*Oleh: M. Agus Sulaiman, S.Pd

Bagaimana tidak produktif jika kedisiplinan diri itu terjadi pada bulan Ramadhan. Semua aktifitas diatur oleh diri kita sendiri untuk mencapai sesuatu, contohnya saja: Bangun sahur saat sebelum fajar, Sholat taraweh, mengaji Al-qurán dengan target khatam dan menahan hawa nafsu seharian hingga berbuka puasa. Hal ini tidak hanya pada sisi ibadah Mahdhah saja selama bulan Ramadhan tetapi kreatifitas dan produktifitas diri juga meningkat untuk mengisi aktifitas kerja sehari-hari, meskipun dengan mewabahnya COVID-19 ini meminimalkan kita beraktifitas di ruang kerja banyak sekali teleconference –berdatangan untuk mengundang kita bergabung, misalkan: Pelatihan secara online, meeting online, berbagi pengetahuan secara online dan sebagainya. Itu semua juga menyumbang produktifitas kita meskipun dilakukan dari rumah atau di sebut WFH (Work From Home).

Keuntungannya jika semua kegiatan yang kita lakukan di bulan biasa rasanya akan berbeda jika kegiatan produktif tadi dilakukan selama Ramadhan. Bagi seorang Muslim akan merasakan nikmatnya kegiatan yang dilakukan selama Ramadhan akan terasa berlipat-lipat pahala karena disamping puasa untuk mengendalikan diri juga di isi kegiatan-kegiatan positif untuk mengalihkan prasangka dan pikiran-pikiran negative yang menjurus akan berkurangnya pahala puasa. Meskipun banyak diantara sesama Muslim mengatakan bahwa kegiatan tidur saja dianggap ibadah apalagi kegiatan produktif untuk menambah ilmu pengetahuan dan kompetensi diri, pasti juga bernilai sekali dilaksanakan selama berpuasa.

Tahukah bahwa dalam diri manusia ini ada rasa malas yang disebabkan oleh rasa nikmat makan, tidur dan kebutuhan biologis lainnya. Bisa dirasakan rasa malas semua itu bisa dikendalikan oleh ibadah puasa. Dengan berpuasa maka semua larangan yang menyebabkan batal puasa pantang untuk dilanggar sehingga membuat diri kita terkendali dan mengarah ke perbuatan positif produktif. Menjadi pertanyaan jika orang berpuasa hanya dihabiskan untuk tidur-tiduran selama seharian itu juga disebut malas, tidak ada alasan bahwa orang berpuasa bermalas-malasan karena lapar berpuasa, bagaimana dengan sadar maupun tanpa sadar membuat diri sendiri tidak berarti hanya menahan haus dan lapar di bulan puasa tanpa diselingi dengan kegiatan produktif lainnya.

Intinya adalah selama berpuasa saja banyak pengendali diri karena kita menjauhkan diri dari kenikmatan dunia. Ini menyimpulkan bahwa untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa harus menjauhi rasa nikmatnya dunia dan itu yang bisa dirasakan oleh Muslim berpuasa di bulan Ramadhan. Momen ini yang mungkin sangat menyedihkan bagi Muslim yang akan meninggalkan Ramadhan karena mereka sudah ber asyik masyuk dengan Sang Pencipta karena hanya di bulan Ramadhan bisa merasakan kenikmatan ibadah. Semua langkah, perilaku dan kegiatannya produktif untuk ibadah semata-mata mencari Ridha Allah SWT. Semoga di bulan Syawal ini produktifitas dan disiplin kita masih terjaga karena arti Syawal sendiri adalah peningkatan, sudah seharusnya produktifitas kita meningkat juga. Selamat Menyambut hari kemenangan.

*Penulis adalah Pamong Belajar Pertama BP-PAUD dan Dikmas Papua.