SISWA SMP BERBAHASA JAWA
Bahasa Jawa merupakan bahasa Ibu untuk masyarakat Jawa. Bahasa Jawa sangat kaya dan menarik. Banyak kosa kata yang unik, detail, serta spesifik. kekayaan dan keunikan bahasa Jawa inilah yang membuat orang asing sangat senang belajar bahasa Jawa. Bahkan buku buku berbahasa Jawa sangat banyak diburu oleh pecinta budaya Jawa.
Bahasa jawa ini mengandung nilai nilai budaya yang adi luhung. Selain itu, bahasa Jawa banyak mengandung nilai nilai karakter yang sangat bagus untuk masyarakat terutama masyarakat Jawa. nilai nilai karakter yang terdapat dalam bahasa Jawa antara lain: menghormati orang tua, sopan santun, cinta budaya lokal dan sebagainya.
Namun, di sepuluh tahun terakhir ini banyak kita lihat kemampuan bahasa Jawa pada siswa yang sangat memprihatinkan. banyak siswa yang tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Berbahasa yang baik dan benar dalam bahasa Jawa mengandung maksud berbahasa yang sesuai dengan daerah, usia dan status sosialnya. misalnya kata mangan ' makan' untuk daerah solo da jogja adalah mangan. untuk daerah jawa perbatasan jawa tengah dan Jawa timur menjadi madhang 'makan', untuk kalangan status sosial tinggi adalah dhahar, andrawina , bojana, dan sebagainya.
Fenomena berbahasa jawa siswa yang memprihatinkan itu disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor keluarga, faktor masyarakat, faktor sekolah, dan factor teknologi Digital. Keempat faktor itu saling berkaitan dan saling menunjang.
Faktor keluarga sangat menentukan kualitas berbahasa Jawa siswa. Faktor keluarga dapat dikategorikan dari tingkat sosial, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi. Keluarga yang tingkat sosial yang tinggi akan mempunyai anak yang mempunyai kompetensi berbahasa Jawa yang baik. hal ini disebabkan masyarakat yang tingkat sosial tinggi akan anak anaknya selalu menjaga komunikasinya dengan bahasa yang baik dan sopan. Sebaliknya, keluarga dengan tingkat sosial yang rendah, anggota keluarga itu akan berbahasa sesuka hatinya, kasar dan tanpa memperhatikan kesopanan. hal ini menggambarkan tekanan tekanan yang menghimpit mereka.
Untuk keluarga dengan tingkat pendidikannya tinggi, ada dua kemungkinan kemampuan bahasa pada anak anak mereka. Kemungkinan pertama, anak anak mereka akan berbahasa yang baik dan benar karena keluarga yang tingkat pendidikan yang tinggi mengajarkan anak anaknya berbahasa yang baik seperti yang dicontohkn dan didik oleh orang tuanya. mereka dilatih dan diajak bahasa kromo, menghormati orang yang lebih tua, menghormati orang yang statusnya lebih tinggi. mereka diajari dan dididik menggunakan koa kata kosa kata yang baik dan halus.
Kemungkinan kedua, anak anak dari keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan berbahasa Jawa yang sangat buruk. Hal ini disebabkan keluarga yang demikian akan mendidik dan mengajari anak anaknya untuk berbahasa Indonesia dan atau berbahasa asing. Mereka merasa bangga dengan anak-anaknya yang pandai berbahasa asing. Misalnya bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Mandarin dan sebagainya.
Kemungkinan yang kedua ini yang sangat membahayakan kelestarian bahasa Jawa di Tanah Jawa. Mereka akan meninggalkan bahasa nenek moyangnya. Mereka meniggalkan budaya adiluhung dari nenek moyangnya. Mereka akan bangga dan merasa terhormat dengan berbahasa asing.
Faktor berikutnya adalah faktor masyarakat. lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi pemakaian bahasa seseorang. anak yang tinggal di lingkungan masyarakat yang tinggal di daerah kumuh akan membuat anak anak mereka berbahasa yang kotor, kasar, dan buruk. Hal ini sangat dipengaruhi oleh himpitan ekonomi yang dihadapi oleh orang orang yang tinggal di lingkungan tersebut.
Sebaliknya masyarakat yang tinggal di lingkungan yang baik dengan warganya yang sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan dan tingkat sosial yang tinggi akan mendidik dan mengajarkan anak-anaknya menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar.
Factor ketiga yang mempengaruhi kompetensi berbahasa Jawa siswa adalah factor lingkungan sekolah. Factor lingkungan sekolah ditentukan oleh siswa, guru, dan stakeholder yang ada di sekolah tersebut. Dari sisi Siswa, sekolah yang berada di pinggiran ataupun sekolah yang graetnya rendah akan memiliki siswa yang kualitas berbahasanya rendah. Hal ini ada korelasinya dengan factor tingkat pendidikan rendah dan factor lingkungan yang kurang baik. Sebaliknya sekolah yang graet nya tinggi akan memiliki siswa yang tingkat berbahasa Jawanya tinggi. Hal ini disebabkan, sekolah yang graet nya tinggi banyak terdapat siswa yang berasal dari kalangan social yang tingkat pendidikan dan tingkat social orang tua yang tinggi pula. Sehingga ada korelasi antara sekolah yang graetnya tinggi dengan siswa yang berasal dari orang tua yang tingkat pendidikan dan tingkat social yang tinggi
Dari sisi guru, kompetensi berbahasa Jawa siswa sangat dipengaruhi guru yang mengajar di lingkungan sekolah tersebut. Baik guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Jawa, maupun guru yang tidak mengajar bahasa Jawa. Dari sisi guru yang mengajar mata pelajaran bahasa jawa, dapat dilihat kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut. Banyak guru bahasa Jawa yang kompetensinya sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor antara lain: mereka tidak pernah menginginkan guru sebagai pilihan hidupnya; mereka tidak mau belajar; mereka malas membaca. Hal ini dapat diihat dari hasil UKG mereka.
Dari sisi guru yang tidak mengajar mata pelajaran bahasa Jawa. Mereka kurang memberi keteladanan kepada para siswanya. Merka merasa masa bodoh dengan fenomena berbahas pada siswa. Mereka merasa bukan tanggung jawabnya. Itulah yang menjadi keprihatinan di dunia pendidikan saat ini. Begitu juga dengan stakeholder yang ada di sekolah. Guru, karyawan, komite, kepala sekolah, dan tokoh masyarakat mereka merasa bukan tanggungjawabnya untuk membina dan membimbing siswa berbahas Jawa dengan baik.
Itulah yang menjadi keprihatinan kita sebagai praktisi akademik. Untuk itu marilah kita bersatu padu bertekad secara bersama sama bahu membahu dari berbagai lini demi kelestarian bahasa Jawa yang kita cintai. Mari kita kita letarikan bahasa Jawa di tanah Jawa ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar