Mie Ayam Memelintir Awan
Sudah menjadi rahasia umum seluruh makhluk di bumi dan angkasa, bahwa telah terjadi perang antara kerajaan Mie Ayam dan kerjaan Awan. Sebenarnya perang dipicu karena kesalah pahamanan sepele. Namun, kedua raja masing-masing gengsi untuk mengakuinya. Dan ke-jaim-an mereka berujung pada kesengsaraan di kedua kerajaan. Rakyat tidak bisa hidup tenang. Setiap hari belasan nyawa terbang seperti kapas yang keluar dari buah randu kering lalu tertiup angin. Tak ada yang peduli kecuali keluarganya. Pagi ini, suara kentongan telah dipukul bertalu-talu di seluruh penjuru kerajaan. Pertanda bahwa akan ada serangan dari kerajaan sebelah. Rakyat di kerajaan Awan telah bersiap sedari malam tadi. Pedang-pedang telah diasah. Panah telah disipakan dengan bubuk racun di setiap ujungnya. Namun, masalah terbesar ada pada raja mereka. Raja Cirrus memiliki ambisi yang luar biasa untuk memperluas wilayah kekuasan mereka. Tidak hanya kerajaan di angkasa, bahkan kerajaan Mie Ayam di bumipun ingin dia kuasai. Putri amat benci dengan karakter ayahnya. Namun, diapun tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa dia lakukan hanya menghindari setiap peperangan. Permaisuri Cirrocumulus pun setali tiga uang. Dia malah sering kali mengambil alih tugas suaminya dan memimpin pasukan pemanah. Permaisuri amat lincah dan lihai dalam memanah. Leahlian yang dia miliki semasa gadis dulu. Putri mereka, Cirrostratus sering minder dengan kekurangan ayahandanya. Karena itulah dia jarang mengikuti pesta yang diadakan di kerajaan lain di angkasa. Dia lebih suka menyendiri di taman, menikmati keindahan angkasa raya, dan menulis kisah-kisah yang sering didengarnya dari para pengawal pribadinya. Tetiba seseorang memasuki taman pribadi putri seraya berlari lalu menyelinap di balik rimbun bunga mawar. "Auch!" Teriak sosok itu. Lengannya tertusuk duri-duri. Tidak hanya satu, tetapi ada beberapa. Darah mulai kekuar dan satu dua tetesnya sampai di rumput yabg dia injak. Putri Cirrostratus mendekat. "Kamu siapa? Itu lengannya mengeluarkan banyak darah. Sini, aku bantu obati." Si sosok terkejut tetapi tidak menolak saat putri menarik lengannya. Mereka duduk di kursi taman. Putri mengambil kotak obat lalu mengibati luka di lengan makhluk asing itu. "Kamu siapa? Kenapa bisa sampai sini?" Pertanyaan itu kembali ia lontarkan. "Aku tadi lagi perang melawan pasukan kerajaan awan. Karena musuh sangat banyak, aku terdesak dan melarikan diri ke sini," jawabnya. Sang putri tidak menampilkan ekspresi apa pun. Dia tahu kalau yang ada di hadapannya adalah musuh kerajaan ayahnya. Tapi dia tidak bisa tinggal diam melihat sosok asing itu terluka. Setelah semua darah dibersihkan lalu diberi obat, putri menutupnya dengan kain kasa. Amat telaten dia mengerjakan semua itu. "Kenapa kamu baik sekali, padahal kamu tahu aku musuh ayahmu." Sosok itu bertanya. "Aku benci peperangan. Hanya menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan. Kenapa kita tidak hidup berdampingan saja. Saling menghormati. Itu jauh lebih baik, bukan?" Sosok itu takjub dengan pola pikir gadis cantik di hadapannya. Dia putri yang berhati amat baik dan lembut. "Aku sebenarnya tadi tidak terdesak. Tapi melarikan diri dari pertempuran. Aku juga benci dengan peperangan. Tapi ayahku, raja Ayama selalu memerintahku untuk ikut berperang. Mungkin aku akan dikatakan pengecut. Whatever lah, I don't care." Suara beberapa langkah kaki memasuki taman. Ternyata mereka adalah raja Cirrus dan permaisuri, serta raja Mie Ayama. Mereka terkejut melihat putri dan pangeran tengah duduk berdua di taman pribadi putri Cirrostratus. "Apa yang kalian lakukan di sini? Putriku dia adalah putra dari musuh ayahmu." Raja Cirrus meninggikan suaranya. Muka tampak merah dan napasnya tak teratur. "Anakku, apa yang kau lakukan? Dia musuh kita, Nak. Menjauhlah darinya." Perintah raja Ayama. "Ayah, kami berdua memiliki pandangan yang sama. Kami benci perang dan lebih memilih untuk berdamai dan bersahabat. Tidakkah ayahanda malu dengan rakyat. Mereka banyak yang meninggal, menderita, dan kelaparan. Mengapa demi ambisi ayah, mereka yang harus dikorbankan? Selama ini aku tidak pernah meminta apapun ayah. Kali ini aku akan meminta satu saja permohonan. Tolong hentikan semua peperangan ini. Atau aku lebih baik tidak lagi melihat semua itu. Aku tidak tega." Tangan putri secepat kilat mengambil pedang yang ada di pinggang lelaki yang dia tolong. Dia menempelkannya di lehernya sendiri. "Ucapkan selamat tinggal pada putrimu, ayah." Ancamnya. "Jangan putriku, kamu adalah nyawa bagiku. Kehilanganmu sama saja aku pun akan kehilangan hidupku. Baiklah ayah berjanji akan memenuhi permohonanmu." "Berdamailah ayah dengan raja Cirrus." Pinta sosok itu. Raja Cirrus dan raja Mie Ayama bersalaman. Namun, raja Mie Ayama tetiba memelintir rambut di bawah telinga raja Cirrus. "Aduh! Apa-apaan ini?" Umpatnya. "Itu balasan untukmu karena tadi telah mematahkan pedang saktiku." Putri Cirrostratus mengembalikan pedang pada sosok di sampingnya. "Namamu siapa pangeran?" Tanyanya. "Aku pangeran Basoka. Senang akhirnya bisa mengenal langsung kebaikan putri." Begitulah, kedua kerajaan langit dan bumi itu pun pada akhirnya berdamai dan saling melengkapi. Rakyat kerajaan langit sering jalan-jalan ke bumi dan begitu pula sebaliknya. Kedamaian meliputi seluruh makhluk angkasa dan bumi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Maaf ibu tulisannya tidak ada jarak antar paragraf nya ya, biar enak dibaca nya, mohon maaf hanya sekedar saran bu
Oh ya ya. Kaya dari word ke wa. Harus double spasi berarti.Thank you..