AHMAD NURHAMID

Orang pribumi yang lahir di Desa Tunggak, sebuah desa pinggiran di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah. Lahir pada Rabu Pon, 5 April 1989. T...

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Jujur dari Tokoh Arjuna dalam Cerita Lakon Pewayangan 'Pendadaran Sokalima'
Pendadaran, sebuah cara yang dipakai Guru Drona untuk menguji kelulusan Pandhawa dan Kurawa

Belajar Jujur dari Tokoh Arjuna dalam Cerita Lakon Pewayangan 'Pendadaran Sokalima'

Suatu hari, Guru Drona, guru dari Pandhawa dan Kurawa, mengadakan semacam ujian yang dalam istilah Jawa adalah pendadaran untuk murid-muridnya. Pandhawa adalah 5 orang satriya putra Pandhu, sedangkan Kurawa adalah 100 orang satriya putra Destrarastra. Pandhawa dan Kurawa diminta untuk melukis gurunya. Pandhawa dan Kurawa segera berpencar untuk mencari tempat yang nyaman untuk melukis. Dirasa waktu sudah cukup, Guru Drona memanggil murid-muridnya. Guru Drona ingin melihat hasil karya murid-muridnya. Dipanggillah satu per satu.

"Bima, maju kesini! Tunjukkan hasil karyamu padaku!" perintah Guru Drona. Bima segera maju dan menunjukkan lukisannya. Bima terkenal sebagai seorang satria yang berwatak jujur dan berkata apa adanya. Bima melukis gurunya apa adanya. Perlu diketahui bahwa Guru Drona berperawakan cacat, matanya picek (buta) sebelah, tangannya juga lumpuh sebelah. Hal itu terjadi setelah Bambang Kumbayana (nama muda Guru Drona) dihajar habis-habisan oleh Raden Gandamana sewaktu ingin menemui saudara seperguruannya, Prabu Drupada, yang sudah menjadi raja di Pancala. Melihat lukisan Bima seperti itu Guru Drona berkata, "Bima, kau memang muridku yang jujur, dan aku bangga punya murid jujur sepertimu. Tapi kejujuranmu ini menyakiti hatiku. Bima, kau gagal dalam pendadaran ini. Kembalilah ke tempatmu!"

"Duryudana, majulah! Tunjukkan hasil karyamu!" perintah Guru Drona. Duryudana adalah sulung dari Kurawa bersaudara. Ia terkenal sebagai seorang yang licik dan penjilat. Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Duryudana melukis gurunya gagah perkasa, tidak ada kecacatan sama sekali. Melihat hasil karya muridnya ini Guru Drona berkata, "Duryudana, aku tahu kau berusaha menghiburku dengan lukisan ini. Tapi kau telah berbohong, dan ketahuilah, seorang kesatria sejati pantang untuk berbohong. Duryudana, kau juga gagal dalam pendadaran ini."

"Berikutnya Arjuna. Majulah! Tunjukkan lukisanmu!" perintah Guru Drona. Arjuna adalah panengah Pandhawa. Ia terkenal sebagai seorang ksatria yang cerdas dan piawai memanah. Arjuna melukis gurunya sedang memanah dan membidik sebuah sasaran. Dalam lukisan itu terlihat Guru Drona memejamkan salah satu matanya untuk membidik. Jadi tidak terkesan kalau gurunya itu matanya buta sebelah. Hal itu membuat Guru Drona terkesan. "Arjuna, kau memang muridku yang paling cerdas. Kau bisa bersiasat bagaimana caranya agar kejujuranmu tidak menyakiti gurumu. Karena memang begitulah seharusnya. Kejujuran itu harus, tapi menyakiti orang itu jangan. Harus pandai menata kata, agar maksudmu bisa tersampaikan tanpa menyakiti siapapun. Seperti pepatah Jawa yang mengatakan, dikena iwake nanging aja nganti butheg banyune. Kau berhasil dalam pendadaran ini."

Dari kisah tersebut bisa diambil suatu pelajaran bagi kita semua, bahwa kejujuran dan mengatakan yang sebenarnya itu harus cerdas, pandai lihat situasi, lihat tempat, waktu, dan suasana, disampaikan dengan kata dan kalimat yang santun, agar jangan menyinggung orang lain. Orang Jawa bilang kudu empan papan, kahanan, mangsa, lan swasana. Seperti itu juga ketika mengkritik kebijakan pemerintah. Mengatakan apa adanya kondisi masyarakat untuk mengkritik pemerintah itu boleh-boleh saja, tapi akan lebih baik jika disampaikan dengan bahasa yang santun. Negara Indonesia sebagai negara demokrasi memang mempersilahkan kritikan untuk pemerintah, tapi akan lebih baik jika kritikan itu disampaikan dengan bahasa yang santun dan tidak terkesan menyudutkan, apalagi menyinggung SARA bahkan mengadu domba.

Semoga bermanfaat.

Salam Guru Pendidik

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post