AHMAD NURHAMID

Orang pribumi yang lahir di Desa Tunggak, sebuah desa pinggiran di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah. Lahir pada Rabu Pon, 5 April 1989. T...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kecerdasan Siswa Biasanya Linier dengan Kelakuannya
Siswa yang pandai biasanya juga berkelakuan baik

Kecerdasan Siswa Biasanya Linier dengan Kelakuannya

Sudah 10 tahun saya mengajar, sejak diwisuda S1 pada Oktober 2010 di Auditorium Universitas Negeri Semarang. Sudah ribuan murid yang saya ajar. Setiap tahun saya mengajar 12 sampai 15 kelas. Sebagai guru Bahasa Jawa, sesuai kurikulum yang berlaku saya mengajar 2 jam tiap kelas per minggu. Dari pengamatan selama saya mengajar, dari berbagai macam karakter dan latar belakang siswa, ada kesimpulan kecil yang saya dapatkan. Kesimpulan kecil itu adalah kecerdasan siswa linier dengan kelakuan siswa, atau dengan kata lain siswa yang pandai biasanya disiplin dan kelakuannya juga baik. Kelakuan baik disini bersifat global untuk ukuran seorang siswa, seperti berpakaian rapi, berpenampilan rapi, sopan terhadap guru, taat peraturan, rajin mengumpulkan tugas, bertanggung jawab, jujur, disiplin, dan sebagainya.

Saya katakan biasanya artinya tidak semua begitu, tapi sebagian besar. Artinya ada juga anak pandai tapi nakal, suka menjahili teman, atau bahkan menganiaya teman. Namun juga tidak sedikit anak yang kurang pandai tapi berkelakuan baik. Untuk hal tersebut, biasanya anak akan berpikir mungkin dari hasil nilai-nilai ulangan hasilnya tidak begitu baik, maka dari itu siapa tahu dari kelakuan, guru mau sedikit mendongkrak nilai mereka.

Yang terakhir adalah siswa yang kurang pandai dan kelakuannya juga nakal. Untuk siswa bertipe seperti ini, biasanya mereka melakukannya untuk menarik perhatian teman-temannya. Karena dengan kecerdasan mereka tidak mampu, maka cara lain adalah dengan sok jago. Dengan begitu, kelompok siswa ini akan lebih dianggap oleh teman-temannya.

Tahun 2003, sewaktu saya akan masuk ke SMA favorit di daerah saya, ada 700 pendaftar, sementara kuota hanya 280 orang. Ke-700 pendaftar itu diseleksi dengan tes. Artinya hanya yang pandai saja (lolos tes) yang bisa masuk. Alhamdulillah saya bisa masuk. Dan ketika hanya anak-anak yang cerdas saja yang bisa masuk, ternyata kenakalan-kenakalan siswa sangat kecil sekali. Tidak ada meja maupun tembok yang dicorat-coret, tidak ada siswa yang bajunya tidak dimasukkan, tidak ada siswa yang rambutnya gondrong, tidak ada guru yang pusing karena ada siswanya yang malas mengumpulkan tugas, tidak ada siswa yang menggunakan uang SPP untuk dipakai sendiri, tidak ada siswa yang menganiaya siswa lain, pemandangan asri, dan damai melihatnya. Semua taat pada peraturan. Paling kenakalan-kenakalan itu hanya sekedar bullying karena strata sosial yang beda, ada yang hidup di kota dan ada pula yang di desa. Orang kota yang lebih gaul dan berpenampilan lebih mahal dan modis, sedangkan orang desa yang berpenampilan apa adanya, sampai celana yang sudah congklang pun masih dipakai.

Sekarang saya sudah menjadi guru SMP di desa. Setiap tahun PPDB di sekolah selalu menerima semua pendaftar, karena pendaftar selalu lebih rendah daripada kuota. Tidak ada seleksi. Semua pendaftar diterima. Meskipun ada siswa yang benar-benar berniat mencari ilmu di sekolah, tapi tidak sedikit pula yang menganggap sekolah hanya sekedar rutinitas yang harus mereka lalui. Sekolah 3 tahun dan pasti lulus. Bagaimana tidak? Mereka yang ikut ulangan dan dapat nilai bagus maupun yang rendah tetap dapat nilai di rapor. Yang bernilai rendah ini pun minim motivasi untuk memperbaiki. Mereka yang mengumpulkan tugas dari guru, maupun yang tidak tetap dapat nilai di rapor. Sedangkan guru rata-rata hanya berani memberi nilai minimal KKM. Dan untuk siswa-siswa yang nakal, biasanya kepala sekolah enggan untuk memberi sanksi apalagi sampai mengeluarkan. Para siswa yang berperangai kurang baik ini akan berpotensi sekali memberikan pengaruh buruk pada teman-temannya. Siswa yang sebelumnya rajin mengumlulkan tugas dari guru, dan selalu berusaha untuk meraih nilai yang baik, akan nglokro, tidak bersemangat lagi. Apalagi sistem zonasi yang berlaku saat ini, di samping punya dampak positif, kita juga tidak boleh lupa terhadap dampak negatifnya. Semua pendaftar tanpa peduli kemampuan intelejensinya, akan berpotensi hal buruk seperti yang saya sampaikan tadi terjadi. Dimulai dari tidak termotivasi memperbaiki ketika dalat nilai ulangan yang jelek, juga malas mengumpulkan tugas. Dan akan menular kepada teman-temannya.

Saran saya

1. Kebijakan pemberlakuan KKM sepertinya perlu dikaji ulang, jangan menekan guru dan memaksa dengan landasan peraturan ini itu yang membuat guru pada akhirnya memberi nilai minimal KKM. Biarkan guru merdeka dalam menilai siswa.

2. Kebijakan zonasi perlu dikaji ulang. Biarkan sekolah merdeka dalam proses seleksi PPDB. Sekolah lebih paham kondisi masyarakat dan lingkungan untuk menentukan formula penentu seleksi PPDB.

Semoga bermanfaat.

Salam Guru Pendidik

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

28 May
Balas

Terima kasih...

28 May

Relatif pak

28 May
Balas

Iya, bu.. relatif. Makanya saya bilang biasanya.

28 May

Perlunya lingkungan yang baik akan mengubah karakter anak pada kebaikan meskipun IQ nya tidak mencukupu.

28 May
Balas

Betul, Bu. Lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter seseorang.

28 May

Untaian cerita yang nyata ya Pak.

29 May
Balas

Terima kasih, Bu.

29 May

Bisa jadi ukuran ya pak...walau tidak general

28 May
Balas

Terkadang iya, bu, untuk pertimbangan.Ya itu, tidak general, tapi biasanya gt...

28 May

Mantap tulisannya pak

28 May
Balas

Terima kasih, Bu..

28 May

Tulisan menarik ,Pengalaman saya juga. Anak cerdas dan pintar ,semua okee.Anak kurang cerdas sering prilaku nyeleneh. Tapi kalau di SD masih batas wajar.

28 May
Balas

Asal kenyelenehannya masih bisa ditolerir dan ditangani, tidak apa-apa, Bu. Wajar, namanya juga anak-anak.

28 May

Romantika guru ya pak. Macam siswanya...salam

28 May
Balas

Betul, bu... Suka duka guru... Tapi insyaAllah lebih banyak sukanya...

28 May



search

New Post