mendengar suara tangis bayiku. Alhamdulillah operasi berjalan lancar, anakku perempuan. Tiga hari aku di rumah sakit, lalu pulang ke rumah ibuku.
****
Aku sekeluarga pulang setelah tujuh hari tahlilan almarhumah ibuku selesai. Walau kondisiku masih lemah, tapi aku harus pulang, karena suamiku cukup lama meninggalkan peternakannya.
Ada yang suamiku tidak tahu, rupanya selama hampir sepuluh hari peternakan ditinggal ada banyak penyelewengan, sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Rupanya Allah tak berhenti memberi ujian padaku, belum genap empat puluh hari ditinggal ibu ada ujian yang sangat berat bagiku. Mas Gema meninggal karena kecelakaan, tidak hanya itu saja. Suamiku kecelakaan bersama seorang wanita. Belakangan aku ketahui, wanita itu istri sirri suamiku. Hancur rasa hatiku berkeping-keping, sakit karena dikhianati. Berduka juga karena ditinggal mas Gema untuk selamanya.
( Bersambung )
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ujian yang bertubi-tubi semoga dapat dilalui.Keren ceritanya Bunda
Cerita yang sangat menguji kesabaran. Bagus sekali Bund ceritanya. Lanjuut...!
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Terharu membacanya. Sehat dan sukses selalu bucantik
Membaca cerita ini rasanya campur aduk. Keren bunda Lifa
Hampir mirip ceritanya, mantab mbak say...sukses
Selalu keren dan memikat hati ibu cantik... Salam santun dan sukses selalu
Mengharu biru, butuh kesabaran yang luar biasa. Salam literasi
Keren sekali ceritanya Bu....ditunggu kelanjutannya..salam sukses selalu
Keren bu ceritanya lanjut terus
Waduuh, ambyar tenan nih
Wlhwmdulillah bayinya lahir dg selqmat ...semoga aku mjd wanita yg tegar kuat hati kuat iman dg gejolak permasahan yg dihadapi begitu komplek...bagus bunda cantik ceritanya...sukses sll nggih
Keren cerpennya layak di bukukan. Sukses selalu sahabat Mari saling mendukung dan berkunjung
Sedih banget bund kisahnya. Ditunggu lanjutannya.
Kereen bunda cantik..lanjut
Kereen bunda cantik..lanjut
Yang sabar ya..pasti Allah ganti dengan yg lebih baik. Keren prendsay ceritanya..lanjut..sukses selalu