Hani Rohani

HANI ROHANI, S.Si. PESERTA SAGU SABU BOGOR 31 MARET - 1 APRIL 2018...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bersama Merawat Keberagaman

Bersama Merawat Keberagaman

Selasa, 24 Oktober 2017,ada yang berbeda dengan SMA IT Al-Madinah. Ya, kami kedatangan tamu dari SMA Kanisius Jakarta. Mereka selama 4 hari menjadi “peserta didik sementara” di SMA IT Al-Madinah dalam Program Sit In Ekskursi. Program ini menghadirkan tema pluralitas karena kebutuhannya semakin mendesak. “Tujuan dari program ekskursi ini adalah supaya peserta didik paham persis, bahwa kita berbeda-beda tetapi hidup berdampingan bersama.” Jelas Ibu Regina, guru pendamping dari SMA Kanisius. Kegiatan ini disambut hangat oleh warga SMA IT Al-Madinah, “Anak-anak muda harus semakin berefleksi tentang keberagaman, dan sadar tentang pentingnya toleransi perbedaan,” hal ini disampaikan Bapak Subanu selaku kepala sekolah dalam sambutan acara penerimaan peserta didik program Sit In Ekskursi SMA Kanisius.

Berbicara tentang pluralitas, tentunya kids zaman now mesti cerdas dan mencari tahu, sebenarnya apa sih Pluralitas dan apa bedanya dengan Pluralisme?

Istilah Pluralisme (agama) sebenarnya mengandung 2 (dua) hal sekaligus, Pertama, realitas keberagaman agama. Mereka saling menghormati keimanan dan praktik ibadah pihak lain tanpa ikut serta bersama mereka. Kedua, perspektif atau pendirian filosofis tertentu menyikapi realitas keberagaman agama. Setiap keimanan, nilai, gaya hidup dan klaim kebenaran dari setiap individu adalah sama.

Sebaiknya digunakan dua istilah, yaitu pluralitas, yang menunjuk pada realitas keberagaman agama, dan pluralisme, yang menunjuk pada perspektif atau pendirian filosofis tertentu dalam memandang realitas keberagaman agama.

Toleransi beragama dicontohkan dengan sempurna oleh Rosul kita. Ketika rombongan jenazah yahudi lewat, Rasulullah berdiri (sebagai penghormatan). Sahabat protes “wahai rasulullah tapi dia itu orang yahudi?” Rasulullah menjawab “bukankah dia manusia?” “Bukankah dia manusia?” kata ini penting, sebab darinya hilang segala sekat yang biasanya membatasi hubungan kita dengan orang orang yang berbeda, baik agama, budaya, status sosial, dan lain sebagainya.

Toleransi kita terhadap umat agama lain tidak menjadikan kita membenarkan apa yang menjadi keyakinan mereka. Saat berdialog dengan utusan nasrani dari kota Najran, tidak tercapai “kesepakatan” karena mereka tetap menganggap bahwa Isa adalah “anak Tuhan” dan Rasulullah berpegang teguh bahwa Isa adalah utusan Allah SWT dan sebagai Nabiyullah, Isa adalah manusia biasa. Akan tetapi para utusan itu tetap dijamu oleh Rasulullah SAW.

Nah…gimana jelas kan seperti apa toleransi yang benar?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post