Melayari Duka
Melayari Duka
Elhalima
Mengapa selalu ada air mata yang tak kasat mata. Menggenang tak kunjung lekang. Meluap tak pernah lelap. Memberangus setumpuk surai resah yang enggan pupus.
Mengapa selalu ada jutaan beling. Menancap dalam hening. Melumat rindang asa hingga kering. Melahirkan kecambah pilu sumpama reranting.
Tunduk kubawa hati. Menyusuri sekelam jalan suci. Jarum pilu kusapu. Tetes duka kusapa.
Nur Ilahi kutuju. Huruf-huruf hijaiyyah menyatu. Saat hati tak lagi satu. Jatuh di tubuh Subuh berpeluh syahdu.
Cilegon, 17.11.2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar