Hamdani

Guru yang menyukai kegiatan membaca, menulis serta mengamati iklan di berbagai media. Minat terhadap art, diantaranya menikmati aktifitas mendekorasi ruangan, ...

Selengkapnya
Navigasi Web

LIDI AJAIB

(Disarikan oleh : Hamdani)

Kalian yang pernah melakukan perjalanan antara arah Jogja – Semarang, akan melewati sebuah daerah yang namanya Ambarawa. Tempat ini terkenal karena kisah kepahlawanannya pada jaman peralihan kemerdekaan, yang disebut Pertempuran Ambarawa.

Nah, yang akan kami sampaikan adalah tentang sebuah rawa yang kini membentang luas di daerah itu .

Zaman itu, tengah terjadi kekeringan yang lama melanda di sebuah desa, di pinggir sebuah hutan. Tiada tanam – tanaman yang tumbuh dengan baik di musim itu. Orang menanam padi, gagal panen. Orang yang menanam jagung, kekeringan sebelum tumbuh, dan akhirnya mati. Hingga tanaman apapun yang biasanya menghasilkan buah, di musim itu tak ada yang tumbuh.

Seorang yang memimpin penduduk di desa itu berpikir dan menyampaikan sesuatu kepada warganya.

“ Wahai para warga! seperti kita ketahui, saat ini kita sedang kesulitan makanan akibat kekeringan. Tak ada satu warga pun yang mempunyai persediaan makanan. Mungkin kita harus mengadakan sesaji untuk para leluhur,” katanya panjang lebar.

“ Bagaimana bisa kita mendapatkan bahan-bahan untuk sesaji ? Saat ini di hutan tak ada binatang. Kita tak bisa mendapatkan daging untuk perlengkapan tumpeng ....” bantah seorang warga, dan diikuti oleh lainnya,” Iya ya, apa lagi daging. Sayur saja tidak ada.”

“ Sudahlah, jangan banyak mengeluh! Kalau kita berusaha, pasti ada jalan menuju keberhasilan nanti,” tukas sang tokoh masyarakat itu.

Warga pun cepat melaksanakan perintah itu. Mereka siap melaksanakan sesaji,berusaha mencari bahan-bahan makanan yang dibutuhkan. Ada sebagian yang menuju arah hutan. Mereka menebang beberapa pohon untuk dijadikan kayu bakar.Hingga mereka menemukan ....

“ Hey, batang pohon ini aneh sekali !” Teriak salah satu warga, “ Lihat ! Dia mengeluarkan darah setelah kupotong.”

“ Iya. Darahnya mengucur deras. Pasti ini pohon siluman !”

“ Bukan! Ini adalah binatang yang sedang bertapa.” Teriak yang lainnya.

“ Ah. Tak perlu permasalahkan itu. Kita sedang butuh daging juga, ‘kan? Kita dapat kayu bakar sekaligus daging, ha ha ha....”

“ Ayo, kita segera masak daging yang cukup banyak ini. ” Ajak yang lainnya.

Tak lama, mereka segera sibuk membuat makanan keperluan sesaji, lengkap dengan daging binatang itu dengan penuh suka cita.

Waktu pemujaan pun tiba, semua warga masuk dalam suasana khidmat. Namun dari arah kejauhan, terdengar suara seseorang yang berlari dan berteriak-teriak menuju tempat pemujaan.

“ Hai, orang –orang! Berilah aku sedikit daging,” tukasnya terengah –engah,” Aku sangat lapar, tetapi tak ada makanan yang bisa kudapatkan.

Seluruh warga yang ikut upacara pemujaan merasa terkejut dan terganggu.

“ Hey. Pasti kamu setan yang berujud anak kecil!” Umpat kepala warga,” Mengapa kamu ganggu upacara kami ?!”

“ Aku bukan setan, tapi hanya seorang anak yang meminta daging !”

“ Pergi kamu !” Usir kepala warga, sambil melemparkan batu ke arahnya, dan diikuti oleh warga yang lain. Namun anak itu tidak beranjak meskipun dahinya terlihat benjol karena lemparan batu. Warga terus melemparinya, dan anak itu pun akhirnya berlalu. Dia menuju tepi hutan yang lain, dan sampailah pada sebuah gubug yang dihuni oleh seorang nenek. Si nenek sedang menyapu, heran melihat seorang anak yang kelihatan kesakitan karena luka- luka di tubuhnya, “ Masuklah, kamu harus segera diobati. “

Anak itu pun masuk dan dengan cekatan nenek itu menyelesaikan pengobatan sederhana, menggunakan rempah-rempah dan dedaunan.

“ Terima kasih, Nek. Saya harus segera melanjutkan perjalanan, “

“ Eh! tunggu, cucuku. Kamu harus beristirahat dulu, Lukamu belum sembuh,” cegah si nenek.

“ Tidak, Nek. Ini sudah cukup baikan,” katanya sambil membalikkan badannya,” Oya, saya lihat di sini ada lesung. Nek, jika suatu saat nanti ada banjir, nenek naiklah ke atas lesung itu.” Tunjuknya ke pojok dapur.

“ Ah, cucu ini ada- ada saja. Mana ada banjir di daerah sini. Sekarang cari setetes air saja susah.” Jawab nenek.

“ Barangkali, Nek. Dan itu bisa saja,” katanya sambil pergi dari gubug itu.

Setelah anak itu pergi, nenek pun memikirkan perkataan anak kecil yang dirasa aneh tadi. Esoknya, nenek mendengar orang-orang yang tak jauh tinggalnya dari situ berteriak, “ Ada hal yang tidak masuk akal terjadi di sana.”

“ Ada apa?” Tanya nenek.

“ Datanglah ke balai warga, Nek. Ada sebatang lidi yang tertancap di halaman balai, tetapi tak bisa dicabut ! banyak yang telah mencobanya.”

Nenek itu bergegas ke tempat orang-orang berkumpul. Benar saja, terlihat di sana para warga yang berusaha mencabut sebatang lidi itu. Tiba-tiba dari arah kejauhan terdengar suara seorang anak kecil yang tertawa meledek orang- orang yang tengah penasaran oleh lidi itu. Biar aku saja yang terakhir mencoba mencabutnya. Tapi warga meremehkannya.

“Anak kecil sepertimu, mau coba- coba? Apa kamu tak lihat, semua orang telah mencobanya, dan semua berbadan besar dan kuat. Bukan sepertimu yang kecil kerempeng.”

“Tunggu.” Sergah kapala kampung, “ Sepertinya kamu adalah anak kecil yang kemarin mau meminta daging sesaji kami?” tanyanya sambil mengamati bocah itu.

“Tidak salah “, jawabnya sambil menghampiri lidi. Dia cabut lidi itu dengan mudah, sehingga membuat semua warga terpana. Namun beberapa saat kemudian, mereka lebih terkejut lagi kala menyaksikan air mengucur deras dari bekas cabutan lidi tersebut. Mereka bersorak, “ Air. Aiiiir “, sambil berebut meminumnya dan menciprat-cipratkan ke arah satu sama lain.

Mereka tak sadar, semakin lama air itu tak bisa terkendali. Semakin banyak dan semakin meluas, hingga akhirnya sampai kini genangan itu menjadi rawa pening. Masyarakat menggunakannya untuk keperluan berbeda-beda. Sebagai tempat memancing, menjala ikan, berwisata air dan berbagai keperluan bisnis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post