M Agus Sulaiman

Pamong Belajar Ahli Muda di wilayah kerja Papua dan Papua Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjaga Keseimbangan Adalah bagian Mendidik Diri

Menjaga Keseimbangan Adalah bagian Mendidik Diri

Oleh: M. Agus Sulaiman, S.Pd*

Idealnya dalam suatu wilayah yang membentuk suatu kelompok dan menjadi pemukiman setidaknya masing-masing individu mempunyai peran-peran yang dibutuhkan dalam kelompok tersebut, misalkan di dalam suatu desa harus mempunyai setidaknya satu bagian masyarakat yang ahli kedokteran, ahli teknisi otomotif, ahli menjahit bahkan ahli berdoa atau yang biasa di sebut Muddin. Apabila kriteria tersebut tidak ada dalam suatu kelompok masyarakat yang ada di desa maka hukumnya berdosa, kenapa demikian?, karena dalam hidup bermasyarakat hingga hidup bernegara harus ada masing-masing individu memiliki potensi untuk menyelesaikan masalah jika dalam salah satu masyarakat akan meminta pendapat atau meminta solusi. Jika saja ada masyarakat yang sakit tentulah akan datang ke dokter, jika ada yang mempunyai kendaraan yang rusak datanglah ke bengkel dan begitu yang lainnya dengan permasalahan-permasalahan masyarakat sehari-hari.

Memahami kehidupan ini mengapa kita berbeda-beda dan mungkin juga berbeda pendapat itu karena hidup kita harus dinamis dan tidak mungkin kita hidup sendirian di dunia ini. Dalam diri manusia sendiri juga banyak di latar belakangi lahir dari kehidupan keluarga yang berbeda-beda karakternya, itulah kenapa kita harus saling mengenal satu sama lain untuk bertukar pikiran atau mungkin hanya sekedar bergosip. Ada kalanya manusia juga punya rasa bersyukur, bahagia, kecewa, benci, cinta dan sebagainya mungkin tidak disadari manusia adalah bentuk yang sangat komplit dari ciptaan Yang Maha Kuasa dari sinilah tercipta rasa dan karsa manusia sehingga membentuk budaya. Budaya-budaya yang berkembang pada masyarakat di seluruh dunia ini menjadi berbeda karena perbedaan karakter manusia itu sendiri yang hidup berdampingan dengan alam, misalkan bahasa saja dari seluruh lapisan masyarakat dunia berbeda kadang ada persamaan sedikit meskipun perbedaanya hanya dalam pelafalan ejaan.

Keseimbangan alam ini sudah tentu menjadi hak Yang Maha Kuasa menciptakan manusia menjadi berbeda-beda agar saling mengenal dan mengisi kehidupan. Akan tetapi kenapa ada juga manusia yang melenceng berbuat keonaran, bertindak kejahatan, dan penyimpangan sosial lainnya sehingga meresahkan manusia yang lainnya?, jawabannya adalah manusia itu sendiri yang tidak mau menjaga keseimbangan jiwanya sehingga muncul rasa serakah, iri dengki, semena-mena dan banyak patologi sosial lainnya yang disebabkan oleh manusia itu sendiri. Jika ditelusuri lebih jauh lagi dengan latar belakang kenapa kejahatan banyak terjadi karena tidak adanya keseimbangan sosial bisa jadi karena motif ekonomi, psikologi seseorang, dendam yang harus diselesaikan dan karma atas apa yang telah manusia lakukan di masa lalunya. Ini menyimpulkan bahwa keseimbangan kehidupan juga harus ada konflik dan konflik akan selalu ada selama masih ada perbedaan.

Tidak hanya bersumber dari manusia saja kejadian-kejadian tidak baik yang tidak diinginkan manusia, kejadian bencana alam dan wabah penyakit juga menjadi sumber petaka dan lagi-lagi tujuannya adalah untuk menyeimbangkan alam. Coba kita lihat dari sisi lain tentang wabah virus Corona atau COVID-19 yang terjadi saat ini, justru manusia menjadi waspada dengan menjaga kebersihan diri lingkungan sesering mungkin, melakukan Social Distancing dan tidak melakukan kegiatan berkumpul-kumpul sehingga pemerintah pun melarang waktu-waktu tertentu orang-orang melakukan aktifitas. Dampak yang terjadi adalah jalanan kota menjadi lengang karena kurangnya aktifitas manusia, langit menjadi berkurang polusi udaranya, bahkan diberitakan banyak media sosial memperlihatkan indah dan birunya langit Ibu Kota yang tidak seperti biasanya.

Manusia yang dinamis terkadang juga harus diberhentikan aktifitasnya karena virus Corona untuk menyeimbangkan alam ini, hidup harus diseimbangkan karena wabah untuk menjaga keseimbangan alam agar manusia tidak terlalu serakah. Mungkin jika tidak ada wabah seperti ini keadaan keseimbangan bumi akan kacau dengan semakin tebalnya polusi udara akibat pencemaran industri-industri yang tidak pernah istirahat demi mengeruk kekayaan alam dan mendapatkan keuntungan. Agar apa semua ini terjadi? Jika manusia yang mempunyai akal dan budi akan berpikir untuk mengambil hikmah dari kejadian-kejadian agar selalu belajar untuk menuju keseimbangan alam. Mulailah beristirahat dari segala ramainya kehidupan dunia ini, biarkan alam mengambil haknya untuk menyeimbangkan diri.

*Penulis adalah Pamong Belajar BP-PAUD dan Dikmas Papua.

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

sukses dan sehat selalu. Artikelnya keren

08 Apr
Balas

@Ririn Wijayanti , terima kasih bu

08 Apr

Benar pak, kta harus menjaga keseimbangn, semoga sukses selalu

08 Apr
Balas

Enggih bu @Yuswariani, Aamiin bu sami2

08 Apr



search

New Post