NALURI KASIH NAN HILANG
Memanglah nasibmu bagai anak ayam yang dicerai induknya. Dipetoki berkali-kali hingga tak satu pun yang simpati padamu. Ke mana pergi selalu dibuli bahkan tak jarang engkau tersurut dan menyendiri. Baru saja engkau diomeli teman bermainmu, saat pulang meminta pembelaan, lagi-lagi engkau dihardik. Hidupmu yang malang, tidak dibutuhkan walau hanya sebagai teman. Engkau tak dirindukan saat ketiadaanmu. Engkau tak dibanggakan saat yang lain penuh cita dan harapan. Hanafi malang, entah apa suratan yang tertulis di tanganmu?
Aku tak tega melihatmu terus dibuli dan terpojok. Aku kasihan, aku sedih. Engkau si kecil malang yang dipungut dari derita yang ditinggalkan orang tuamu. Kasih sayang untukmu yang hilang dan terenggut. Ibumu mati, ayahmu pergi. Engkau masih belum bisa mengerti. Engkau masih kecil. Engkau takkan pernah bisa memahami.
Tuhan, aku mengerti kalau suratan tangannya ada di tangan-Mu. Tetapi aku tak dapat mengerti dan tak berhenti bergumam. Mengapa naluri kasih kian hilang? Jangan katakan kerasnya kehidupan lalu mengumpat segala yang telah Tuhan berikan. Aku takut suatu hari nanti, kesendirian menimpaku dan tiada lagi yang sudi memikirkan tentangku. "Tuhan, turunkan rahmat-Mu padak kami".
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar