SaguSabu Sabtu – Ahad , 2-3 November 2019

Sebenarnya menulis sudah saya kenal sejak masih di bangku sekolah SD,SMP, SMA biasa menulis buku harian curhat tentang apapun juga, ada terbersit untuk menuangkannya dalam sebuah buku dengan judul Buku Harian Ku seperti penulis yang lainnya tapi kata malas menghalangi niatan itu.Setelah dewasa pun saya tetap menulis buku harian bahkan menulis jurnal harian sudah sampai berbuku-buku di tulis, sama ada keinginan menulisnya dalam sebuah buku tapi niat itu tetap tak terwujud karena kata malas itu menggelayuti untuk menyusun semuanya.Bahkan sekarang pun tetap menulis buku harian apa pun yang terjadi dalam keluarga kecil ku, tetap ada keinginan menulis berkelit dan berlindung dengan kala malas tetap belum terwujud yang namanya buku.

Saat sahabat saya Dyah Hartuti, mengajak saya ikut Seminar di JICC tentang sagusabu disinilah saya mengatakan harus bisa menulis buku, di lanjutkan dengan mengikuti Pelatihan Satu Guru Satu Buku (SAGUSABU) DKI Jakarta angkatan ke VIII walaupun saya dari Tambun Bekasi. Bermodal tekad ingin sekali membuat buku walaupun itu hanya sebuah curhat harian maka saya mendaftarlah untuk menjadi peserta besar harapan saya bisa mewujudkan harapan untuk bisa mewujudakan impian saya.

Pada usia yang sudah menjelang senja justru keinginan menulis itu muncul bahkan hampir membeludak tapi ada kaidah kaidah yang belum saya paham, disinilah saya belajar pada Pelatihan Satu Guru Satu Buku, juga ada mimpi yang ingin saya wujudkan yang paling mendasar adalah keinginan memberikan contoh pada khusus anak-anak tersayang Kaka Mutiara Rosita Azzahrah dan Mas Dhika Alif Fathurachman dan para anak-anak semua bahwa belajar dan berusaha itu tidak mengenal umur harus tetap semangat dalam memperjuangan semua mimpi – mimpi kita, bahkan ketika kita terjatuh harus bangkit dan bangkit lagi janganlah mengenal lelah karena kita tidak tahu kapan impian itu terwujud.

Hana Khairina, Peserta Sagusabu Angkatan VIII DKI Jakarta